Bercerai, Attila Syach Disebut Temperamental oleh Kuasa Hukum Istri

Kabar tak menyenangkan datang dari mantan model Attila Syach dengan istrinya, Bunga Sophia. Adik Atalarik Syach itu dilaporkan menggugat cerai sang istri ke Pengadilan Agama Jakarta Selatan, Bunda.

Attila sendiri bahkan yang mendaftarkan gugatan cerai pada 6 Oktober 2020 lalu. Hal tersebut dibenarkan oleh Humas Pengadilan Agama Jakarta Selatan, Taslimah.

Abu Bakar, selaku kuasa Hukum Bunga Sophia mengatakan bahwa penyebab retaknya rumah tangga Attila Syach dengan Bunga Sophia adalah banyaknya pertengkaran yang terjadi.

Menurut keterangan Abu Bakar J. Lamatapo, kliennya, Bunga Sophia merasa tak sanggup untuk melanjutkan rumah tangga dengan Attila lantaran kerap mendapatkan perlakuan kasar dari suaminya itu, Bunda.

"Selalu ribut, selalu ada pertengkaran dan itu dipicu dari sikap suami yang agak temperamental, mudah marah. Kalau marah meledak-ledak," kata Abu Bakar, dikutip dari InsertLive.

Meskipun tak melakukan kekerasan fisik, Abu Bakar merasa jika hal kekerasan fisik dapat saja terjadi, melihat dari emosi Attila saat marah kepada sang istri.

"Marahnya tidak melihat tempat. Di situ ada anak juga masih marah," kata Abu Bakar.

Attila Syach disebut Abu Bakar sering menghina dan merendahkan istri. Ia menjelaskan bahwa Attila Syach sering mengancam istrinya. Ia juga disebut sering menggunakan kekerasan verbal.

"Kekerasan fisik memang diakui tidak pernah ada, tetapi potensi ke arah sana itu ya bisa dibilang cukup banyak, ancaman ancaman gitu," papar Abu Bakar.

"Terus yang kedua kekerasan verbal, dengan kata kata kasar, menghina, merendahkan sebagai istri dan perempuan. Itu sering kali terjadi," ujarnya.

Diketahui dari pernikahannya dengan Bunga Sophia, Atilla Syach dikaruniai empat orang anak. Attila sempat berkarier sebagai model di tahun 1990-an. Namun, namanya meredup dan hilang begitu saja dari dunia hiburan ketika bercerai dengan istri pertamanya, Wulan Guritno.

Semoga keduanya tetap menjalin hubungan baik walaupun memilih untuk bercerai ya, Bunda.

Apa dampaknya bila kekerasan verbal antara suami istri dibiarkan terjadi?

Klik NEXT untuk ke halaman berikutnya.

Simak juga curhat Enno Lerian terkait perceraian yang pernah ia alami:

[Gambas:Video Haibunda]

Efek kekerasan verbal jangka pendek dan panjang pada korban

Angry millennial couple arguing shouting blaming each other of problem, frustrated husband and annoyed wife quarreling about bad marriage relationships, unhappy young family fighting at home concept

Ilustrasi suami istri/ Foto: iStock

Pada awalnya, efek dari kekerasan verbal tidak langsung terlihat, Bunda. Korban melihat ada sesuatu yang berbeda, tetapi sulit untuk menjelaskan masalahnya. Ketika teman bertanya mengapa ia sedih, ia mungkin berkata, "Kita sedang mengalami masa sulit dalam hubungan kita."

Dilansir Healthy Place, ketika teman-temannya meminta korban untuk menjelaskan kesulitannya, korban akan mengatakan sesuatu seperti, "Saya tidak tahu ... dia sangat murung dan sulit untuk berkomunikasi"

Korban dari efek kekerasan verbal beruntung jika mereka menghubungkan perasaan mereka dengan kekerasan di awal hubungan, tetapi itu jarang terjadi. Korban sering mengabaikan atau salah menafsirkan baik kekerasan maupun efeknya.

Ya, karena kekerasan verbal itu sendiri membuat korban kehilangan keseimbangan dan membuat korban tidak yakin dengan diri sendiri. Perasaan itu disebabkan oleh permainan pikiran verbal seperti cuci otak dan gaslighting.

Kemudian, efek jangka panjang kekerasan verbal yakni menjadi depresi dan merasa cemas. Sains menunjukkan bahwa kekerasan verbal memaksa jalur saraf otak untuk menciptakan bekas luka depresi dan kecemasan yang dalam. Seperti yang kita tahu saat ini, banyak korban kekerasan berakhir dengan depresi dan/atau kecemasan dan lebih buruk.