Jakarta -
Setelah Kaisar Akihito menurunkan tahta pada Naruhito, maka dilaksanakan sebuah ritual sakral bernama Daijosai. Ritual tersebut diadakan pada Jumat (15/11/2019). Ritual ini dinilai paling religius dari semua rangkaian ritual suksesi Naruhito.
Dalam ritual tersebut, kaisar menyembah dewi matahari dengan menawarinya sejumlah makanan tertentu. Saat ritual berlangsung Naruhito menghabiskan malam simbolis bersama dewi matahari 'Amaterasu Omikami' di kuil.
"Ritual ini pada dasarnya adalah pesta yang melibatkan dewi matahari dan kaisar," kata John Breen, profesor di Pusat Penelitian Internasional Studi Jepang Kyoto, dikutip dari
CNBC Indonesia.Breen menambahkan, sebagian besar penobatan memiliki unsur mistik. "Kaisar diubah dengan mengambil bagian dalam pesta ini," sambungnya.
Ritual dimulai dengan acara Yukiden Kyosen no Gi dari pukul 6.30 malam dan berlangsung sekitar tiga jam. Lalu diikuti ritual Sukiden Kyosen no Gi, yang dimulai sekitar pukul 00.30 pagi hari Jumat di aula Sukiden, yang dibangun untuk acara sekali seumur hidup. Sukiden Kyosen no Gi berakhir sekitar pukul 03.15 pagi.
Dipandu oleh para pejabat upacara yang membawa obor kecil, kaisar berusia 59 tahun, yang mengenakan jubah putih, memasuki Aula Yuki. Aula Yuki adalah bagian dari Balai Besar Daijokyu yang dibangun khusus di tanah Istana Kekaisaran untuk upacara tersebut.
Untuk pertama kalinya, kaisar menawarkan beras yang baru dipanen kepada dewi matahari Shinto Amaterasu, nenek moyang mitos keluarga kekaisaran, serta para dewa surga dan Bumi. Dia mengambil bagian dari dirinya sendiri untuk bersyukur dan berdoa untuk perdamaian dan kemakmuran Jepang.
 Kaisar Jepang Naruhito/ Foto: Kyodo/via REUTERS |
Sebanyak 510 orang, termasuk Perdana Menteri Shinzo Abe, anggota parlemen, gubernur prefektur dan perwakilan lainnya, mengamati bagian pertama ritual itu dari dekat. Permaisuri Masako, mengenakan kimono pengadilan berlapis putih, juga membayar upeti di aula lain di kompleks itu.
Meskipun rincian upacara utama tidak diungkapkan, pihak undangan mengatakan kaisar, dengan bantuan dua pelayan dan menggunakan sumpit bambu, menempatkan persembahan makanan, termasuk nasi, salmon, abalon dan kastanye manis.
Makanan tersebut dipindahkan dari kotak-kotak yang terbuat dari daun ek ke lebih dari 30 piring dan dilakukan lebih dari 500 kali. Ini dilakukan sebelum membacakan pesan kepada para dewa dan dewa leluhur. Dalam pesan itu, kaisar berterima kasih kepada mereka untuk panen yang melimpah dan berdoa untuk negara yang damai. Demikian dilansir Japan Times.
Namun ternyata, jalannya upacara ini cukup banyak ditentang. Acara ini banyak mendapat kritik dari kaum komunis hingga pemeluk agama Kristen di Jepang. Ritual ini juga memicu tuntutan hukum karena menghabiskan dana fantastis.
Ya, negara tersebut mengeluarkan 2,7 miliar yen atau sekitar Rp350 miliar untuk melakukan ritual Daijosai. Selain itu, ritual ini juga banyak menimbulkan pikiran negatif dari masyarakat yang menganggap menghabiskan malam dengan dewi matahari berarti berhubungan badan dengan sang dewi.
Menanggapi hal tersebut, pemerintah dan para ahli mengatakan itu tidak benar. Naruhito hanya menawarkan makanan hingga dewi dalam upacara terakhir mengesahkan status barunya sebagai kaisar.
Dalam keseharian, Bunda bisa menyampaikan kata-kata bijak yang nyeleneh tapi bermakna banget buat pasangan dan orang terdekat, bahkan teman. Seperti apa sih? Cek
di sini ya, Bun.
Simak juga video tentang hidangan Jepang mentai rice:
[Gambas:Video Haibunda]
(aci/rdn)