HaiBunda

MOM'S LIFE

Jangan Sering Ucap "Maaf", Ini Alasannya Menurut Penelitian

Amira Salsabila   |   HaiBunda

Jumat, 12 Sep 2025 06:30 WIB
Ilustrasi jangan sering ucap 'maaf' / Foto: Getty Images/iStockphoto/Vitalii Petrushenko
Jakarta -

Kebanyakan orang mungkin sering mengatakan kata “Maaf”, sekalipun mereka tidak melakukan kesalahan. Namun, siapa sangka? Ternyata sering meminta maaf juga bukan hal baik, Bunda.

Terlalu sering meminta maaf atas hal-hal yang tidak dapat dikendalikan dapat membuat orang lain memandang diri kita rendah.

Beberapa contoh hal yang tidak perlu Bunda minta maaf antara lain ketika bersin, menghalangi jalan seseorang (padahal memang berada di tempat yang ramai dan sempit untuk bergerak), tertabrak orang lain, diganggu, dan sebagainya.


Alasan jangan sering ucap “maaf” menurut penelitian

Berikut beberapa alasan tidak dianjurkan sering mengatakan kata “Maaf” ketika tidak bersalah:

1. Orang-orang kehilangan rasa hormat terhadap Bunda

Mengutip CNBC Make It, dalam buku The Power of an Apology, psikoterapis Beverly Engel mengatakan bahwa meminta maaf secara berlebihan tidak jauh berbeda dengan memuji secara berlebihan.

Bunda mungkin berpikir telah menampilkan diri sebagai orang yang baik dan peduli, tetapi sebenarnya Bunda mengirimkan pesan bahwa Bunda kurang percaya diri dan tidak efektif.

2. Mengurangi dampak permintaan maaf di masa mendatang

Jika sekarang bilang “Maaf” untuk setiap hal kecil, permintaan maaf Bunda akan terasa kurang berarti nanti, untuk situasi yang memang membutuhkan permintaan maaf tulus.

3. Terkadang dianggap menyebalkan

Mereka yang sering mengatakan maaf karena kesalahan kecil mungkin hanya ingin berusaha bersikap baik. Namun, seringkali terasa melelahkan sekaligus menjengkelkan.

Sebuah studi yang diterbitkan dalam jurnal Frontiers of Psychology bahkan menemukan bahwa mengatakan “Maaf” ketika sengaja menolak seseorang dapat menyebabkan orang lain merasa lebih buruk, atau mereka harus memaafkan penolak sebelum mereka siap.

4. Dapat menurunkan harga diri

Memilih untuk tidak meminta maaf mungkin memiliki manfaat psikologis, menurut sebuah studi yang diterbitkan dalam The European Journal of Social Psychology.

Para peneliti menemukan bahwa partisipan yang menolak mengungkapkan penyesalan menunjukkan tanda-tanda harga diri yang lebih tinggi, peningkatan rasa berkuasa (atau kendali), dan integritas.

Cara mengurangi kebiasaan sering minta maaf

Jika ingin mulai mengurangi frekuensi minta maaf, Bunda hanya perlu banyak usaha dan latihan. Berikut beberapa di antaranya:

1. Lebih sadar diri

Langkah pertama di sini adalah menilai perilaku dan kecenderungan diri sendiri. Mengetahui hal ini akan membantu Bunda mengatasi situasi dengan saksama sebelum langsung mengucapkan kata-kata maaf.

Mungkin membantu juga jika mencatat berapa kali Bunda meminta maaf dalam sehari dan apa alasannya.

2. Ketahui hal apa yang seharusnya (dan tidak seharusnya) Bunda meminta maaf

Jika tidak bisa mengendalikan situasi atau itu adalah kesalahan kecil (dan jujur), tidak perlu meminta maaf.

Namun, jika memang bersalah, akui saja. Mengakui kesalahan memang tidak pernah mudah, tetapi dapat memperkuat hubungan dan menunjukkan bahwa Bunda memiliki kecerdasan emosional.

3. Balikkan naskahnya

Membalikkan naskah memang butuh disiplin diri, tapi seiring waktu, akan terasa alami. Jika rekan kerja menemukan kesalahan ejaan di salah satu email, katakan “Terima kasih sudah menemukannya”.

4. Biasakan diri untuk mengatakan “Tidak”

Mengatakan tidak mungkin terasa canggung dan kurang nyaman bagi sebagian orang. Namun, bisa menjadi cara yang sangat efektif untuk menghemat waktu.

Jika sedang kewalahan di tempat kerja dan seorang rekan kerja meminta bantuan, Bunda tidak perlu menyesal karena tidak membantu. Apapun yang dikatakan, bersikaplah transparan. Tidak perlu repot-repot hanya karena merasa tidak enak.

5. Memperbaiki harga diri

Dilansir dari laman BBC, aturan umum meminta maaf harus cukup jelas. Ini termasuk menerima tanggung jawab, mengakui kerugian dan penderitaan, menjanjikan perbaikan di masa mendatang, menawarkan solusi segera, dan menunjukkan ketulusan.

Nah, itulah beberapa alasan mengapa tidak disarankan sering mengatakan “Maaf”. Semoga bermanfaat, ya, Bunda.

Bunda yang mau sharing soal parenting dan bisa dapat banyak giveaway, yuk join komunitas HaiBunda Squad. Daftar dan klik di SINI. Gratis!

(asa/som)

Simak video di bawah ini, Bun:

10 Ucapan Idul Fitri 2025 Lucu, Kirimkan Jelang dan Setelah Lebaran Bun

TOPIK TERKAIT

ARTIKEL TERKAIT

TERPOPULER

Potret Ersa Mayori Antar Anak Exchange Program ke Jepang, Minta Tips agar Tak Mellow

Mom's Life Amira Salsabila

Riset Ungkap Chatbot AI Ternyata Lebih Berbahaya daripada Media Sosial untuk Anak

Parenting Nadhifa Fitrina

Jangan Sering Ucap "Maaf", Ini Alasannya Menurut Penelitian

Mom's Life Amira Salsabila

Resep Ayam Cili Padi Pedas ala Rumahan, Wajib Coba Bun!

Mom's Life Ajeng Pratiwi & Sandra Odilifia

Studi Temukan Anak-anak yang Tidak Dapati ASI Eksklusif Lebih Rentan Pubertas Dini

Menyusui Dwi Indah Nurcahyani

REKOMENDASI
PRODUK

TERBARU DARI HAIBUNDA

Aktor Yu Menglong Pemain Drama China The Legend of White Snake Meninggal Dunia, Ini Penyebabnya

55 Nama Bayi Laki-laki Bermakna Anak Kedua dari A-Z dan Artinya

Resep Ayam Cili Padi Pedas ala Rumahan, Wajib Coba Bun!

Potret Ersa Mayori Antar Anak Exchange Program ke Jepang, Minta Tips agar Tak Mellow

Riset Ungkap Chatbot AI Ternyata Lebih Berbahaya daripada Media Sosial untuk Anak

FOTO

VIDEO

DETIK NETWORK