Jakarta -
Direktur Eksekutif McDonald's Steve Easterbrook dipecat pada Minggu (3/11/2019). Keputusan tersebut diambil setelah dewan komisaris menggelar rapat. Easterbrook dipecat dengan alasan yang mungkin tak bisa kita sangka, Bunda. Ia dipecat setelah terbukti menjalin asmara dengan pegawai.
Mengutip dari
CNN Indonesia, isi pertanyaan rapat dewan komisaris cukup mengejutkan. Easterbrook dibilang memperlihatkan sikap kurang baik termasuk berhubungan intim suka sama suka dengan seorang pegawai.
Sebelumnya, Easterbrook telah menjadi pemimpin perusahaan jaringan restoran itu pada empat tahun lalu. Sayangnya, karier yang dibangunnya mendadak berakhir pada akhir pekan lalu.
Saat diberhentikan, Easterbrook menulis surat permohonan maaf atas perbuatannya yang dianggap melanggar aturan. Surat itu diblast kepada seluruh karyawan McDonald's melalui email.
"Alasan kepergian saya adalah saya terlibat hubungan asmara dengan seorang karyawan, yang melanggar aturan McDonald's. Saya sadar ini sebuah kesalahan. Dan saya juga memahami keputusan dewan komisaris yang sejalan dengan nilai-nilai perusahaan ini. Ini saatnya bagi saya untuk terus maju dan saya berharap kalian menghargai privasi saya," tulis Easterbrook.
Dewan komisaris
McDonald's kemudian menunjuk Presiden McDonald's Amerika Serikat, Chris Kempczinski, sebagai pengganti Easterbrook. Sedikit tentang kehidupan pribadinya, Easterbrook diketahui sudah bercerai dengan istrinya dan sudah memiliki anak. Kariernya di McDonald's dianggap cemerlang.
Easterbrook yang menerapkan kebijakan modernisasi yakni merenovasi tampilan restoran, dan mengadopsi teknologi informasi pemesanan menu secara digital. Dia juga memutuskan tetap mempertahankan menu-menu lawas dan tidak melakukan inovasi.
Namun, hubungan Easterbrook dengan para pemegang lisensi waralaba di seluruh dunia tidak harmonis. Ia menolak salah satu menu yang diusulkan pemegang lisensi. Akhirnya, para pemegang hak waralaba itu membentuk asosiasi pada tahun lalu.
Terkait hal ini, penting bagi pekerja sekalipun petinggi untuk memerhatikan etika kerja. Menurut Nan S. Russell adalah mantan eksekutif perusahaan dan penulis empat buku, termasuk, Trust, Inc. dan The Titleless Leader bilang, etika adalah mengetahui perbedaan antara apa yang berhak kita lakukan dan apa yang benar untuk dilakukan.
"Dalam hal membangun kepercayaan di tempat kerja, menghindari kesalahan tidak sama dengan berbuat benar," tulisnya dikutip dari
Psychology Today.Menurutnya, para pemimpin yang baik, yang membangun kepercayaan memahami ada perbedaan antara sesuatu yang legal dan sesuatu yang etis. Sesuatu yang patuh dan sesuatu yang adil, sesuatu yang tertutup bagi orang, dan sesuatu yang harus ditangani.
Russel menggarisbawahi, "Etika berdampak pada tingkat kepercayaan." Untuk itu, jika Bunda berada di suatu perusahaan, sekalipun Bunda adalah petinggi, jangan lupakan
etika dalam bekerja.
Simak juga tempat kerja yang permudah Bunda bawa anak ke kantor:
(aci/som)