Terpopuler
Aktifkan notifikasi untuk dapat info terkini, Bun!
Bunda dapat menonaktifkan kapanpun melalui pengaturan browser.
Nanti saja
Aktifkan

moms-life

Arti Malam 1 Suro, Sejarah Perayaan di Indonesia dan Larangan dalam Tradisi

Amira Salsabila   |   HaiBunda

Rabu, 03 Jul 2024 10:55 WIB

Ilustrasi tahun baru islam
Arti Malam 1 Suro, Sejarah Perayaan di Indonesia dan Larangan dalam Tradisi/Foto: Getty Images/Baramyou0708
Daftar Isi
Jakarta -

Tahukah Bunda? Malam 1 Suro adalah perayaan awal bulan Sura yang menjadi awal tahun baru dalam kalender Jawa. Perayaan ini menjadi tradisi yang tumbuh dan berkembang di kalangan masyarakat Jawa yang bertepatan dengan Tahun Baru Islam.

Sebagian besar masyarakat suku Jawa menganggap bahwa bulan Suro merupakan bulan yang sakral, terutama pada malam 1 Suro.

Untuk merayakannya, berbagai macam acara diselenggarakan masyarakat Jawa dari berbagai daerah dengan kegiatan dan makna berbeda-beda dalam rangka merayakan malam 1 Suro.

Banner 9 Resep Sayur Penurun Kolesterol

Sejarah perayaan malam 1 Suro di Indonesia

Melansir dari laman detikcom, penetapan 1 Suro sebagai awal Tahun Baru Jawa dilakukan sejak zaman Kerajaan Mataram pada masa pemerintahan Sultan Agung Hanyikrokusumo, Raja Mataram yang berkuasa pada 1613-1645.

Pada 1633 M atau 1555 tahun Jawa, Sultan Agung mengadakan pesta atau selamatan secara besar-besaran. Dalam pesta tersebut, Sultan Agung menetapkan Tahun Jawa atau Tahun Baru Saka untuk diberlakukan di bumi Mataram. Sultan Agung juga menetapkan 1 Suro sebagai tanda awal tahun baru Jawa.

Penetapan tersebut diputuskan oleh Sultan Agung setelah memadukan kalender Hijriah, kalender Jawa, sistem penanggalan Hindu, dan sedikit pengaruh dari penanggalan Julian.

Kemudian, Sultan Agung mengeluarkan dektrit yang menyatakan bahwa pergantian penanggalan Saka yang berbasis putaran matahari dengan kalender Qamariah yang berbasis putaran bulan. Dektrit tersebut menjadi awal perubahan setiap angka tahun Jawa yang diteruskan dan berkesinambungan dengan tahun Saka.

Sementara itu, Sunan Giri II membuat penyesuaian antara sistem kalender Hijriah dengan sistem kalender Jawa pada 931 H atau 1443 tahun Jawa baru untuk memperkenalkan kalender Islam pada masyarakat Jawa.

Pada saat yang bersamaan, Sultan Agung menyeru kepada rakyatnya untuk bersatu melawan Belanda di Batavia. Seluruh kalangan masyarakat termasuk kaum santri dan abangan disatukan oleh Sultan Agung.

Untuk mengendalikan pemerintahannya, Sultan Agung mengadakan laporan pemerintahan yang dilakukan setiap Jumat Legi. Kegiatan tersebut juga disertai dengan pengajian sekaligus ziarah kubur dan haul ke makam Ngampel (Sunan Ampel) dan Giri. Kegiatan inilah yang menjadi cikal bakal kesakralan malam 1 Suro.

Larangan dalam tradisi malam 1 Suro

Pada perayaan malam 1 Suro, ada beberapa larangan dalam tradisi yang perlu ditaati oleh masyarakat. Sebagai berikut:

1. Larangan keluar di malam hari

Masyarakat mempercayai bahwa pada malam yang sakral tersebut lebih baik berdiam diri di rumah terutama saat malam hari. Jika dilanggar, dipercaya akan mendatangkan kesialan atau hal-hal negatif.

2. Tidak boleh mengadakan pesta atau hajatan

Jika menggelar pesta seperti pernikahan atau hajatan apapun pada malam 1 Suro, dianggap mendatangkan bencana. Akan tetapi, dalam Islam sebenarnya tidak ada aturan mengenai waktu yang tepat untuk menikah dan tidak ada larangan menikah di bulan tertentu, termasuk bulan Muharram.

3. Tidak boleh berbicara atau berbisik

Berbicara atau berbisik selama ritual malam 1 Suro juga sangat dianjurkan, Bunda. Salah satu ritual yang hanya ada di Keraton Yogyakarta adalah mubeng benteng dan tapa bisu atau tidak berbicara pada saat malam 1 Suro.

4. Dilarang berbicara kasar

Membicarakan hal-hal yang buruk atau kasar saat malam 1 Suro juga sangat dilarang. Hal ini karena dipercaya dikhawatirkan akan menjadi kenyataan.

Selain itu, larangan ini juga dikaitkan dengan sebagian orang Jawa yang percaya keberadaan makhluk gaib di bulan Suro yang keluar dan mencari manusia yang bertindak lalai dan tidak waspada.

5. Dilarang pindahan atau membangun rumah

Bunda juga tidak disarankan untuk pindah atau membangun rumah pada malam tersebut. Orang Jawa percaya bahwa hal ini dapat mendatangkan kesialan.

Nah, itulah sejarah perayaan malam 1 Suro di Indonesia hingga berbagai larangannya. Semoga bermanfaat, ya, Bunda.

Bagi Bunda yang mau sharing soal parenting dan bisa dapat banyak giveaway, yuk join komunitas HaiBunda Squad. Daftar dan klik di SINI. Gratis!

(asa/fia)

TOPIK TERKAIT

HIGHLIGHT

Temukan lebih banyak tentang
Fase Bunda