Jakarta -
Beberapa orang tua bilang, punya anak perempuan adalah hal sulit. Tapi buat penyanyi
Virgoun, justru punya anak lelaki adalah hal tersulit.
"Untuk sekarang ini karena saya punya anak kedua laki-laki, lagi campur aduk nih hati saya antara senang, bingung, takut. Ya, pokoknya semua rasa yang sebelumnya enggak pernah saya rasain, sekarang saya rasain," ungkap Virgoun saat bertandang ke kantor Detikcom.
Suami dari Inara ini merasa, saat ia punya seorang anak lelaki berarti si anak harus ia didik jadi lebih hebat daripada dirinya. Diakui Virgoun, saat ini ia juga banyak berpikir dan introspeksi diri.
"Sehebat apa ya saya nanti? Bisa enggak ya saya mendidik anak lelaki saya? Ya, banyak kekhawatiran di depan sih," imbuh ayah dua anak ini.
 Foto: dok Instagram Virgoun |
Kenapa mendidik anak lelaki menurut Virgoun lebih sulit? Di matanya, anak lelaki itu pasti ada perlawanan, ada yang namanya adu argumen.
"Di situ saya harus menyiapkan diri untuk orang yang lebih baik. Kalau saya di mata anak belum pantas atau belum jadi manusia yang baik, pasti akan dilawan sama dia," tutur Virgoun.
Makanya, Virgoun berpendapat bukan sekadar teori, dia dan istri juga mesti memberi contoh bagi si kecil. Ya, karena orang tua adalah role model buah hatinya kan, Bun?
"Terus mungkin anak saya melihat dari pergaulan saya, kehidupan dan karier. Jadi menurut saya ya itu beberapa di antaranya yang menentukan apakah dia mau mendengarkan saya atau enggak," ujar
Virgoun.
Banyak pria merasa agak bingung tentang cara menjadi ayah bagi putra-putra mereka. Tetapi ayah yang kuat dan aktif sangat penting bagi pertumbuhan anak lelaki mereka.
Dilansir Family Education, seorang anak lelaki banyak belajar dari ayahnya, bahkan tanpa disadari anak tersebut. Anak lelaki belajar tentang kejantanan, apa yang disukai dan tidak disukai seorang pria dari ayahnya.
Tak sedikit lho anak-anak lelaki yang ingin menjadi seperti ayahnya saat mereka besar l. Sosok ayah tidak diragukan lagi memiliki pengaruh kuat pada putra mereka yang sedang tumbuh, dan itu dimulai sejak masa kelahiran.
Ross Parke, Ph.D., dari University of California di Riverside menemukan, ayah ternyata sama baiknya dalam membaca isyarat emosional bayi seperti halnya ibu. Hanya saja, ayah merespons dengan cara yang berbeda.
Permainan dan stimulasi aktif seorang
ayah sebenarnya dapat membantu bayi belajar untuk menyadari keadaan internalnya sendiri dan untuk mentolerir berbagai macam orang dan kegiatan. Kemudian, ayah adalah bagian integral dari pertumbuhan emosi, fisik, dan kognitif putra mereka yang sehat sejak saat-saat pertama kehidupan mereka.
[Gambas:Video 20detik]
(aml/rdn)