Jakarta -
Soal jenis mainan yang dimainkan anak bisa jadi perdebatan tersendiri nih, Bun. Apalagi kalau mainan yang dimainkan anak dianggap kurang pas dengannya. Misalkan
anak perempuan main mobil-mobilan atau anak laki-laki main boneka.
Baru-baru ini, HaiBunda ngobrol dengan founder Yayasan Peduli Sahabat sekaligus penulis buku 'Anakku Bertanya tentang LGBT' Agung Sugianto yang akrab disapa Sinyo. Soal ini, Sinyo berpendapat sebetulnya nggak ada masalah ketika anak perempuan main mobil-mobilan dan anak laki-laki main boneka. Kondisi kayak gitu kerap dianggap kurang oke karena menurut Sinyo terkait dengan kultur.
Kayak warna merah muda alias pink, Sinyo bilang sebetulnya itu bukan warna laki-laki atau perempuan melainkan warna umum. Begitu juga dengan mainan, Sinyo bilang semua anak boleh main apapun tapi karakternya yang perlu kita perhatikan, Bun.
"Kalau mobil-mobilan, anak laki-laki seringnya mobilannya dikumpulin terus 'jeder-jeder' kayak ditabrakkan gitu. kalau anak cewek mobilannya satu atau dua dan 'oh ini mobil suamiku', misalnya. Terus kalau main masak-masakan, kalau anak laki-laki bertindak sebagai koki. Dia tanya 'mau pesan apa ayah?'. Kalau
perempuan beda, 'kasihan ayah capek ya, mau aku buatin teh?'" kata Sinyo.
Sama halnya dengan anak laki-laki yang main boneka. Nggak masalah ketika karakter si anak saat dia memainkan boneka tetap karakter laki-laki. Misalkan, boneka itu dijadikan sebagai anak dan si kecil menjadi ayahnya yang pura-puranya mengantar anaknya ke sekolah atau pergi memancing.
"Beda kalau anak laki-laki ngajak ayok main boneka aku susuin kan berarti ada karakter berbelok di situ," ujar Sinyo.
Berangkat dari pengalamannya, Sinyo bercerita ada seorang ibu yang pernah bertanya padanya bolehkah seorang ibu membenarkan genteng di rumah yang bocor? Menanggapi hal ini, Sinyo bilang boleh-boleh aja kok, Bun, selama selama karakternya dijelaskan. Ya, ke anak kita jelaskan walaupun bunda membenarkan genteng yang bocor bukan berarti bunda menggantikan peran ayah.
Sehingga, bisa kita sampaikan kebetulan ayah lagi kerja dan nggak di rumah. Kalau gentengnya nggak diperbaiki, bisa bahaya. Nah, bunda sebagai asistennya ayah punya kemampuan membenarkan genteng juga. Kata Sinyo, ibaratnya kalau ada penjahat dan si ayah lagi nggak ada tapi bunda punya kemampuan menjaga diri dan berkelahi, nggak apa-apa kalau bunda melindungi diri dan anak-anak dari penjahat.
"Kan nggak harus nunggu ayahnya tho. Tapi ini bukan berarti menyamakan gender tapi saling melengkapi antara si ayah dan ibu ini, harmonisasi," kata Sinyo.
(rdn)