Terpopuler
Aktifkan notifikasi untuk dapat info terkini, Bun!
Bunda dapat menonaktifkan kapanpun melalui pengaturan browser.
Nanti saja
Aktifkan

moms-life

Apa Itu Doomscrolling? Perilaku 'Candu' Konten Negatif di Media Sosial

Annisa Afani   |   HaiBunda

Rabu, 16 Oct 2024 18:31 WIB

A woman falling asleep staring at a smartphone screen in bed.
Ilustrasi Doomscrolling, Perilaku Kecanduan Konten Negatif di Dunia Maya/Foto: Getty Images/iStockphoto/RRice1981
Jakarta -

Saat ini, kita semakin mudah terpapar konten negatif dari media maya. Apalagi, berbagai hal yang diunggah di platform digital, sangat cepat tersebar hingga memunculkan sebuah perilaku yang disebut dengan doomscrolling.

Menurut laman resmi Flinders University, doomscrolling diartikan sebagai suatu kebiasaan melihat berita atau konten negatif di media sosial. Perilaku ini membuat seseorang terus menerus mencari tahu informasi tersebut meski menimbulkan rasa cemas atau tidak nyaman dan membuat efek ketagihan.

Dorongan untuk terus-menerus melihat berita negatif dipengaruhi oleh meningkatnya konflik, seperti kekerasan, bencana alam yang terus terjadi, dan ketegangan politik yang mendominasi media. Dalam situasi seperti ini, banyak dari kita yang merasa terdorong untuk terus memantau berita yang ada.

Dikutip dari Harvard Health Publishing, doomscrolling dapat memengaruhi siapa saja yang memiliki perangkat digital. Dr Aditi Nerurkar dari Harvard Medical School menekankan, "Jika anda memiliki perangkat maka akan sering untuk membaca berita buruk."

Perilaku ini berakar pada sistem limbik otak manusia, yang sering disebut sebagai otak kadal atau reptil. Cara kerjanya dengan berperan dalam proses melawan atau lari dari bahaya dan mendorong kita untuk selalu lari dari ancaman.

Doomscrolling dapat memengaruhi siapa saja yang memiliki perangkat digital seperti dikutip dari Harvard Health Publishing. Dr Aditi Nerurkar dari Harvard Medical School menekankan, "Jika anda memiliki perangkat maka akan sering untuk membaca berita buruk."

Perilaku ini berakar pada sistem limbik otak manusia, yang sering disebut sebagai otak kadal atau reptil. Cara kerjanya dengan berperan dalam proses melawan atau lari dari bahaya dan mendorong kita untuk selalu lari dari ancaman.

Meskipun semua orang rentan melakukan perilaku buruk, ini terdapat tiga kondisi orang yang lebih rentan melakukannya, yaitu orang yang sedang mengalami stres, perempuan, dan orang yang memiliki trauma.


TERUSKAN MEMBACA KLIK DI SINI. 

Bagi Bunda yang mau sharing soal parenting dan bisa dapat banyak giveaway, yuk join komunitas HaiBunda Squad. Daftar klik di SINI. Gratis! 

(AFN/som)

TOPIK TERKAIT

HIGHLIGHT

Temukan lebih banyak tentang
Fase Bunda