Terpopuler
Aktifkan notifikasi untuk dapat info terkini, Bun!
Bunda dapat menonaktifkan kapanpun melalui pengaturan browser.
Nanti saja
Aktifkan

moms-life

Gemar Minuman Berpemanis, Siswa Kelas 5 SD Ini Akhirnya Harus Cuci Darah Rutin

Tim HaiBunda   |   HaiBunda

Rabu, 27 Mar 2024 13:00 WIB

Macro closeup of iced tea or soda with ice cubes and straw in glass
Waspada Minuman Berpemanis, Siswa Kelas 5 SD harus Cuci Darah Rutin Akibat Gagal Ginjal/Foto: Getty Images/iStockphoto/ablokhin
Jakarta -

Mengonsumsi makanan maupun minuman dengan pemanis harus menjadi perhatian bagi keluarga, Bunda. Jika tidak, ada beragam penyakit berbahaya yang dapat mengancam kesehatan tubuh.

Masalah ini tak hanya berlaku pada orang dewasa. Karena faktanya, justru anak-anaklah yang sangat berisiko karena kerap mengonsumsinya dalam jumlah tak terbatas.

Bahkan, anggota Komisi IX DPR RI dari Fraksi Partai Keadilan Sejahtera Netty Prasetiyani mengaku prihatin dengan pola hidup masyarakat usia muda di Indonesia. Ia menilai, banyak yang gemar mengonsumsi makanan maupun minuman dengan pemanis tambahan tinggi. Akibatnya, mereka berisiko mengidap penyakit tidak menular seperti gagal ginjal.

Siswa kelas 5 SD rutin cuci darah

Dalam rapat kerja Komisi IX DPR RI dengan Kementerian Kesehatan, Netty menyayangkan berbagai aplikasi yang menawarkan promo menggiurkan, seperti gratis minuman manis untuk setiap pembelian tertentu. Tidak hanya itu, ia juga mengkritisi sikap perusahaan makanan dan minuman yang seakan mendorong tingkat konsumsi gula tanpa memperhatikan risiko kesehatan yang berpotensi muncul.

"Saya baru saja mengalami keprihatinan. Salah satu anak TA (Tenaga Ahli) saya berusia 23 tahun harus cuci darah karena kebiasaan mengonsumsi makanan yang bisa dibeli secara online. Anak-anak kita itu paling senang kalau dapat promo bayar pakai aplikasi tertentu, nanti dapat minuman berpemanis," ujar Netty di ruang rapat Komisi IX DPR RI.

"Rata-rata minumannya berpemanis dan itu diglorifikasi lewat berbagai iklan yang luar biasa dan seolah-olah itu tidak berdampak (terhadap kesehatan)," sambungnya.

Ia juga mengaku telah menemukan siswa kelas lima SD asal Karawang, Jawa Barat, yang telah diwajibkan untuk menjalani prosedur cuci darah akibat kebiasaan mengonsumsi teh dengan kandungan gula tinggi.

"Pak menteri, ada anak kelas 5 SD sudah harus bolak-balik dari Karawang ke RSCM (Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo) untuk cuci darah," ungkap Netty. "Kenapa? Ternyata kebiasaan mengonsumsi teh yang gulanya tinggi," tegasnya.

Ia turut menyoroti perkembangan industri makanan dan minuman yang tidak disertai dengan perhatian terhadap risiko kesehatan akibat pemanis tambahan.

"Padahal BPOM melakukan KIE (Komunikasi, Informasi, dan Edukasi) bahwa kita harus mengendalikan gula, lemak, dan garam. Namun, kenyataannya masyarakat tidak bisa seperti itu. Kemenkes ini seperti pemadam kebakaran," ujar Netty.


TERUSKAN MEMBACA KLIK DI SINI. 


Bagi Bunda yang mau sharing soal parenting dan bisa dapat banyak giveaway, yuk join komunitas HaiBunda Squad. Daftar klik di SINI. Gratis! 

(AFN/pri)

TOPIK TERKAIT

HIGHLIGHT

Temukan lebih banyak tentang
Fase Bunda