Jakarta -
Saat anak melakukan sesuatu terlebih sesuatu itu tindakan baik, lumrah banget sebagai orang tua kita memuji mereka ya, Bun. Namanya orang tua pasti bangga sekali. Eits, tapi jangan sampai kita
memuji anak dengan berlebihan.
Kenapa? Kata psikolog anak dari Tiga Generasi Fathya Artha Utami, memuji anak dalam suatu hal secara berlebihan memang nggak baik. Misalnya, ada anak yang suka makan makanan pedas dan hal itu dibanggakan oleh orang tuanya. Nah, saat anak diberi makanan yang super pedas dan dia kepedasan, dia jadi nggak mau mengakui sudah kepedasan, Bun.
"Selain seperti contoh itu banyak juga orang tua atau orang dewasa memuji anak dengan bilang, 'Kamu pintar banget' atau 'Kamu cantik banget' secara terus menerus. Hal tersebut membuat anak merasa bahwa satu-satunya kebanggaannya adalah dengan mempertahankan predikatnya tersebut," kata Fathya waktu ngobrol sama HaiBunda.
Alhasil, anak berusaha keras untuk tidak gagal dalam hal itu. Biasanya hal ini juga didukung oleh contoh sekitar misalnya bunda atau ayah yang memang sering membanggakan suatu hal secara berlebihan. Nah, apa yang bisa dilakukan supaya anak mau mengakui kegagalannya? Kata Fathya tentu kita perlu memberi contoh bahwa gagal atau mengakui batasan diri itu nggak apa-apa.
"Kemudian jangan
memuji anak secara berlebihan atau terlalu sering di satu area aja misalnya setiap dia makan pedas selalu dipuji, sebaiknya dipuji sesekali saja dan sewajarnya," ujar Fathya.
Apalagi terkait fisik anak, Bun, baiknya mereka nggak dipuji berlebihan ya. Seperti kata psikolog anak dan remaja Sutji Sosrowardojo. Ketika anak terlalu sering dipuji 'ganteng' atau 'cantik' atau dipuji karena kondisi fisiknya, mereka bisa jadi ge-er alias gede rasa.
"Semua orang melihat dia cantik, anak merasa cantik, teman dia yang lain nggak cantik. Pas di rumah, penting untuk menanamkan apresiasi atau pujian yang lebih menjurus pada usaha yang dilakukan anak. Sehingga, anak tahu bahwa semua yang ia dapatkan harus melewati sebuah proses. Sehingga, sebuah pencapaian atau untuk jadi yang terbaik tidak hanya sekadar dilihat dari penampilan fisik saja," kata Sutji dikutip dari detikHealth.
Dia berpesan usahakan anak bisa merasa istimewa, tapi tidak super di atas orang lain. Jadi
anak tahu dia istimewa namun sadar bahwa orang lain juga punya kekurangan dan kelebihan. Menurut Sutji, memprihatinkan banget, Bun, kalau sampai anak berpikir pada bagaimana mendapat tubuh yang langsing, kulit yang mulus, padahal ada banyak hal di dunia ini yang bisa dia raih dan ditunjukkan ke lingkungan dan orang tuanya kan?
(rdn)