Terpopuler
Aktifkan notifikasi untuk dapat info terkini, Bun!
Bunda dapat menonaktifkan kapanpun melalui pengaturan browser.
Nanti saja
Aktifkan

moms-life

Ingin Kenang Gempa Lombok, Seorang Ibu Namai Anaknya Gempita

Amelia Sewaka   |   HaiBunda

Senin, 19 Nov 2018 08:04 WIB

Ibu ini menamai anaknya 'Gempita', setelah peristiwa gempa Lombok terjadi.
Ingin Kenang Gempa Lombok, Seorang Ibu Namai Anaknya Gempita/ Foto: Amelia Sewaka
Lombok - Bencana, bisa jadi meninggalkan trauma mendalam bagi para korbannya. Namun, berbeda dengan Zulfiah yang ingin mengenang pahit getir bencana gempa Lombok pada kelahiran putrinya.

Zulfiah melahirkan seorang putri bernama Alesya Zahra, tepat 6 hari sebelum gempa Lombok terjadi. Gempa berkekuatan 6,5 Skala Richter (SR) membuatnya harus bertahan di pengungsian.

Dalam kondisi memilukan tersebut, Zulfiah harus membawa bayinya berbaur dengan para korban lainnya. Tak lama setelah itu, entah dari mana datangnya banyak yang memanggil Alesya dengan nama Gempita.

"Iya 6 hari sebelum gempa kedua, saya melahirkan secara caesar di rumah sakit Gegerung," kata Zulfiah yang ditemui di pengungsian Dusun Jelateng, Desa gegerung, Kecamatan Lingsar, Kabupaten Lombok Barat pada Sabtu (17/11/2018).

Sang suami, Ahmad ikut berbagi cerita awal mula sang anak dipanggil Gempita. Sehingga akhirnya mereka menambahkan nama tersebut menjadi Gempita Alesya Zahra.

Ingin Kenang Gempa Lombok,  Seorang Ibu Namai Anaknya GempitaIngin Kenang Gempa Lombok, Seorang Ibu Namai Anaknya Gempita/ Foto: Thinkstock
Gempita sendiri adalah anak ke-5 dari pasangan Ahmad dan Zulfiah. Ahmad yang sehari-harinya menjual mainan, harus menghadapi trauma anak-anaknya. Kadang, mereka masih menangis atau terbangun di tengah malam karena takut gempa.

"Iya tadi aja ada gempa lagi, kecil tapi anak-anak nangis. Ini banjir juga, jadi bolak-balik dataran tinggi sama pengungsian," kata Ahmad.

Bicara soal nama anak, psikolog anak dan keluarga, Anna Surti Ariani MPsi menyarankan agar para orang tua mempertimbangkan nama yang terbaik. Menurutnya, sebaiknya mereka mempertimbangkan arti dari nama yang akan digunakan.

"Pikirkan lagi bagaimana ketika nama itu dituliskan dan diucapkan. Nama itu benar-benar nama yang keluar dari hati, nama yang kita kasih ke anak bisa jadi koneksi antara orang tua dan anak lho," kata psikolog yang akrab disapa Nina dari Tiga Generasi.

Saran Nina, jika memungkinkan pilih nama yang cukup mudah diucapkan. Bisa nama-nama dari berbagai negara, atau justru yang khas berbau Indonesia. Sehingga dapat menambah rasa cinta pada Tanah Air.

(aml/rap)

TOPIK TERKAIT

HIGHLIGHT

Temukan lebih banyak tentang
Fase Bunda