HaiBunda

MOM'S LIFE

Mau Tahu Usia Otak? Ini Cara Mudah Mengeceknya Tanpa Bantuan Medis

Amira Salsabila   |   HaiBunda

Senin, 22 Sep 2025 23:30 WIB
Ilustrasi usia otak/ Foto: Getty Images/Panuwat Dangsungnoen
Jakarta -

Tahukah Bunda? Kecepatan berjalan dapat mengungkap wawasan mendalam tentang laju penuaan otak. Pejalan kaki yang lebih lambat memiliki otak yang lebih kecil dan perbedaan mendasar dalam struktur penting.

Mungkin tampak sepele, tetapi seberapa cepat berjalan dari titik A ke B dapat mengungkap banyak hal tentang cara kerja tubuh dan pikiran.

Kecepatan berjalan memengaruhi peluang hidup

Dilansir dari laman BBC, sebuah studi telah menunjukkan bahwa kecepatan berjalan merupakan prediktor signifikan harapan hidup pada lansia.


Sebagai contoh, para peneliti di University of Pittsburgh menggabungkan hasil sembilan studi yang secara kolektif melacak lebih dari 34.000 orang dewasa berusia 65 tahun ke atas yang tinggal di komunitas, dengan rentang usia antara enam dan 21 tahun.

Studi tersebut menunjukkan bahwa kecepatan berjalan berhubungan signifikan dengan harapan hidup. Sebagai contoh, pria dengan kecepatan berjalan paling lambat pada usia 75 tahun memiliki peluang 19 persen untuk hidup selama 10 tahun, dibandingkan dengan pria yang memiliki kecepatan berjalan tercepat dengan peluang bertahan hidup sebesar 87 persen.

Salah satu penjelasannya adalah orang yang sudah sakit cenderung kurang bergerak. Namun, sebuah studi tahun 2009 di Prancis menemukan bahwa bahkan di antara orang dewasa sehat berusia di atas 65 tahun, peserta dengan kecepatan berjalan rendah sekitar tiga kali lebih mungkin meninggal karena penyakit kardiovaskular selama periode studi dibandingkan dengan orang yang berjalan lebih cepat.

“Namun, berjalan sebenarnya bergantung pada banyak sistem tubuh yang bekerja sama, tulang dan otot menopang dan menggerakkan kamu, mata membantu kamu melihat ke mana kamu pergi, jantung dan paru-paru mengedarkan darah dan oksigen, dan otak serta saraf mengoordinasikan semuanya,” ujar peneliti senior di departemen Psikologi dan Ilmu Saraf di Duke University, Nort Carolina, Line Rasmussen.

Menurutnya, seiring bertambah usia, fungsi sistem-sistem ini mulai melambat, dan kecepatan berjalan yang lebih lambat dapat mencerminkan penurunan keseluruhan ini dan menjadi tanda penuaan dini.

Hal ini tidak hanya berlaku untuk lansia. Dalam sebuah studi tahun 2019, Rasmussen dan rekan-rekannya menemukan bahwa, bahkan di antara mereka yang berusia 45 tahun, kecepatan berjalan seseorang dapat memprediksi laju penuaan otak dan tubuhnya.

“Yang paling mengejutkan saya adalah menemukan hubungan antara seberapa cepat orang berjalan pada usia 45 tahun dan kemampuan kognitif mereka sejak masa kanak-kanak,” tuturnya.

Kecepatan berjalan menentukan usia otak

Rasmussen dan para peneliti mengamati 904 orang berusia 45 tahun yang tergabung dalam Dunedin Multidisciplinary Health and Development Study, sebuah proyek penelitian longitudinal yang telah mengamati lebih dari 1.000 orang yang lahir antara tahun 1972 dan 1973 di Dunedin, Selandia Baru.

“Saya terkejut melihat betapa banyaknya variasi kecepatan berjalan di antara orang yang usianya sama,” ujar Rasmussen.

“Kamu mungkin mengira semua orang di usia 45 tahun berada di antara keduanya, tetapi beberapa berjalan secepat orang sehat berusia 20 tahun, sementara yang lain berjalan selambat orang dewasa yang jauh lebih tua,” tuturnya.

Studi ini mengungkap bahwa orang berusia 45 tahun dengan kecepatan berjalan lambat menunjukkan tanda-tanda penuaan yang dipercepat, dengan kondisi paru-paru, gigi, dan sistem kekebalan tubuh yang lebih buruk dibandingkan mereka yang berjalan lebih cepat.

Mereka juga memiliki biomarker yang terkait dengan laju penuaan yang lebih cepat, seperti tekanan darah tinggi, kolesterol tinggi, dan kebugaran yang lebih rendah.

Rasmussen menemukan bahwa berjalan kaki lambat menunjukkan tanda-tanda penuaan kognitif lanjut.

Misalnya, mereka cenderung mendapatkan skor IQ yang lebih rendah secara keseluruhan, dan berkinerja lebih buruk pada tes ingatan, kecepatan pemrosesan, penalaran, dan fungsi kognitif lainnya.

Pemindaian MRI juga menunjukkan bahwa penurunan kognitif ini disertai dengan perubahan yang dapat diamati pada otak peserta. Pejalan kaki yang lambat memiliki otak yang lebih kecil, neokorteks yang lebih tipis, lapisan terluar otak yang mengendalikan proses berpikir dan pemrosesan informasi tingkat tinggi.

Menariknya, bahkan wajah pejalan kaki lambat dinilai menua lebih cepat daripada peserta lainnya.

Secara keseluruhan, penelitian menunjukkan bahwa tubuh dan otak pejalan kaki lambat menua lebih cepat dibandingkan pejalan kaki cepat.

Terdapat pula tanda-tanda bahwa perbedaan kesehatan ini sudah ada sejak usia dini karena para peneliti dapat memprediksi kecepatan berjalan orang berusia 45 tahun berdasarkan tes kecerdasan, bahasa, dan keterampilan motorik yang dilakukan saat para peserta baru berusia tiga tahun.

“Yang paling mengejutkan saya adalah menemukan hubungan antara kecepatan berjalan seseorang di usia 45 tahun dan kemampuan kognitif mereka sejak masa kanak-kanak. Ini menunjukkan bahwa kecepatan berjalan bukan hanya tanda penuaan, tetapi juga jendela kesehatan otak seumur hidup,” jelas Rasmussen.

Nah, itulah penjelasan tentang kecepatan berjalan dapat mengukur usia otak. Semoga bermanfaat, ya, Bunda.

Bunda yang mau sharing soal parenting dan bisa dapat banyak giveaway, yuk join komunitas HaiBunda Squad. Daftar dan klik di SINI. Gratis!

(asa/som)

Simak video di bawah ini, Bun:

Peneliti Ungkap Lemon Buah Paling Sehat di Dunia, Ini Manfaatnya Bun!

TOPIK TERKAIT

ARTIKEL TERKAIT

TERPOPULER

5 Potret Oki Setiana Dewi saat Kuliah S1 di Universitas Al-Azhar Mesir

Mom's Life Nadhifa Fitrina

Bukan 'Apa Kabar?', Begini Cara Orang Sukses Basa-basi agar Disukai dan Dihormati

Mom's Life Amira Salsabila

Kapan Bayi Boleh Pakai Bantal? Jangan Sembarangan, Ketahui Aturannya!

Parenting Asri Ediyati

Mau Tahu Usia Otak? Ini Cara Mudah Mengeceknya Tanpa Bantuan Medis

Mom's Life Amira Salsabila

5 Potret Acha Septriasa dan Mantan Suami Kompak Rayakan Ultah Anak ke-8

Mom's Life Nadhifa Fitrina

REKOMENDASI
PRODUK

TERBARU DARI HAIBUNDA

5 Potret Oki Setiana Dewi saat Kuliah S1 di Universitas Al-Azhar Mesir

Mau Tahu Usia Otak? Ini Cara Mudah Mengeceknya Tanpa Bantuan Medis

Kapan Bayi Boleh Pakai Bantal? Jangan Sembarangan, Ketahui Aturannya!

Bukan 'Apa Kabar?', Begini Cara Orang Sukses Basa-basi agar Disukai dan Dihormati

25 Rekomendasi Film Bioskop Terbaru Oktober 2025 dari Indonesia hingga Hollywood

FOTO

VIDEO

DETIK NETWORK