Ontario -
Gejala gegar otak sering kali masih disepelekan. Padahal dampaknya bisa fatal lho, Bun, jika diabaikan. Ini seperti kisah seorang ibu yang kehilangan putrinya karena gegar otak yang terabaikan.
Sang putri, Rowan Stringer, adalah pemain rugbi di sekolah. Jadi sudah beberapa waktu gadis itu mengalami sakit kepala, merasa kelelahan, dan memiliki kantung mata.
Meski kondisinya seperti itu, tapi Rowan tetap ngotot ingin bertanding pada 8 Meli lalu. Kata dia, "Nggak ada yang bisa menghentikanku sampai aku mati,".
Kepada temannya, Michelle Hebert, Rowan bilang dirinya belum ingin memeriksakan kondisi kepalanya terkait pusing yang sering dirasakannya. Mereka berdua sebenarnya sudah beberapa kali browsing di internet dan menemukan Rowan mengalami tanda-tanda gegar otak tapi tidak pernah mau memberitahukan yang dia alami kepada orang tua atau orang dewasa lainnya. Demikian dikutip dari CBS.
Nah, akhirnya Rowan mengikuti pertandingan rugbi selanjutnya. Sayangnya dalam pertandingan itu, dia mendapat tacle sehingga dia jatuh dengan benturan di leher dan kepala yang sangat keras.
Setelah jatuh, Rowan sebenarnya tetap sadar. Dia sempat duduk, namun kemudian jatuh pingsan. Dirinya pun dibawa ke rumah sakit dan dokter mencoba menghilangkan tekanan di kepala Rowan.
Sayang, Rowan tidak sanggup bertahan hidup lebih lama. Dokter menyatakan gadis itu meninggal karena Second Impact Syndrome. Ini merupakan kondisi di mana cedera sebelumnya diikuti cedera lainnya di kepala.
 Ilustrasi otak/ Foto: thinkstock |
Tak ingin orang tua lainnya mengalami hal serupa dengan putrinya, orang tua Rowan mengajukan petisi agar dilakukan edukasi lebih lanjut tentang gegar otak.
Sebenarnya, semua orang dari segala usia bisa mengalami gegar otak. Kebanyakan gegar otak yang terjadi berhubungan dengan olahraga. Tetapi banyak juga yang merupakan konsekuensi dari kecelakaan kendaraan bermotor, trauma, kekerasan dalam rumah tangga, dan jatuh.
Dikutip dari detikHealth, ketika kepala terbentur, meski dari luar mungkin tidak terlihat adanya darah mengalir, trauma pada otak bisa tetap terjadi, Bun. dr Esther Kristiningrum dari Departemen Medis Kalbe Farma menyebut trauma otak umumnya terjadi karena otak terbentur dengan tengkorak saat kepala terguncang.
Gejala Gegar OtakSelama ini gegar ogak dianggap insiden sepele, nggak layak mendapat perhatian medis. Nah, sekarang kita bisa tahu gejala yang menyertai gegar otak itu hasil dari cedera otak.
Perubahan otak yang mengalami gegar otak nggak muncul pada tes pencitraan konvensional seperti CT scan atau MRI, begitu juga dengan tes lain untuk mendiagnosis gegar otak. Yang bisa kita ketahui, perubahan yang terjadi bisa menyebabkan gejala seperti sakit kepala, pusing dan tidak stabil, perubahan suasana hati, serta gangguan konsentrasi dan memori.
Kebanyakan orang memang bisa sembuh dari gegar otak, tapi 10 hingga 15 persen bisa mengembangkan gejala persisten selama berbulan-bulan atau bertahun-tahun. Ini bisa berdampak besar pada sekolah, pekerjaan dan hubungan.
(Nurvita Indarini)