
moms-life
Nenek Penjual Pecel Hidup Prihatin hingga Merindukan Anak Tak Kunjung Pulang
HaiBunda
Senin, 19 Sep 2022 20:50 WIB

"Pecel..pecel..." suara lirih Martini terdengar berkali-kali. Namun seberapa kali pun dia mengulangnya, tidak banyak orang yang terpanggil untuk membeli pecel dari perempuan 77 tahun ini.
Dalam perjalanannya menjajakan pecel seharga Rp 5.000 ini, Martini sesekali memegang kakinya. Dia meringis tampak kesakitan akibat terlalu sering berjalan di usia tua. Hari itu, Martini hanya mendapat Rp 30 ribu dari penjualan pecel seharian.
Padahal dia harus menyisihkan uang lagi untuk membayar kontrakan seharga Rp 300 ribu per bulan. Kontrakan yang dia tempati hanya 3x3 meter dengan satu lampu penerangan dan peralatan dapur yang menumpuk. Pakaian pun dia gantung karena tak punya lemari.
![]() |
Jika malam tiba, alas tidur berupa tikar yang amat tipis berikut bantal menjadi tempat istirahatnya. Tentu, ini jauh dari kata nyaman untuk ibu asal Wonogori, Jawa Tengah itu.
Dalam remangnya malam di tengah ibu kota yang gemerlap, Martini menceritakan kisahnya yang kini hidup sebatang kara.
"Pindah ke Jakarta ikut suami. Suami Udah meninggal, sakit tapi meninggalnya di Jawa. Anak di Bekasi tapi anak itu udah ga ngakuin saya. Kita gak mikirin siapa-siapa, diriku sendiri, dagang, nyambung hidup dah biar kita bertahan hidup. Jualan pecel lontong gorengan," ungkapnya sedih.
Martini menatap lagi foto dia bersama anak semata wayangnya yang tak tahu kabarnya. Tersirat kerinduan mendalam akan kehadirian buah hatinya yang dia besarkan dengan bersusah payah.
"Gimana sih sama anak, kangen beneran, kalau mikir mau di kamar saya diem sendiri. Abis gimana lagi kalo kita sakit mau ngandelin siapa. kita kalau mau berobat minta ke siapa, yang nganterin siapa," ucap Martini lagi pelan. Kendati demikian, meski bukan sang anak yang di sisi, Martini dikelilingi orang-orang baik yang siap membantu. Mereka adalah teman-teman lansia hingga para tetangganya.
![]() |
"Anak kayak gitu juga, kayak orang lain. Orang lain kaya anak. Makanya kita itu suka ngenes, aku suka nutupin kesedihanku sendiri paling kita ambil air wudu, ya Allah kita lindungilah hambamu yang lemah ini dan pasrah sama Allah," lanjut dia pasrah.
Meski menurut Martini, sang anak sudah begitu tega namun ada secercah harapan suatu hari anaknya pulang dan memeluknya. Sahabat baik, kita memang tidak bisa membantu anak Martini untuk pulang, namun setidaknya kita bisa meringankan hidupnya yang tinggal seorang diri. Dengan begitu, Martini bisa lebih kuat dan merasa tidak sendiri. Ayo mulai Donasi sekarang di berbuatbaik.id
Kabar baiknya, semua donasi yang diberikan seluruhnya akan sampai ke penerima 100% tanpa ada potongan. Kamu yang telah berdonasi akan mendapatkan notifikasi dari tim kami. Selain itu, bisa memantau informasi seputar kampanye sosial yang kamu ikuti, berikut update terkininya.
Jika kamu berminat lebih dalam berkontribusi di kampanye sosial, #sahabatbaik bisa mendaftar menjadi relawan. Kamu pun bisa mengikutsertakan komunitas dalam kampanye ini.
Yuk jadi #sahabatbaik dengan #berbuatbaik mulai hari ini, mulai sekarang juga!
(mul/ziz)TOPIK TERKAIT
ARTIKEL TERKAIT

Mom's Life
Nasib Pilu Keluarga Pencari Cengkih, Memunguti Rupiah Guna Bertahan Hidup

Mom's Life
Suami Menghilang, Mak Oom Pantang Menyerah Mengais Rezeki dari Kiciwis

Mom's Life
Tangis Ibu Omin Pedih Ratapi Nasib Jadi Penopang Keluarga Besar

Mom's Life
Pedihnya Nasib Mbah Mujanah, Bertahan Hidup dari Lembaran Ikan Asin

Mom's Life
Demi Makan, Keluarga Miskin Ini Bahu Membahu Bekerja di Tengah Keterbatasan

Mom's Life
Tanpa Orang Tua, Tanti Berjuang Banting Tulang Urus Nenek Stroke dan Adik
HIGHLIGHT
HAIBUNDA STORIES
REKOMENDASI PRODUK
INFOGRAFIS
KOMIK BUNDA
FOTO
Fase Bunda