parenting

Sudah Dididik dengan Benar, Tapi Anak Terjerumus Hal yang Salah

Amelia Sewaka   |   HaiBunda

Rabu, 27 Sep 2017 10:00 WIB

Jakarta - Mendidik anak itu gampang-gampang susah. Kita nggak bisa terlalu keras pada anak namun terlalu lembut juga nggak baik.

Ada beberapa kasus yang mungkin bisa dilihat seperti Jeremy Thomas yang anaknya terjerumus narkoba, atau anak Ahmad Dhani yang dulu teledor ketika menyetir dan mencelakai orang lain. Dari sini mungkin beberapa ada yang nyinyir namun nggak sedikit pula yang merasa bahwa mereka sudah benar kok mendidik anak yaitu dengan keterbukaan. Lantas di mana salahnya?

Menurut Psikolog anak dan remaja Ratih Zulhaqqi, mendidik anak remaja itu beda dengan sedang mendidik anak-anak ketika mereka kecil Bun. "Jika ingin menghindari hal yang tidak diinginkan ketika mereka memasuki usia remaja, dari kecil sudah harus diberi tahu soal sebab-akibat. Apa yang dilakukan selalu ada konsekuensinya," tutur Ratih yang ngobrol dengan HaiBunda.


Baca juga: Memberi Penjelasan pada Anak Saat Orang Tuanya Dipenjara

Anak-anak sekarang cenderung ingin yang instan, dan terkadang orang tua secara tidak sadar mendukung perilaku anak tersebut. Misal, hal kecil seperti, buku anak sekolah ketinggalan di rumah, kemudian dengan mudah orang tua mengantar ke sekolah atau orang tua meminta jasa pengantar untuk mengantarkan buku anak demi anak menghindari hukuman di sekolahnya.

Dari situ anak akan merasa, toh kalau nanti bukunya ketinggalan akan ada yang mengantar, sehingga ia tidak merasakan apa akibatnya atau konsekuensinya jika ia teledor. Tentu akibatnya bisa menjadi kebiasaan pada anak. Jika anak terbiasa dengan yang instan, maka akan membuat anak jadi nggak keluar karakternya, Bun.

"Makin besar anak, makin sedikit peran orang tua. Karena itu, mengajari soal konsekuensi memang harus dari sedini mungkin," papar Ratih.

"Peran orang tua juga nggak cuma menjaga, tapi juga mengontrol. Dulu orang tua harus tahu anak main dengan siapa, di mana, pergi ke mana, ngapain. Sekarang, anak belum cukup umur aja udah main gadget atau sosmed," lanjutnya.

Karena itu Ratih menyarankan supaya orang tua nggak hanya terbuka namun juga memberi informasi ke anak, soal apa yang dilakukan dan apa konsekuensinya. Yuk, tetap kontrol anak namun dengan tidak melarang ini itu, sehingga lama-lama anak akan terstimulasi tentang hubungan sebab-akibat jika ia keluar dari jalurnya.

Baca juga: Ketika Anak Jadi 'Bos Kecil', Adakah yang Salah?

Lalu bagaimana dengan anak yang sudah telanjur terjerumus?"Bantu anak mencari solusi, bukan menyalahkan atas yang ia perbuat. Lihat konsekuensinya dan buat kesepakatan dengan anak," tutur Ratih.

Semua orang tua nggak perlu merasa bersalah, tersalahkan atau malah menyalahkan anak atau orang lain jika anak terjerumus hal yang salah. Kata Ratih, mengurus anak itu bukan seperti melipat baju yang lecek, di mana bisa disetrika dan dilipat kembali.

Buat komunikasi dua arah, peran kedua orang tua juga penting di sini. Ingat kedua orang tua ya Bun, nggak cuma si ayah atau si ibu, namun ayah-ibu harus bekerja sama supaya anak nggak makin drop atau disalahkan.

Baca juga: Ketika Anak Hanya Mau Dekat dengan Salah Satu Orang Tua (aml)

TOPIK TERKAIT

HIGHLIGHT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT