
Bundapedia
Menyapih
Annisa Karnesyia | Haibunda
Bunda mengalami kesulitan dalam menyapih Si Kecil? Kondisi tersebut wajar dialami karena menyapih memang bukan proses yang mudah dilakukan dengan cepat.
Dokter Spesialis Anak dr. Meta Hanindita, Sp.A(K) menjelaskan, menyapih adalah proses menggantikan Air Susu Ibu (ASI) secara bertahap dengan sumber nutrisi lainnya. Periode menyapih dimulai saat bayi mendapatkan Makanan Pendamping ASI (MPASI) dan berakhir setelah bayi tidak lagi mendapatkan ASI sama sekali.
Menyapih bukan perkara mudah, Bunda. Cara menyapih anak harus tepat dan Bunda enggak boleh khawatir karena anak sudah tidak lagi mendapatkan ASI ya.
Menyapih yang baik seharusnya dilakukan saat Bunda dan Si Kecil siap. Nah, proses ini juga sebaiknya dilakukan secara bertahap pada anak.
"Menyapih adalah periode alami pada perkembangan anak. Ibu dapat merasakan emosi yang bercampur antara senang karena akan merasakan kebebasan, namun juga sedih karena bayi beralih ke level hidup selanjutnya," tulis Meta dalam buku Mommyclopedia: 456 Fakta tentang ASI dan Menyusui.
Penyebab menyapih anak terlalu dini
Menyapih adalah proses yang harus dilakukan secara bertahap atau tidak mendadak. American Academy of Pediatrics (AAP) merekomendasikan pemberian ASI kepada bayi selama 6 bulan pertama setelah lahir.
Setelah 6 bulan, AAP merekomendasikan kombinasi makanan padat ASI (MPASI) dan ASI sampai bayi berusia minimal 1 tahun. AAP menyarankan untuk tidak memberikan susu sapi kepada anak di bawah 1 tahun. AAP juga menyatakan bahwa anak yang disapih sebelum usia 2 tahun berisiko lebih tinggi mengidap suatu penyakit.
Proses menyapih mungkin dilakukan terlalu dini pada beberapa anak. Umumnya hal tersebut terjadi karena kondisi yang tidak memungkinkan untuk melakukan peralihan secara bertahap.
Nah, berikut 9 penyebab ibu menyapih anaknya secara mendadak:
- Bunda sakit dan sedang konsumsi obat-obatan yang menyebabkan tidak diperbolehkan menyusui.
- Bunda memiliki masalah menyusui yang berkepanjangan dan tidak bisa segera ditangani, misalnya mastitis atau nyeri puting.
- Ibu yang hamil lagi dan tidak paham dengan proses menyusui saat hamil.
- Bunda kembali bekerja dan tidak bisa melakukan manajemen laktasi dengan baik.
- Bunda mengalami stres hingga depresi karena mengalami masalah menyusui, seperti sulit untuk pelekatan.
- Tidak ada dukungan dari lingkungan sekitar untuk menyusui anak.
- Bayi mengalami bingung puting dan menolak menyusu.
- Bayi tumbuh gigi dan mulai menggigit.
- Bayi sudah menerima MPASI dan beranggapan bahwa makanan padat ini sudah cukup memenuhi kebutuhan anaknya.
![]() |
Risiko anak disapih terlalu cepat
Menyapih anak terlalu dini sebaiknya dihindari bila Bunda masih bisa menyusui. Keputusan untuk menyapih dini sebaiknya dikonsultasikan dulu ke dokter, Bunda.
Si Kecil bisa menjadi stres lho bila disapih terlalu cepat atau dini. Nah, dikutip dari beberapa sumber, berikut 5 risiko anak disapih terlalu cepat:
- Timbul pembengkakan di payudara Bunda.
- Muncul rasa nyeri di payudara Bunda.
- Bunda merasa demam dan tidak nyaman.
- Muncul perasaan sedih, marah, atau bersalah dalam diri Bunda.
- Anak rewel sekali, sering mengamuk, sering menangis, dan menjadi agresif.
- Anak sering terbangun di malam hari.
- Anak takut ditinggal oleh ibunya.
- Mendadak terlalu terikat dengan suatu benda, misalnya boneka atau mainan tertentu.
- Anak sering mengisap jempol.
Prinsip menyapih anak
Konselor laktasi, dr.Lia Kurnia Hartanti mengatakan bahwa menyapih bukan cuma tentang anak berhenti menyusu di payudara sang Bunda. Proses ini juga berkaitan tentang bagaimana anak menjadi mandiri ya, Bunda.
"Menyapih bukan hanya urusan anak sudah tidak lagi menyusui, tapi bagaimana seorang anak juga bisa dilepaskan menjadi manusia yang mandiri. Jadi bukan cuma nenen atau enggak nenen, tapi dia siap enggak nih kalau tidak tergantung sama ibunya," kata dokter Lia kepada HaiBunda, beberapa waktu lalu.
Proses menyapih juga menyangkut kesiapan Bunda untuk melepas anak mandiri. Selain dari kemauan anak, Bunda juga perlu rela melepas anak untuk tidak menyusui lagi.
"Dari segi psikologis juga penting tentang bagaimana melepaskan kemandirian seorang anak. Nah, dilihat juga apakah ibunya sudah siap atau belum. Biasanya seorang anak yang tidak siap disapih atau enggak mau ada faktor dari ibunya. Ibunya ini juga harus rela dan siap," ujar dokter Lia.
![]() |
Menyapih mendadak vs menyapih bertahap
Ada dua pilihan menyapih yang menyesuaikan kondisi, Bunda. Melansir dari Buku Pintar ASI dan Menyusui karya konsultan laktasi, F.B. Monika, berikut beberapa pilihan menyapih sesuai kondisi:
1. Menyapih secara mendadak
Menyapih secara mendadak atau sudden weaning biasanya terjadi karena bayi atau ibu mengidap sakit berat, sehingga harus dirawat inap di rumah sakit dan obat-obatan yang dikonsumsi ibu berbahaya bagi bayinya.
"Ibu dapat berkonsultasi dengan konsultan laktasi atau dokter yang merawat ibu mengenai pilihan obat yang aman, sehingga ibu dapat melanjutkan memerah dan menyusui (bila memungkinkan)," kata Monika.
Menyapih secara tetap saja bisa memengaruhi kondisi Bunda dan Si Kecil, meski dilakukan atas indikasi medis. Proses penyapihan terlalu dini ini dapat membuat ibu dan bayi stres lho.
2. Menyapih secara bertahap
Proses menyapih secara bertahap sangat disarankan, Bunda. Selama proses ini, Bunda dapat mengganti proses menyusui dengan nutrisi dan makanan lain, selain memberikan perhatian ke anak.
Menyapih dikatakan secara bertahap artinya tidak dilakukan secara mendadak. Selain itu, Bunda juga perlu melakukannya secara perlahan, yakni dalam beberapa minggu, beberapa bulan, hingga beberapa tahun.
Manfaat menyapih secara bertahap
Setidaknya, ada beberapa manfaat menyapih secara bertahap yang akan diperoleh Bunda dan Si Kecil. Berikut manfaatnya:
- Membuat kadar imunitas dalam ASI meningkat, sehingga dapat melindungi bayi sebelum benar-benar berhenti menyusu.
- Membantu anak untuk membiasakan diri dengan makanan lain selain ASI.
- Anak juga memiliki kesempatan untuk berlatih minum di gelas.
- Proses menyapih bertahap membuat payudara dapat menyesuaikan penurunan produksi ASI.
- Bunda bisa terhindar dari masalah pembengkakan payudara, saluran ASI tersumbat, hingga mastitis.
Tips menyapih anak
![]() |
Cara menyapih anak dapat dilakukan ketika Bunda dan Si Kecil siap. Bunda dapat melakukan metode metode weaning with love dalam menyapih buah hati.
Dalam metode ini, menyapih dilakukan dengan cinta dan secara pelan-pelan sampai akhirnya anak mau menerima dan berhenti menyusu. Bunda juga dituntut harus sabar karena metode ini tetap memerlukan proses yang tak sebentar.
Nah, dilansir dari beberapa sumber, berikut 10 cara menyapih anak tanpa drama:
1. Ajak bicara anak sebelum mulai menyapih
Beberapa minggu sebelum mulai menyapih, coba Bunda ajak bicara Si Kecil mengenai rencana ini. Beri pengertian sampai anak mengerti dan jangan menyerah untuk terus mengulanginya.
2. Jangan menawarkan saat anak tak meminta
Bunda dapat menyusui anak saat dia memintanya. Sebaliknya, hindari menawarkan untuk menyusui saat anak tidak meminta. Kemudian, perlahan-lahan Bunda bisa mengurangi frekuensi menyusui.
3. Cari aktivitas untuk mengalihkan perhatian
Carilah aktivitas di rumah yang bisa menggantikan waktu menyusu atau mengalihkan perhatian anak. Misalnya, membacakan buku cerita sebelum tidur untuk menggantikan kebiasaan menyusu di waktu ini.
4. Jangan membohongi atau menakuti anak
Saat mulai menyapih, Bunda jangan sampai membohongi anak dengan menggunakan lipstik, brotowali, atau obat merah yang digunakan untuk mewarnai payudara ya. Selama menyapih, kita harus membuat anak nyaman, bukan terpaksa berhenti menyusu karena takut.
5. Berikan contoh agar anak belajar menunggu
Ketika Si Kecil ingin menyusu, Bunda dapat memintanya untuk menunggu dan memberi pilihan. Misalnya, berikan pilihan anak untuk melakukan aktivitas lain, sehingga keinginan untuk menyusu hilang.
6. Perpendek waktu menyusui
Bunda dapat mengurangi waktu menyusui secara bertahap. Misalnya, dari 10 menit per sesi menjadi 8 menit, lalu kemudian 5 menit, dan seterusnya.
7. Kurangi satu kali menyusu secara bertahap
Nah, proses menyapih dapat dimulai dengan mengurangi frekuensi menyusu nih. Misalnya, frekuensi anak yang menyusu delapan kali bisa dikurangi menjadi tujuh kali. Lakukan cara ini sesuai kondisi bunda dan bayi.
8. Mengganti dengan camilan
Bunda juga dapat menggantikan satu kali waktu menyusu dengan susu lain atau camilan. Berikan jarak waktu setidaknya beberapa hari sebelum menerapkan cara ini.
9. Fokus menyapih di satu waktu tertentu
Usahakan untuk tidak menyapih anak di siang hari dan malam hari secara bersamaan ya. Pilihlah satu waktu dan fokus pada waktu itu saja, misalnya menyapih di siang hari saat anak memiliki banyak aktivitas.
10. Minta bantuan orang lain untuk menyapih
Jika Si Kecil rewel setiap kali disapih atau diberikan makan selain ASI, coba minta orang lain untuk memberikan makanan tersebut. Namun, Bunda tetap harus berada di dekat anak untuk mengawasinya.
Bunda, yuk download aplikasi digital Allo Bank di sini. Dapatkan diskon 10 persen dan cashback 5 persen.
Simak juga kondisi anak yang diperbolehkan disapih kurang dari 2 tahun, dalam video berikut: