Jakarta -
Hampir semua orang menginginkan
pernikahan hanya sekali seumur hidupnya. Termasuk Ayah dan Bunda kan? Tapi, tak sedikit rasa gugup dan gelisah menghantui saat momen sakral itu tiba.
Ya, gelisah saat menghadapi pernikahan sangat wajar dialami. Masih ingatkah Bunda momen saat mengucap janji suci? Apakah Ayah dengan lantang melontarkan ijab dan tepat menyebut nama Bunda, serta mas kawin?
Pastinya, momen itu sangat menegangkan. Mungkin Ayah dan Bunda sudah merasakan kegelisahan sejak beberapa hari sebelum hari H pernikahan. Diyakini penasihat pernikahan Daniel Arseneault, pernikahan adalah sebuah tradisi yang sulit.
"Kemampuan untuk mencintai diri sendiri dan menghormati orang lain tak semudah yang dipikirkan, saat kita dihadapkan pada tekanan sehari-hari dan kewajiban yang dibebankan oleh masyarakat, budaya, keluarga, dan agama," tulis Arseneault dalam buku
Habis Nikah Ngapain?.
Mungkin itulah yang seringkali menjadi beban calon suami istri dan para pengantin baru. Tentu tak sekadar pusing memikirkan biaya undangan atau pesta pernikahan. Dilansir
Brides, pernikahan memang sangat emosional dan setiap orang yang terlibat pasti merasakan stres tingkat tinggi.
"Salah satu hal pertama yang harus dilakukan mempelai pria atau wanita, apakah mereka memiliki diagnosis atau kecemasan yang tidak terdiagnosis, disarankan punya waktu sejenak untuk menormalkan keadaan," kata Dr.Ben Michaelis, Ph.D, psikolog klinis dan penulis buku.
 Ilustrasi pernikahan/ Foto: iStock |
Pertempuran dua sukuMenurut penuturan Michaelis, bayangan tentang pernikahan sudah melambung tinggi dalam pikiran kita. Terutama bagi para wanita, di mana sejarah dan dongeng pernikahan seakan menyatu dalam kehidupannya.
"Secara historis, menikah adalah puncak kehidupan seorang wanita dan identitas dia ditetapkan oleh pasangannya," ungkap Michaelis.
Ia juga memastikan, saat merencanakan pernikahan, biasanya terjadi pertempuran dominasi antara dua suku. Bunda juga mengalaminya? Perdebatan dan tekanan finansial dari kedua belah pihak mungkin jadi penyebabnya.
"Alih-alih fokus pada detail yang diperlukan untuk hari pernikahan yang sempurna, gunakan energi itu untuk mempersiapkan diri menghadapi pernikahan fantastis sesungguhnya," tegas Michaelis.
Hmm, jadi ingat waktu Bubun nikah delapan tahun lalu. Bersyukur, kedua keluarga kami sepakat hanya menggelar akad nikah. Tanpa resepsi, tapi tak sedikit keluarga dan kerabat yang turut merasakan 'magisnya' momen
pernikahan Bubun dan suami.
Intip juga romantisme Nadia Mulya dan suami sebagai kunci gaya parenting, dalam video berikut:
[Gambas:Video Haibunda]
(muf/muf)