Terpopuler
Aktifkan notifikasi untuk dapat info terkini, Bun!
Bunda dapat menonaktifkan kapanpun melalui pengaturan browser.
Nanti saja
Aktifkan

moms-life

'Dulu Kupikir Aku Nggak Butuh Komunitas Ibu-ibu, Tapi...'

Nurvita Indarini   |   HaiBunda

Minggu, 27 Aug 2017 11:00 WIB

Mungkin dulu kita pernah berpikir nggak perlulah berteman dengan sesama ibu-ibu. Tapi sekarang kita mungkin berubah pikiran.
Gylisa dan putrinya/ Foto: Facebook Gylisa Jayne
Jakarta - Menjadi orang tua memang tidak mudah. Kadang inilah yang membuat cara pandang kita berubah. Iya, misalnya dulu kita pikir komunitas ibu-ibu itu nggak penting. Toh kalau kita menemui masalah seputar pengasuhan anak, kita bisa tanya langsung ke pakar. Tapi nggak semua hal seperti yang kita pikirkan.

Seperti dikatakan blogger asal Inggris, Gylisa Jayne, di Facebook-nya. "Aku nggak ingin punya teman ibu-ibu," ujarnya.

Gylisa menambahkan dirinya nggak suka duduk bareng ibu-ibu lalu ngobrolin soal merek popok apa yang paling bagus buat bayi. Lagi pula kalau mau ngobrolin soal anak, bukankah lebih enak kalau ngobrolnya sama orang yang tahu anak kita juga, dalam hal ini adalah ayahnya alias pasangan kita.

Tapi semua berubah. Ketika bu bidan yang membantu Gylisa melahirkan terlalu sibuk untuk bisa ditemui dan diajak berdiskusi. Sementara ayah dari bayi yang dilahirkannya, pria yang menjadi cinta pertamanya dan dipikir Gylisa merupakan sosok yang paling tahu apa yang dia butuhkan, ternyata sekarang tidak bisa memahaminya lagi.

Baca juga: Komunitas Ini Isinya Ibu-ibu yang Awalnya Kesulitan Menyusui

"Dia berusaha untuk mencari tahu peran ayah. Tapi dia nggak mengerti kenapa aku menangis," imbuh Gylisa.

Dia menggambarkan betapa dirinya jadi begitu pelupa, sehingga tidak membawa paket yang hendak dikirim ke kantor pos. Serta sejumlah keluhan lain yang dia alami sebagai seorang ibu baru. Maklum ya, Bun, karena masih newbie jadi ibu kan kita sering merasa ragu-ragu, bingung, takut.

Di titik itu, Gylisa baru sadar bahwa dirinya perlu orang-orang yang pernah berada di posisinya. Orang-orang yang pernah merasakan sebagai ibu baru dengan sejumlah permasalahannya yang kompleks.

Saat itu, Gylisa baru sadar bahwa sekelompok ibu-ibu itu bukan sekadar menggosip dan ngomongin hal yang nggak penting. Tapi justru dengan kelompok ibu-ibu itu, dia bisa berbagi apa yang dia rasakan dan bisa mendapat masukan.

"Saya nggak ingin grup ibu-ibu, tapi saya membutuhkan mereka," kata Gylisa.

Baca juga: Ini Dia Tempat Bunda Bisa Belajar Menggendong Anak dengan Jarit

Hmm, memang bener ya, kita baru memahami sesuatu dengan baik setelah kita mengalaminya. Nah, dari sini Gylisa jadi tahu pentingnya grup atau komunitas ibu-ibu. Seperti dibilang psikolog anak dan remaja dari RaQQi - Human Development and Learning Centre, Ratih Zulhaqqi, komunitas orang tua bagus banget dilakukan dan penting sebagai media belajar. Jadi pengetahuan itu nggak hanya didapat dari membaca, tapi juga dari berdiskusi langsung dengan sesama ibu atau orang tua.

"Kalau perlu ada kurikulum. Memang jadinya dia sekolah rutin dan dia dapat sesuatu yang baru entah cuma seminggu, dua minggu, atau sebulan sekali yang penting ada hal baru yang didapat tentang parenting dan itu dilakukan berdasar usia anak," kata Ratih, seperti dikutip dari detikHealth.

Bagaimana menurut Bunda, apakah punya pengalaman terbantu dengan adanya komunitas ibu-ibu?

(Nurvita Indarini)

TOPIK TERKAIT

HIGHLIGHT

Temukan lebih banyak tentang
Fase Bunda