Jakarta -
Kita tahu penyakit jantung merupakan salah satu penyakit tidak menular paling umum yang dialami masyarakat Indonesia. Menurut data Riskesdas 2018, ada peningkatan prevalensi sakit jantung di Indonesia. Tentu ini memprihatinkan ya, Bunda?
Menurut dr.Asik Surya, MPPM, hampir empat juta orang Indonesia mengalami sakit jantung. Sebanyak 1,8 juta diidap oleh laki-laki dan 2,1 juta diidap wanita. Wah, kenapa wanita lebih banyak?
Ternyata, menurut ada perbedaan antara wanita dan pria yang kena serangan jantung. Menurut dr. Sally Aman Nasution, SpPD, K-KV, FINASIM, FACP, wanita ini memang istimewa karena apa? Tubuhnya sendiri secara fisiologi itu beda, Bunda.
"Ada yang namanya hormonal. Ekstradiol, estrogen, progesteron dan sebagainya. Pada wanita usia yang masih produktif, masih subur, hormon estrogennya banyak, nah hormon estrogen ini punya efek melindungi otot jantung dan pembuluh darah," kata Sally di acara Philips Thought Leadership Discussion, di GoWork Kuningan, Jakarta Selatan, Rabu (11/12/2019).
Sehingga kalau wanita itu masih produktif, sedikit berisiko kena sakit jantung. Namun, yang perlu dicatat begitu wanita menopause, hormonnya turun. Maka, itu mulai lagi ada risikonya. Proteksi jantung dan pembuluh darah menurun.
"Contoh, ada laki-laki usia 45, obesitas, hipertensi, gula naik, terus kena serangan jantung, Nah, kalau di sini wanita di usia yang sama, sudah mulai obesitas, tapi masih kecil risikonya karena masih punya estrogen," ujar ketua Perhimpunan Dokter Spesialis Penyakit Dalam Indonesia ini.
Tapi begitu usia 57-58, sudah menopause, dia lebih tua kalau sudah tua usianya maka risikonya lebih tinggi. Sehingga kalau wanita kena serangan jantung biasanya kondisinya sudah tua, paling banyak usianya itu 65 tahun, Bunda.
"Setelah menopause ada risiko, tapi kalau dilihat usia memang lebih tinggi wanita dibandingkan pria. Kecuali kalau dia masih usia subur tapi ada diabetes, kalau udah gula, mau umur berapapun akan berisiko. Mau usia muda tua, risikonya sama," kata Sally.
ilustrasi wanita/ Foto: admin |
"Kalau hipertensi, obesitas, kolesterol tinggi, laki-laki risikonya lebih tinggi. Sedangkan wanita enggak karena estrogen bisa mengcover itu kecuali dia diabetes. Begitu diabetes ada, efek estrogennya turun," sambungnya.
Mungkin Bunda pernah tahu atau baca penyakit autoimun? Penyakit autoimun ini bisa pengaruhi hormonal. Kalau wanita punya penyakit autoimun, risiko serangan jantungnya lebih tinggi. walau usianya muda.
Secara umum wanita biasanya lebih aman pada serangan jantung dalam usia reproduktif, kecuali ada diabetes yang kedua ada autoimun. Kalau sudah punya kedua penyakit itu, segala umur bisa terkena serangan jantung.
Sally pun menyebutkan faktor risikonya kurang lebih sama yaitu merokok, kurang aktivitas fisik. Namun, untuk wanita ada yang istimewa nih.
"Jadi ada beberapa kondisi yang enggak ada pada laki-laki, bisa berefek ke jantung contohnya kehamilan. Ini juga berefek ke jantung. Gangguan hipertensi kehamilan ini juga berefek ke jantung. Diabetes pada kehamilan juga," jelas Sally.
Selain penyakit autoimun, wanita yang menjalani pengobatan kanker payudara pun berisiko. Pengobatannya ini terutama kemoterapi sangat berefek ke jantung. Satu lagi yang enggak kalah penting yaitu depresi. Ya, depresi pada wanita bisa mengganggu hormonal.
"Hormon yang tidak seimbang sangat pengaruhi otot
jantung. Jadi ini keistimewaan yang enggak ada pada laki-laki tapi bisa jadi dominan. Dia enggak merokok, diabetes, tapi waktu hamil dia hipertensi sampai preeklampsia, itu berisiko pada jantungnya," tutur Sally.
Simak juga video tentang diet mediterania yang konon bisa mencegah penyakit jantung:
(aci/som)