Jakarta -
Ingin rasanya melihat anak-anak di rumah duduk anteng saat makan seperti anak-anak lain. Tapi anak kedua saya yang sekarang berusia 3 tahun kalau makan suka bikin geleng-geleng kepala. Baru satu suap, si kecil melompat, atau main kejar-kejaran dengan kakaknya. Bahkan melompat-lompat di sofa.
Terkadang saya suka berpikir, kira-kira
nutrisi yang dibutuhkan si kecil yang lincah ini bisa mendukung aktivitasnya nggak ya? Apa badannya susah gemuk karena nggak mau diam?
Kalau menurut buku Parents Guide Growing Up Usia 3-4 tahun, banyak bergerak dan aktif, bahkan saat makan, itu memang ciri khas perilaku anak-anak usia prasekolah (3-4 tahun), Bun. Begitu semua fungsi tubuh dan kemampuan kognitifnya berkembang sempurna, si kecil akan tumbuh menjadi anak yang aktif.
Anak-anak itu memang senang berlari, melompat, juga mengeksplorasi berbagai hal yang dianggap menarik. Bunda bisa melihat si kecil itu punya banyak energi berlimpah kalau selalu bergerak atau terlihat sangat mobile. Meski begitu Bun, anak-anak ini juga mempunyai batas mobilitas. Begitu lelah, ia akan berhenti dan beristirahat.
Pada beberapa kasus anak yang aktif mirip hiperaktif sangat jarang beristirahat. Tapi, energinya datang dari mana? Jawabannya tentu saja dari sumber makanan yang menjadi bahan bakar energi. Sumber itu bisa berasal dari padi-padian, sayur-sayuran, buah-buahan, maupun hewani seperti telur dan ayam.
Nah, anak usia 3-4 tahun ini butuh berapa
kalori per harinya ya? Menurut American Academy of Pediatrics (AAP), anak usia ini setidaknya membutuhkan 1.000 kalori seharinya. Sedangkan Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) dalam Widiakarya Nasional Pangan dan Gizi 1993 menentukan anak usia 3-4 tahun membutuhkan angka kecukupan energi sebesar 1.250-1.750 kalori sehari.
Kalori sebesar itu dapat disajikan oleh orang tua dalam pemberian 3 kali makanan lengkap ditambah dua kali kudapan di antara dua kali pemberian makanan lengkap.
Makanan Sehat Segitiga PiramidaPada dasarnya, kebutuhan makanan anak-anak dengan orang dewasa itu nggak jauh berbeda, Bun. Departemen Pertanian AS menentukan kebutuhan makanan balita ukuran penyajiannya dua per tiga penyajian orang dewasa.
Anak balita seharusnya mengonsumsi kelompok makanan seperti daging, ikan, ayam, dan telur yang disajikan 2 - 3 dalam sehari. Produk susu disajikan 3 kali dalam sehari ekuivalen dua cangkir susu sehari. Buah-buahan dan sayur-sayuran disajikan 3 kali sehari, dan nasi atau roti (makanan karbohidrat) disajikan 3 kali atau maksimal 6 kali dalam sehari
MayoClinic menyarankan makanan sehat pada balita sebaiknya juga mengikuti segitiga piramida, Bun, termasuk dalam penyajiannya. Makin ke atas makin kecil porsinya.
Dalam sehari, batita sebaiknya mendapatkan porsi makanan karbohidrat yang paling banyak. Ini menempati lapisan terbawah. Lapisan di atasnya terdiri dari buah-buahan, sayur-sayuran, atau kacang-kacangan yang juga diasup setiap hari.
Lapis ketiga di atasnya bahan
makanan yang mengandung minyak sayur, dan lapisan selanjutnya yakni keempat golongan protein yang antara lain bisa didapat dari susu dan ikan. Lapisan selanjutnya yakni bahan makanan seperti daging unggas atau ikan setiap sepekan sekali.
Bahan pelengkap seperti gula garam berada di lapisan ketujuh, dan lapisan di puncak piramida dengan porsi terkecil itu adalah golongan daging, yang bisa diberikan sebulan sekali.
Idealnya memang seperti di atas, Bun. Tapi kata Teresa Pitman penulis buku All Shapes and Sizes: Parenting Your Overweight Child, orang tua juga berhadapan dengan perilaku makan anak seperti susah makan, pilih-pilih, tidak bisa duduk tenang, atau sering turun nafsu makannya.
"Terkadang makanan yang disukainya pekan ini, di pekan depan akan mentah-mentah ditolaknya," kata Teresa.
Ajarkan Anak Makan SehatMeskipun begitu, Bun, ada banyak cara agar pemenuhan nutrisi anak itu mengikuti piramida makanan sehat. Kita bisa mengajarkan kebiasaan makan positif dengan mendorong si kecil mencoba makanan baru, menjadi model untuk anak dengan makan makanan sehat serta membatasi gula atau kudapan gurih.
Selain itu, menjaga jadwal makan secara teratur juga penting. Ini gunanya mencegah si kecil mengemil. Biasakan selalu duduk bersama di meja makan, larang di kecil membawa mainan ke meja makan, jangan menyediakan menu pedas, terlalu gurih atau terlalu manis. Kalau anak nggak suka sayur, coba dengan siasat mencampurnya dengan memotong kecil di makanan favoritnya.
Kalau kita makan, coba perlihatkan sikap kalau kita menyukai makanan tersebut. Anak-anak itu kan senang meniru. Sajikan menu dengan cara memasak hang berbeda, selalu tanyakan ke anak seberapa banyak ia mau makan. Nah, kalau si kecil termasuk yang susah makan atau jadwalnya nggak teratur, kita bisa memberikan dalam porsi kecil dengan frekuensi yang sering.
(Nurvita Indarini)