Jakarta -
Eimar adalah anak pertama pasangan Tatok dan Jihan Juniantari. Kini, usia Eimar 8 bulan. Nah, beberapa waktu lalu Eimar dirawat di ICU karena dia mengalami
croup yang menyerang saluran napas bayi. Saat Eimar dirawat di ICU, Jihan pun membuat Instastory yang di-repost oleh beberapa orang.
"Hari pertama Eimar di ICU untuk observasi," tulis Jihan. Nah, apakah faktor utama Eimar kena croup karena dia sering dicium di bibir?
"Eimar memang sering dicubit di pipi, dipegang-pegang pipinya, diuyel-uyel gitu kalau ketemu orang-orang terutama ibu-ibu dan cewek muda. Dicium pun di pipi ya. Eimar nggak pernah dicium di bibir. Nah, cium-cium bukan faktor utama. Tapi memang ini jadi faktor pendukung," tutur Jihan saat ngobrol dengan HaiBunda.
Wanita berumur 27 tahun ini menambahkan, Eimar belum pernah sama sekali dicium orang lain di bibir. Toh misalkan ada orang lain yang hendak mencium Eimar di bibir sudah pasti akan dia larang. Jihan dan suaminya juga nggak pernah mencium bibir si kecil. Nah, Eimar sendiri kata Jihan memang punya bakat alergi cukup tinggi karena adanya riwayat alergi di keluarga. Diakui Jihan, selama ini dia cukup sering mengajak Eimar ke tempat umum. Sehingga, kontak Eimar dengan banyak orang sering terjadi.
Ilustrasi anak kena croup/ Foto: Thinkstock |
Nah, kebetulan Eimar anak yang ramah, nggak takut pada orang baru dan mudah senyum. Alhasil, cukup sering orang lain mendekat padanya karena gemas, ingin nyubit, atau mengajaknya main. Ketika orang yang kontak dengan Eimar dalam kondisi nggak fit ditambah kondisi Eimar sendiri kurang fit, kemungkinan dia terinfeksi virus-virus ini pun lebih besar.
Jihan menceritakan, suatu malam
napas Eimar grok-grok dan demam. Tapi, Eimar nggak rewel, Bun. Besoknya kondisi Eimar membaik. Namun, di malam hari napas Eimar kembali bunyi grok-grok. Khawatir terjadi apa-apa Jihan dan Tatok membawa Eimar ke dokter. Saat itu, Eimar disebut nggak perlu diinhalasi dan diberi obat batuk.
"Tapi sudah dua hari dikasih obat itu, AC sudah kumatikan, kasih uap hangat, Eimar nggak membaik juga. Terutama di malam hari kondisinya paling parah. Nah, dini harinya Eimar ngerengek, susah banget napas. Nangis kayak minta tolong gitu kan aku nggak tega ya. Akhirnya aku bawa ke RS," tambah Jihan.
Ilustrasi anak alami croup/ Foto: Thinkstock |
Di RS, Eimar pun dirawat di ICU. Bukan karena kondisi Eimar drop parah, Bun, namun agar Eimar mendapat penanganan intensif, detail, dan Jihan segera tahu apa yang dialami putranya. Selama dirawat di ICU pun kata Jihan kondisi Eimar nggak pernah sampai drop. Walau memang, di hari pertama dirawat di ICU Eimar lemas padahal selama ini bocah tersebut lincah dan sering manjat-manjat.
"Jadi di ICU untuk diobservasi, bukan karena Eimar sakit sampai parah gitu," ujar Jihan. Hasil pemeriksaan menunjukkan nggak ada masalah di jantung dan paru-paru Eimar. Tapi, terjadi pembengkakan di tenggorokan dan ada lendir. Itulah yang bikin Eimar susah napas bahkan napasnya berbunyi grok-grok. Kala itu, Eimar positif dinyatakan mengalami croup.
Jihan lantas ngobrol dengan dokter. Menurut sang dokter, banyak faktor yang memengaruhi
infeksi croup. Termasuk bakat alergi yang dimiliki anak, pola asuh misalnya terlalu lama ada di ruang ber-AC, imunitas yang sedang rendah dan faktor eksternal seperti interaksi terlalu dekat dengan orang dewasa yang juga sedang sakit.
Dikutip dari Web MD, croup adalah kondisi yang mengganggu saluran napas atas bayi dan menyebabkan pembengkakan di area tersebut. Saluran udara di bawah pita suara menyempit hingga anak susah napas dan napasnya berbunyi grok-grok.
Croup disebabkan infeksi dan ada dua tipe yaitu croup akibat virus dan corup spasmodik.
Croup akibat virus terjadi karena anak terinfeksi virus yang menyerang laring dan trakea. Virus yang paling sering jadi penyebab adalah parainfluenza. Sementara itu, croup spasmodik datang tiba-tiba tengah malam. Suara anak biasanya serak selain napasnya terengah. Disebutkan, croup spasmodik disebabkan alergi atau refluks (naiknya makanan dari perut ke kerongkongan).
(rdn/nwy)