Jakarta -
Akun YouTube Calon Sarjana sempat jadi
trending topic di Twitter. Ini bermula ketika YouTuber asing JT mengunggah foto perbandingan videonya di YouTube dengan videonya akun Calon Sarjana. Pemilik akun Twitter @JTonYouTube itu kesal karena Calon Sarjana mencuri
thumbnail video-nya.
Ia tak habis pikir karena akun sebesar itu dengan 12,4 juta
subscribers tak punya kreativitas dan etika. Potongan video-video Calon Sarjana juga merupakan hasil plagiat dari akun YouTube JT.
"12,4 juta
subscriber dan dia mencuri
thumbnail saya. Dia benar-benar tidak tahu apa yang saya lakukan ha-ha-ha. Namun, masih ada 100-an video yang dicuri. 12m subs, oke sobat," tulisnya.
Pihak Calon Sarjana pun akhirnya minta maaf. Tetapi, JT tak langsung menerima permintaan maaf. JT juga tak segan mengambil tindakan hukum atas itu karena masih merasa videonya tak dihapus, melainkan disembunyikan.
"Satu-satunya alasan mereka mengirim saya ini adalah karena mereka menyadari saya ancaman terhadap saluran mereka. Mereka menyembunyikannya, artinya masih ada di sana. Jika mereka benar-benar ingin mengambil tindakan hukum maka saya setuju. Mereka memiliki 0 pada saya, kemenangan yang mudah," kata JT.
Kabar ini berembus hingga di akun Twitter Ernest Prakasa. Ernest mengecam berat dan menyangsikan hal tersebut. Apalagi Calon Sarjana berada di bawah sebuah media.
"Sekarang malah bikin malu 1 negara," tulis Ernest.
Tak lama setelah keributan di media sosial, pihak Calon Sarjana menyatakan permohonan maaf kepada
channel YouTube JT. Calon Sarjana mengaku bersalah karena menggunakan ide dan thumbnail yang sama, serta potongan video tanpa seizin JT.
"Kami dari segenap keluarga besar Calon Sarjana memohon maaf kepada
channel YouTube "JT" @JTonYouTube, atas kesalahan kami dalam menggunakan ide, dan menggunakan thumbnail serta potongan video tanpa seizin yang bersangkutan," tulis akun Calon Sarjana.
 Ernest Prakasa/ Foto: Veyninda Esaloni Pardede |
Terkait soal ini, sekiranya kita sebagai orang dewasa bahkan anak bisa mengambil pelajaran. Menurut dosen psikologi di Harvard University, Shelley H. Carson, Ph.D., plagiarisme dapat mengambil beberapa bentuk: itu bisa termasuk mengambil kata-kata orang lain dari sumber lain dan menyajikannya sebagai milik seseorang.
Bisa termasuk mengambil gagasan orang lain dan menyajikannya sebagai milik seseorang tanpa memberikan kredit yang pantas kepada penulis yang sebenarnya. Bagi anak, plagiarisme dianggap sebagai jenis ketidakjujuran akademik. Bagi siswa di tingkat universitas, hukumannya berkisar dari menerima nilai yang gagal pada tugas yang dijiplak hingga di-DO dari lembaga akademik.
"Namun beberapa siswa tampaknya bersedia mengambil risiko hukuman ini, meskipun mereka mungkin membahayakan kelangsungan akademik dan karier mereka di masa depan," tulis Carson dikutip dari Psychology Today.
Carson bilang, dengan mencegahÂ
plagiarisme kita semua akan menganggap karya kreatif dan ide-ide kreatif sebagai hal yang penting bagi pertumbuhan dan kesehatan atau budaya kita. Alasannya, pertama, mencuri kekayaan intelektual orang lain mengurangi motivasi untuk menghasilkan materi asli.
"Kedua, tidak mengutip atau merujuk sumber ide atau kata mengurangi akuntabilitas. Ini memungkinkan informasi yang berpotensi palsu dan diedarkan kembali tanpa ada cara untuk mengetahui dari mana informasi palsu itu berasal," sambungnya.
Ketiga, mencoba mencuri pekerjaan orang lain pada dasarnya adalah penipuan. Seperti halnya anak, menyontek dalam ujian berarti menipu dirinya sendiri.
Simak juga cara Mona Ratuliu detoks gadget pada anak melalui video berikut:
[Gambas:Video Haibunda]
(aci/som)