Terpopuler
Aktifkan notifikasi untuk dapat info terkini, Bun!
Bunda dapat menonaktifkan kapanpun melalui pengaturan browser.
Nanti saja
Aktifkan

moms-life

Masih Mengantuk Walau Sudah Cukup Tidur, Bisa Jadi Sakit Diabetes

Maya Sofia Puspitasari   |   HaiBunda

Kamis, 07 Aug 2025 16:10 WIB

Young businesswoman yawning at a modern office desk in front of a laptop, covering her mouth out of courtesy
Ilustrasi mengantuk karena diabetes/ Foto: Getty Images/songsak chalardpongpun
Jakarta -

Bunda masih mengantuk walau sudah cukup tidur? Bisa jadi hal ini tanda Bunda sakit diabetes.

Masih mengantuk walau sudah cukup tidur memang bisa saja hanya efek kelelahan setelah Bunda beraktivitas seharian. Namun perlu dicatat, jika kantuk muncul terus-menerus hampir setiap hari meski merasa sudah memiliki waktu cukup untuk istirahat, kondisi ini patut diwaspadai ya Bunda. Sebab, bisa jadi tanda awal diabetes.

Sering mengantuk tanda awal diabetes

Dokter Spesialis Penyakit Dalam Konsultan Endokrinologi Metabolik dan Diabetes Mayapada Hospital Jakarta Selatan, dr. Herry Nursetiyanto, Sp.PD-KEMD, FINASIM, mengungkapkan, rasa kantuk berlebihan termasuk gejala yang sering dialami penderita diabetes, terutama saat kadar gula darah tidak stabil.

"Jika gula darah terlalu tinggi (hiperglikemia), tubuh membuang glukosa melalui urine (glikosuria), mengakibatkan tubuh banyak kehilangan cairan, darah mengental, dan oksigen ke otak berkurang, hingga tubuh terasa lelah dan mengantuk," ujarnya.



Sebaliknya, lanjut Dokter Herry, saat gula darah terlalu rendah (hipoglikemia), otak kekurangan glukosa sebagai sumber energi. Kondisi ini bahkan bisa mengganggu fungsi sel-sel saraf otak (neuroglikopenia). Gejalanya, ujar dia, bisa berupa gemetar, berkeringat, lapar, dan jantung berdebar.

"Jika gejalanya terjadi secara perlahan, terutama saat malam hari, dan tidak segera ditangani, dapat menimbulkan kelelahan berat, bingung, mengantuk, hingga pingsan atau koma," tuturnya.

Beda mengantuk biasa dengan mengantuk karena diabetes

Lebih lanjut, Dokter Herry menjelaskan beda mengantuk biasa dengan kantuk karenadiabetes. Rasa kantuk berlebihan, bahkan setelah tidur cukup, bisa menjadi tanda awal diabetes. Terutama jika disertai riwayat keluarga dengan diabetes.

"Waspadai juga gejala lainnya seperti sering haus, sering buang air kecil, mudah lapar, pandangan kabur, berat badan turun drastis, sulit berkonsentrasi, hingga merasa lemas sepanjang hari," ujar Dokter Herry.

Ia mengungkapkan, diabetes yang tidak terkontrol dalam jangka panjang juga bisa menimbulkan komplikasi yang merusak saraf-saraf otonom, yaitu sistem yang mengatur fungsi tubuh secara otomatis, seperti tekanan darah. Nah, ketika fungsi ini terganggu, tekanan darah bisa turun secara tiba-tiba saat berdiri (hipotensi ortostatik).

"Akibatnya, aliran darah ke otak berkurang sementara dan memicu rasa pusing, lemas, dan mengantuk," ucapnya.

Rasa mengantuk terus-menerus memang sering dianggap sepele. Padahal kondisi ini bisa berdampak besar bagi kesehatan, Bunda.

Selain mengganggu aktivitas sehari-hari, kondisi tersebut juga dapat menurunkan kualitas hidup. Mulai dari hilang fokus hingga pola makan dan aktivitas fisik yang menjadi tidak teratur.

Tak banyak yang menyadari bahwa mengantuk terus-menerus, bisa menjadi gejala awal prediabetes atau diabetes. Apalagi tanpa pemeriksaan dan perubahan gaya hidup, kondisi ini bisa berkembang menjadi diabetes.

Diabetes yang tidak dikontrol dengan baik akan menimbulkan berbagai komplikasi serius seperti luka yang sulit sembuh, gagal ginjal, stroke, serangan jantung, hingga kebutaan.

Namun, jangan khawatir Bunda. Rasa mengantuk akibat gangguan gula darah dapat dicegah dengan menerapkan pola makan seimbang, tidur yang cukup, pengelolaan gula darah, pengelolaan stres, dan rutin beraktivitas fisik.

"Segera periksa ke dokter untuk memastikan kemungkinan prediabetes atau diabetes, atau gangguan metabolik lainnya," ucap Dokter Herry.

Sebagai langkah antisipatif terhadap risiko diabetes, Mayapada Hospital menghadirkan Sugar Clinic sebagai pusat layanan kesehatan GRATIS bagi semua kalangan. Layanan ini membantu mendeteksi risiko prediabetes dan diabetes, memberikan manajemen menyeluruh, serta panduan gaya hidup guna menjaga metabolisme tetap sehat. Layanannya mencakup skrining berbasis AI, pemeriksaan gula darah (HbA1c dan kolesterol), serta konsultasi medis dan pendampingan gaya hidup sehat yang terintegrasi.

Layanan ini tersedia di beberapa unit Mayapada Hospital di Jakarta Selatan (Lebak Bulus dan Kuningan), Tangerang, Bandung, dan Surabaya. Untuk booking skrining bisa dilakukan melalui MyCare, termasuk jadwal konsultasi dengan dokter dan akses kegawatdaruratan melalui fitur Emergency Call.

MyCare menyediakan fitur Health Articles & Tips, berisi informasi dan tips seputar kesehatan tubuh, serta fitur Personal Health, yang terhubung dengan Health Access dan Google Fit, yang memantau langkah, kalori, detak jantung, hingga BMI.

Unduh MyCare sekarang dan dapatkan reward poin potongan harga untuk berbagai jenis pemeriksaan di seluruh unit Mayapada Hospital.

Bagi Bunda yang mau sharing soal parenting dan bisa dapat banyak giveaway, yuk join komunitas HaiBunda Squad. Daftar klik di SINI. Gratis!



(som/som)

TOPIK TERKAIT

HIGHLIGHT

Temukan lebih banyak tentang
Fase Bunda