parenting
'Kita Nggak Bisa Bandingkan Anak Kita dengan Anak Orang Lain'
Rabu, 23 Aug 2017 06:48 WIB
Jakarta -
Anak orang lain mungkin tampak sangat hebat. Mungkin di usia yang sama dengan anak kita, mereka terlihat lebih aktif dan bisa melakukan banyak hal yang bikin kagum. Mungkin kita tergoda untuk membandingkan anak kita dengannya. Lalu mendorong anak kita juga bisa melakukan hal yang sama, bahkan melebihinya.
Susan Bachtiar, seorang public figur, mungkin juga merasakan kesedihan saat anaknya mengalami speech delay atau terlambat bicara. Si kecil belum bisa bicara selancar anak-anak lain seusianya.
Usut punya usut ini terjadi karena anaknya menerima tiga bahasa dalam kesehariannya. Maklum, Susah menikah dengan seorang pria Belanda, sehingga bahasa Indonesia, Belanda, dan Inggris pun sering dipakai untuk komunikasi di keluarganya. Apalagi kata Susan, ada anak lain yang perkembangan bahasa dan bicaranya baik-baik saja meskipun menggunakan tiga bahasa dalam kehidupan sehari-hari. Sayangnya, untuk anak Susan hal itu malah bikin bingung dan membuatnya mengalami terlambat bicara.
"Tapi kita sebagai orang tua kan nggak bisa menilai anak kita sama seperti anak lain, kita nggak bisa membandingkan anak kita dengan anak orang lain, jadi lihat kembali kemampuan anak kita," ujar Susan dalam konferensi pers Frisian Flag Indonesia Luncurkan Gerakan Nusantara 2017, di Kantor Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Jalan Jend Sudirman, Jakarta, Selasa (22/8/2017).
Baca juga: Begini Caranya Agar Anak Bisa Belajar Banyak Hal dari Memasak
"Karena itu saya bilang saya harus menerima bahwa anak saya tidak bisa berkomunikasi dengan lancar jika terlalu banyak bahasa akhirnya kita fokus ke satu bahasa," imbuhnya.
Ketika tumbuh kembang anak tidak sesuai yang kita harapkan, tanpa disadari kita jadi keras pada diri sendiri dan anak. Kita paksa mereka untuk bisa melakukan sesuatu seperti yang dilakukan teman-temannya. Padahal bisa jadi anak mengalami sesuatu yang membuat tumbuh kembangnya tidak sepesat anak-anak lainnya.
"Sebagai orang tua kita harus tahu sendiri dan harus menerima keadaan anak kita seperti apa, dan kita juga harus rule out ini beberapa masalah kesehatan misalnya apakah anak kita autistik atau dia ADHD, itu udah saya rule out tuh satu-satu," papar Susan.
Baca juga: Biar Nggak 'Miskom', Abimana Biasakan Ngobrol dengan Anak-anaknya
Susan bahkan memilih mengorbankan pekerjaannya agar bisa selalu ada untuk anaknya. Dengan lebih banyak waktu bersama si kecil, Susan jadi mengenalanaknya tipe seperti apa. Nah, memahami tipe anak ini juga penting banget lho untuk menerapkan metode pendidikan atau pengasuhan apa yang tepat.
"Setiap orang tua harus tahu tipe anaknya seperti apa, misal karena anak saya cukup aktif jadi kebutuhan geraknya harus benar-benar dipenuhi," tutur Susan yang saat ini anaknya, Tristan van Tongeren, berusia 5 tahun. (Nurvita Indarini)
Susan Bachtiar, seorang public figur, mungkin juga merasakan kesedihan saat anaknya mengalami speech delay atau terlambat bicara. Si kecil belum bisa bicara selancar anak-anak lain seusianya.
Usut punya usut ini terjadi karena anaknya menerima tiga bahasa dalam kesehariannya. Maklum, Susah menikah dengan seorang pria Belanda, sehingga bahasa Indonesia, Belanda, dan Inggris pun sering dipakai untuk komunikasi di keluarganya. Apalagi kata Susan, ada anak lain yang perkembangan bahasa dan bicaranya baik-baik saja meskipun menggunakan tiga bahasa dalam kehidupan sehari-hari. Sayangnya, untuk anak Susan hal itu malah bikin bingung dan membuatnya mengalami terlambat bicara.
"Tapi kita sebagai orang tua kan nggak bisa menilai anak kita sama seperti anak lain, kita nggak bisa membandingkan anak kita dengan anak orang lain, jadi lihat kembali kemampuan anak kita," ujar Susan dalam konferensi pers Frisian Flag Indonesia Luncurkan Gerakan Nusantara 2017, di Kantor Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Jalan Jend Sudirman, Jakarta, Selasa (22/8/2017).
Baca juga: Begini Caranya Agar Anak Bisa Belajar Banyak Hal dari Memasak
"Karena itu saya bilang saya harus menerima bahwa anak saya tidak bisa berkomunikasi dengan lancar jika terlalu banyak bahasa akhirnya kita fokus ke satu bahasa," imbuhnya.
Ketika tumbuh kembang anak tidak sesuai yang kita harapkan, tanpa disadari kita jadi keras pada diri sendiri dan anak. Kita paksa mereka untuk bisa melakukan sesuatu seperti yang dilakukan teman-temannya. Padahal bisa jadi anak mengalami sesuatu yang membuat tumbuh kembangnya tidak sepesat anak-anak lainnya.
![]() |
"Sebagai orang tua kita harus tahu sendiri dan harus menerima keadaan anak kita seperti apa, dan kita juga harus rule out ini beberapa masalah kesehatan misalnya apakah anak kita autistik atau dia ADHD, itu udah saya rule out tuh satu-satu," papar Susan.
Baca juga: Biar Nggak 'Miskom', Abimana Biasakan Ngobrol dengan Anak-anaknya
Susan bahkan memilih mengorbankan pekerjaannya agar bisa selalu ada untuk anaknya. Dengan lebih banyak waktu bersama si kecil, Susan jadi mengenalanaknya tipe seperti apa. Nah, memahami tipe anak ini juga penting banget lho untuk menerapkan metode pendidikan atau pengasuhan apa yang tepat.
"Setiap orang tua harus tahu tipe anaknya seperti apa, misal karena anak saya cukup aktif jadi kebutuhan geraknya harus benar-benar dipenuhi," tutur Susan yang saat ini anaknya, Tristan van Tongeren, berusia 5 tahun. (Nurvita Indarini)