Jakarta -
Dalam suatu keluarga kadang ada hal-hal di luar kendali kita ya, Bun. Namanya beda kepala pasti beda isi, jadi sebenarnya beda pendapat antara suami istri sebenarnya wajar. Tinggal gimana kita menyikapi perbedaan dan menyelesaikannya.
Nah, di saat kita sedang berargumentasi dengan suami, eh anak muncul dan melihat gimana ayah bundanya adu mulut. Pastinya kita langsung kaget dan merasa bersalah sama anak ya. Duh, kenapa sih bisa ribut di depan anak... Namun kata Roslina Verauli, psikolog anak dan
keluarga , cekcok itu sebenarnya positif lho, Bun.
"Jadi anak boleh lho paham bahwa orang tuanya lagi bertengkar. Namun dengan catatan, pastikan argumen atau adu mulut atau cekcok apapun namanya itu harus sampai selesai ya, bukan sekadar bertengkar. Sehingga anak juga belajar, oh that's the way they handle their problems," papar psikolog yang akrab disapa Vera ini di sela-sela acara Fonterra Brands Indonesia dengan kampanye 'Best Mom Ever', di Plataran Dharmawangsa, beberapa waktu lalu.
Vera mencontohkan dirinya ketika ia sedang berargumen dengan sang suami, Vera lalu minta izin ke sang anak seperti, 'Nak, maaf ya mama papa lagi berargumen sebentar,'. Menurut Vera hal tersebut tidaklah masalah anaknya tahu ia sedang bertengkar dengan sang suami, namun saat itu pula ia selesaikan masalahnya.
"Yang nggak boleh dilihat anak adalah konflik tanpa akhir. Karena ciri rumah tangga yang sehat atau yang bahagia adalah adanya konflik di dalamnya terselesaikan dengan baik, dan anak boleh melihat demikian," tutur Vera.
Vera menekankan pertengkaran yang dimaksud adalah pertengkaran yang sehat ya, Bun, bukan pertengkaran yang agresif atau malah baku hantam atau lempar-lempar barang. "We have an argument. Kenapa anak boleh tahu ketika kita ada konflik? Selain punya sisi negatif, konflik itu sebenarnya punya nilai positif lho," papar Vera.
Sisi negatifnya, jika konflik tersebut tidak selesai-selesai maka yang terkena imbasnya adalah sang
anak. Ia akan menyalahkan dirinya sendiri atas situasi yang sedang berlangsung, dan itulah yang akan jadi masalah ke depannya, Bun.
"Tapi ketika kita yakin bahwa kita adalah orang tua yang mature, yang ketika kita punya masalah we discuss it, nanti anaknya lihat sendiri gimana kita baik lagi dan masalah selesai. Anak akan learn a lot, salah satunya dari kasus ini," ungkap Vera.
(Nurvita Indarini)