Terpopuler
Aktifkan notifikasi untuk dapat info terkini, Bun!
Bunda dapat menonaktifkan kapanpun melalui pengaturan browser.
Nanti saja
Aktifkan

moms-life

Kenali Ciri-ciri Penyakit Hematoma Subdural, Penyebab Meninggalnya Kreator Dragon Ball

Arsitta Dwi Pramesti   |   HaiBunda

Jumat, 15 Mar 2024 12:50 WIB

ilustrasi cidera kepala atau pendarahan otak
Ilustrasi hematoma subdural yang jadi penyebab kreator Dragon Ball meninggal/Foto: Getty Images/alvarez
Daftar Isi

Dunia manga baru saja berduka sebab kreator anime Dragon Ball Akira Toriyama meninggal dunia. Kreator anime Dragon Ball ini meninggal karena hematoma subdural akut di usia 68 tahun. Lantas, bagaimana ciri-ciri penyakit hematoma subdural ini?

Hematoma subdural merupakan pendarahan yang terjadi di luar otak. Pendarahan ini terletak diantara bawah lapisan terluar otak, dura, dan membran arachnoid. Meski pendarahan terjadi di bawah tengkorak dan di luar otak, bukan di otak itu sendiri, namun pendarahan memberikan tekanan yang besar pada otak. 

Jika tekanan akibat pendarahan meningkat, hematoma subdural dapat menyebabkan penderitanya mengalami sakit kepala hebat, ketidaksadaran, hingga kematian. Untuk itu, Bunda harus mengenali ciri-ciri penyakit hematoma subdural yang mematikan ini.

Banner Menu Sahur untuk Diet

Penyebab Hematoma Subdural seperti yang diderita Akira Toriyama

Melansir dari My Cleveland Clinic, penyebab terbesar hematoma subdural adalah cedera kepala. Cedera pada kepala ini disebabkan oleh beberapa faktor, di antaranya:

  • Terjatuh dan kepala terbentur.
  • Kepala terbentur saat kecelakaan mobil atau motor.
  • Kepala terbentur saat berolahraga.
  • Cedera kepala akibat penyerangan atau kekerasan fisik.

Karena penyebabnya yang sangat general, hematoma subdural dapat mengincar siapa saja, mulai anak-anak hingga lansia. Namun terdapat beberapa faktor yang dapat meningkatkan risiko terkena hematoma subdural. Faktor ini antara lain:

1. Usia

Orang berusia 65 tahun ke atas dan bayi lebih berisiko terkena hematoma subdural. Seiring bertambahnya usia, otak menyusut di dalam tengkorak Anda. Ruang antara tengkorak dan otak melebar, sehingga membuat pembuluh darah kecil di selaput antara tengkorak dan otak meregang. Pembuluh darah yang menipis dan meregang ini lebih mungkin robek, meskipun mengalami cedera kepala ringan. 

Sedangkan pada bayi, bayi belum memiliki otot leher yang kuat untuk melindungi dirinya dari cedera kepala. Jika Bunda mengguncang bayi dengan kuat, bayi dapat mengalami hematoma subdural (sindrom bayi terguncang).

2. Berolahraga fisik

Orang yang melakukan olahraga fisik berintensitas tinggi atau ekstrim, seperti sepak bola, rugby, atau seluncur salju, memiliki peningkatan risiko hematoma subdural. Olahraga fisik seperti ini memiliki resiko cedera kepala yang besar.

3. Mengkonsumsi obat pengencer darah

Obat pengencer darah (antikoagulan) memperlambat proses pembekuan atau mencegah pembekuan darah. Jika darah tidak menggumpal, pendarahan di sekitar otak dapat semakin parah dan berlangsung lama, bahkan setelah cedera yang relatif ringan. Hal ini menyebabkan adanya tekanan pada otak yang menyebabkan hematoma subdural.

4. Hemofilia

Hemofilia merupakan kelainan pendarahan bawaan yang mencegah pembekuan darah. Penderita hemofilia memiliki risiko lebih tinggi mengalami pendarahan yang tidak terkontrol setelah cedera.

Penderita hemofilia memiliki resiko yang sangat besar untuk menderita hematoma subdural karena benturan ringan saja dapat beresiko pendarahan hebat.

5. Konsumsi minuman beralkohol

Minum alkohol dalam jumlah berlebihan lama kelamaan menyebabkan kerusakan hati. Hati yang rusak tidak dapat menghasilkan cukup protein yang membantu pembekuan darah. Hal ini meningkatkan risiko pendarahan yang tidak terkontrol. 

Ciri-ciri penyakit Hematoma Subdural

Melansir dari WebMD, ciri-ciri hematoma subdural bergantung pada kerasnya benturan dan kecepatan perdarahan. Pada cedera kepala yang disertai pendarahan serius dan langsung menyebabkan hematoma subdural, seseorang mungkin langsung pingsan atau bahkan koma.

Di sisi lain, seseorang mungkin tampak normal selama berhari-hari setelah cedera kepala, kemudian perlahan-lahan menjadi linglung dan kemudian pingsan beberapa hari kemudian.

Hal ini disebabkan oleh laju perdarahan yang lebih lambat menyebabkan hematoma subdural yang membesar secara perlahan. Pada hematoma subdural yang menyebar sangat lambat, mungkin tidak ada gejala yang terlihat selama lebih dari 2 minggu setelah pendarahan dimulai.

Namun, Bunda dapat melihat ciri-ciri umum hematoma subdural yang meliputi:

  • Sakit kepala
  • Kebingungan
  • Perubahan perilaku
  • Pusing
  • Mual dan muntah
  • Kelesuan atau rasa kantuk yang berlebihan
  • Kelemahan
  • Apati
  • Kejang
  • Ukuran pupil tidak sama
  • Hilangnya gerakan pada sisi tubuh yang berlawanan dengan cedera kepala
  • Kepala membesar pada bayi
  • Hilang ingatan
  • Ucapan tidak jelas

Jika benturan sangat keras dan pendarahan berlangsung cepat, ciri-ciri hematoma subdural yang memburuk dapat meliputi:

  • Kelumpuhan
  • Kejang
  • Masalah pernapasan
  • Penurunan kesadaran

Perlu Bunda ketahui bahwa gejala dan tingkat keparahan hematoma subdural sangat bervariasi dan tergantung pada usia, kondisi medis, dan seberapa besar pendarahannya.

Pengobatan Hematoma Subdural

Pengobatan hematoma subdural tergantung pada tingkat keparahannya, Bunda. Pengobatan hematoma subdural dapat berkisar dari menunggu dengan waspada hingga operasi otak.

Pada hematoma subdural kecil dengan gejala ringan, dokter mungkin tidak merekomendasikan pengobatan khusus selain observasi. Dokter akan melakukan tes kepala berulang kali untuk memantau apakah hematoma subdural membaik.

Sedangkan pada hematoma subdural yang parah, memerlukan bantuan pernapasan dengan mesin dan alat bantu hidup lainnya. Hematoma subdural yang parah ini memerlukan pembedahan untuk mengurangi tekanan pada otak. 

Bunda, itulah ciri-ciri penyakit hematoma subdural yang menyebabkan Akira Toriyama kreator Dragon Ball meninggal dunia. Setelah mengetahui bahayanya penyakit ini, jaga keluarga agar jangan sampai mengalami benturan kepala yang parah ya, Bun. Segera observasi dan periksakan ke dokter jika kepala terbentur sekecil apapun. Semoga bermanfaat ya, Bunda.

Bagi Bunda yang mau sharing soal parenting dan bisa dapat banyak giveaway, yuk join komunitas HaiBunda Squad. Daftar klik di SINI. Gratis!

(fia/fia)

TOPIK TERKAIT

HIGHLIGHT

Temukan lebih banyak tentang
Fase Bunda