Jakarta -
Gubernur Jawa Timur (Jatim)
Khofifah Indar Parawansa prihatin melihat data 11 daerah di Jatim masih banyak ditemukan stunting, kondisi seorang anak memiliki tinggi badan tidak sesuai standar usianya.
Berangkat dari fakta tersebut, Khofifah, yang baru sepekan menjabat, meminta jajarannya untuk mulai bergerak kampanye cegah stunting. Sasarannya, tidak hanya ibu hamil, tapi juga anak remaja.
Dikutip dari detikcom, Khofifah mengamanatkan kepada istri Wagub Jatim Emil Elestianto Dardak,
Arumi Bachsin, yang juga Ketua Tim Penggerak PKK Jatim untuk sosialisasikan pada generasi milenial untuk cegah stunting.
"Jadi kalau misalnya stunting itu kan ada di 11 tempat, jadi tim penggerak PKK di 11 Kabupaten bisa melakukan intervensi lebih, fokus dari 10 program itu untuk lini kesehatan. Fokus di stunting, dikoordinasikan dengan OPD setempat," kata Khofifah.
Sementara itu, Arumi yang masih 25 tahun tergolong generasi milenial, yang artinya Arumi dianggap lebih mudah mensosialisasikan kepada para remaja. Sosialisasi ini penting karena gaya hidup sehat harus ditanamkan sejak remaja.
"Kemudian karena Bu Arumi ini umurnya baru 25 tahun, banyak juga ketua-ketua penggerak PKK yang usianya masih pada usia yang masih kategori milenial, yang masih 38 tahun atau di bawah 38 tahun," ucap Khofifah.
"Saya berharap bahwa ada penanganan secara khusus, intervensi secara khusus pada anak-anak remaja. Jadi
lifestyle di usia remaja sangat memengaruhi kehamilan, itu tidak bisa dicegah saat kehamilan, tapi mempengaruhi
lifestyle pada saat remaja," sambungnya.
Menurut dr.Diana F. Suganda, M.Kes., Sp.GK., stunting adalah hasil dari kurang energi protein jangka panjang. Seorang anak dikatakan stunting apabila tinggi badannya tidak sesuai dengan usianya.
"Ketahuannya itu enggak mungkin dari lahir langsung stunting. Nah, seorang anak itu punya yang namanya kurva tinggi badan, berat badannya, yang bisa dicek ke posyandu, dokter anak. Jika memang tinggi badannya tidak sesuai dengan usia tersebut, padahal lahir normal, bukan prematur, karena prematur hitungannya beda, itu baru kita bilang stunting," jelas Diana kepada HaiBunda, beberapa waktu lalu.
Lebih lanjut, Diana mengatakan bahwa seorang anak memiliki potensi genetik tinggi badan, potensi tersebut merupakan genetik dari ayah dan ibunya. Namun bukan berarti jika ayah dan ibunya pendek anak tersebut akan stunting, karena stunting juga dipengaruhi oleh nutrisi selama masa pertumbuhan.
Dengan memberikan nutrisi yang baik pada anak di awal pertumbuhannya, potensi tinggi badan tersebut bisa naik. Sebaliknya, jika kurang gizi selama masa pertumbuhan, maka potensi tersebut pun akan turun.
"Plus minusnya tuh bisa sampai 8,5 cm, jadi kalau potensi misal anak perempuan 160, terus makannya bagus bisa naik jadi 168. Tapi pada saat asupannya jelek, dari 160 bisa kurang 8.5 cm jadi sekitar 150-an," tutur Diana.
Itu sebabnya Diana menekankan, di masa pertumbuhan nutrisi anak mesti dimaksimalkan agar tidak
stunting. "Jadi memang saat enam, tujuh bulan harus dilihat terus, banyak ibu yang datang ke dokter anak udah setahun, udah telat, padahal saat MPASI kita bisa kejar," jelasnya.
[Gambas:Video 20detik]
(yun)