
moms-life
Jangan Ucapkan 11 Kalimat Ini saat Menjawab Interview Kerja
HaiBunda
Jumat, 05 Sep 2025 22:30 WIB

Daftar Isi
-
Kalimat yang sebaiknya tidak dilontarkan saat menjawab interview kerja
- 1. Berbicara negatif tentang diri sendiri
- 2. Mengkritik atasan dan perusahaan sebelumnya
- 3. Terdengar tidak antusias
- 4. Terlalu cepat membicarakan gaji
- 5. Meminta feedback langsung di akhir interview
- 6. Membicarakan hal pribadi
- 7. Menanyakan alasan posisi kosong
- 8. Mengaku tidak melakukan riset
- 9. Membicarakan fleksibilitas waktu secara berlebihan
- 10. Mengklaim tidak pernah membuat kesalahan
- 11. Menunjukkan ambisi secara agresif
Mau interview kerja? Jangan ucapkan kalimat di bawah ini saat menjawab interview kerja karena bisa membuat Bunda gagal.
Wawancara kerja menjadi salah satu tahap paling krusial dalam proses rekrutmen. Momen ini menjadi kesempatan bagi pelamar untuk menunjukkan kemampuan, pengalaman, serta keseriusan Bunda terhadap posisi yang dilamar.
Sayangnya, banyak orang tidak menyadari bahwa apa yang mereka ucapkan bisa menentukan hasil akhirnya. Kalimat yang salah, meskipun terkesan sepele, bisa membuat pewawancara ragu untuk melanjutkan proses seleksi.
Kesalahan dalam menjawab pertanyaan atau memberi pernyataan yang tidak tepat bisa membuat kesan buruk, meski CV dan pengalaman kerja terlihat meyakinkan. Beberapa kalimat bahkan dianggap sebagai 'red flag' oleh banyak perusahaan karena menunjukkan sikap negatif, kurang profesional, atau tidak siap menghadapi tanggung jawab.
Agar tidak terjebak dalam kesalahan yang sama, ada baiknya para pencari kerja mengetahui apa saja kalimat yang sebaiknya dihindari saat wawancara.
Kalimat yang sebaiknya tidak dilontarkan saat menjawab interview kerja
Mengutip berbagai sumber, berikut deretan kalimat yang sebaiknya tidak pernah Bunda ucapkan ketika menghadapi interview kerja.
1. Berbicara negatif tentang diri sendiri
Mengungkapkan kelemahan diri secara berlebihan bisa merugikan Bunda. Banyak kandidat justru membuka jawaban dengan hal-hal yang mereka anggap tidak mampu lakukan.
Hal ini akan membuat pewawancara meragukan kompetensi Bunda. Lebih baik Bunda menekankan nilai positif dan kemampuan yang bisa dibawa ke perusahaan.
Jika harus membicarakan kelemahan, kemaslah dengan cara menunjukkan bagaimana Bunda berusaha memperbaiki diri dan belajar dari pengalaman.
2. Mengkritik atasan dan perusahaan sebelumnya
Mengeluh atau menjelekkan atasan lama merupakan kesalahan fatal. Pewawancara bisa menilai Bunda sebagai sosok yang tidak profesional dan berpotensi melakukan hal serupa di perusahaan baru.
Sebaiknya, fokus pada hal positif yang bisa diambil dari pengalaman kerja sebelumnya. Gunakan narasi elegan untuk menunjukkan bahwa meskipun ada tantangan, Bunda tetap memperoleh pelajaran berharga.
3. Terdengar tidak antusias
Ucapan seperti "Saya tidak terlalu bersemangat dengan posisi ini” atau bahasa tubuh yang datar bisa memberi kesan Bunda tidak sungguh-sungguh melamar. Pewawancara akan meragukan motivasi Bunda bekerja.
Tunjukkan ketertarikan melalui nada suara, ekspresi wajah, dan kontak mata yang baik. Ungkapkan antusiasme dengan menekankan bagaimana posisi tersebut selaras dengan tujuan karier Bunda.
4. Terlalu cepat membicarakan gaji
Membuka percakapan soal kompensasi diawal wawancara dapat memberi kesan Bunda hanya fokus pada uang. Hal ini bisa menutup peluang lebih lanjut, meski kemampuan sesuai.
Biarkan pihak perusahaan yang memulai pembahasan gaji. Bunda bisa menunggu hingga tahap akhir seleksi atau saat menerima penawaran kerja sebelum membicarakan kompensasi.
5. Meminta feedback langsung di akhir interview
Kalimat seperti “Apakah ada hal dari saya yang membuat Anda ragu?” terdengar terlalu memaksa. Pewawancara bisa merasa tidak nyaman karena dipaksa memberi penilaian spontan.
Lebih baik gunakan akhir wawancara untuk menanyakan hal-hal terkait budaya kerja, visi perusahaan, atau rencana pengembangan karyawan. Itu akan membuat Bunda terlihat profesional sekaligus tertarik dengan masa depan di perusahaan tersebut.
6. Membicarakan hal pribadi
Detail mengenai status pernikahan, jumlah anak, atau kondisi keluarga bukanlah hal yang relevan untuk wawancara kerja. Informasi pribadi justru bisa mengalihkan fokus pewawancara dari kompetensi Bunda.
Fokuslah pada pengalaman kerja, keterampilan, serta pencapaian yang bisa mendukung posisi yang Bunda lamar. Simpan urusan pribadi untuk kesempatan lain yang lebih tepat.
7. Menanyakan alasan posisi kosong
Pertanyaan seperti “Mengapa orang sebelumnya meninggalkan posisi ini?” bisa menempatkan pewawancara pada situasi canggung. Bisa jadi ada alasan internal yang tidak nyaman untuk dibicarakan.
Jika ingin mengetahui peluang di posisi tersebut, gunakan cara yang lebih positif. Sebagai contoh, tanyakan tentang prospek karier atau bagaimana kinerja yang baik bisa membantu pengembangan dalam posisi itu.
8. Mengaku tidak melakukan riset
Mengatakan “Saya tidak sempat mempelajari perusahaan ini” akan langsung mengurangi nilai Bunda di mata pewawancara. Hal ini menunjukkan kurangnya keseriusan dan persiapan.
Selalu lakukan riset sebelum wawancara. Cari tahu visi misi perusahaan, produk atau layanan, hingga reputasi mereka di industri. Dengan begitu, Bunda bisa menunjukkan rasa hormat sekaligus ketertarikan yang nyata.
9. Membicarakan fleksibilitas waktu secara berlebihan
Mengatakan bahwa Bunda hanya bisa bekerja dengan jam tertentu, terutama saat tahap awal wawancara, bisa menimbulkan kesan negatif. Pewawancara mungkin berpikir Bunda sulit beradaptasi.
Diskusi mengenai fleksibilitas waktu sebaiknya dilakukan ditahap negosiasi akhir, bukan saat wawancara pertama. Tunjukkan dulu komitmen Bunda untuk berkontribusi sebelum membicarakan kebutuhan pribadi.
10. Mengklaim tidak pernah membuat kesalahan
Ucapan seperti “Saya tidak pernah gagal” justru bisa menimbulkan kesan arogan. Semua orang pernah melakukan kesalahan dan mengakuinya menunjukkan kedewasaan serta kemampuan belajar.
Ada baiknya Bunda berbagi contoh kesalahan kecil yang pernah terjadi dan bagaimana mengatasinya. Hal ini memperlihatkan kemampuan refleksi diri dan sikap tanggung jawab.
11. Menunjukkan ambisi secara agresif
Menunjukkan ambisi secara agresif bisa menimbulkan kesan bahwa Bunda tidak menghargai hierarki atau proses karier yang ada. Sebagai gantinya, tunjukkan ambisi dengan cara positif.
Katakan bahwa Bunda ingin berkembang, memperluas keterampilan, dan berkontribusi untuk perusahaan dalam jangka panjang. Itu akan membuat pewawancara melihat Bunda sebagai kandidat yang berorientasi pada pertumbuhan, bukan ancaman.
Wawancara kerja bukan hanya tentang menjawab pertanyaan, melainkan bagaimana Bunda membangun kesan profesional dan meyakinkan. Ingatlah, setiap kata yang diucapkan mencerminkan kesiapan, kepribadian, dan sikap Bunda terhadap pekerjaan.
Bagi Bunda yang mau sharing soal parenting dan bisa dapat banyak giveaway, yuk join komunitas HaiBunda Squad. Daftar klik di SINI. Gratis!
TOPIK TERKAIT
ARTIKEL TERKAIT

Mom's Life
35 Pertanyaan Interview Kerja yang Paling Sering Diajukan & Cara Menjawabnya

Mom's Life
7 Kata Jawaban Interview yang Pantang Diucapkan Menurut Pakar, Bikin Gagal Diterima

Mom's Life
Interview Kerja saat Hamil? Ketahui Hal yang Perlu Diperhatikan

Mom's Life
7 Tips Interview Kerja untuk Ibu Rumah Tangga yang Ingin Bekerja Kembali

Mom's Life
Cara Menjawab Pertanyaan "Mengapa Anda Ingin Bekerja di Perusahaan Kami?" saat Interview

Mom's Life
Catat Bun, Ini 5 Pertanyaan yang Bisa Diajukan ke HRD saat Wawancara Kerja
HIGHLIGHT
HAIBUNDA STORIES
REKOMENDASI PRODUK
INFOGRAFIS
KOMIK BUNDA
FOTO
Fase Bunda