Jakarta -
Kasus anak bingung jurusan saat beranjak dewasa bukan lagi hal yang jarang ditemukan di zaman sekarang. Nggak sedikit ketika ditanya ingin jurusan apa dan apa
cita-citanya anak bingung dan dia menyerahkan pada orang tuanya.
Terkait hal ini, pakar edukasi dan pendidikan Ina Liem mengatakan tantangan terbesar dalam mengasuh anak 'jaman now' adalah critical thingking-nya alias bagaimana anak berpikir secara kritis. Ina yang pernah melakukan survei menanyakan ke para orang tua mau jadi apa sih anaknya kalau udah besar? Harapan tertinggi orang tua hingga saat ini ingin anaknye menjadi dokter dan pengusaha.
"Sampai sekarang masih banyak kok orang tua yang ingin anaknya jadi dokter. Dari situ kan terlihat secara nggak langsung orang tua sudah menentukan masa depan anak harus apa, jadi kalau kayak gini ya mindsetnya dulu nih yang diubah. Saat dites sekolahnya lalu si anak ternyata lebih cocok ke IPS, nah udah ribut deh tuh disitu anak sama orang tua kemudian berujung anak bingung jadi apa? Jurusan apa?" papar Ina di tengah Konferensi Pers, 'Perencanaan Keuangan Keluarga Indonesia untuk Pendidikan Terbaik Bangsa', di JSCHive by Cocowork (Co-working space), Kuningan, Jakarta Selatan beberapa waktu lalu.
Tips Ina kalau udah begini sebetulnya orang tua yang harus open minded lebih dulu terkait jurusan dan masa depan. Saat anak masih kecil, Ina menyarankan orang tua nggak terlalu banyak menuntut anak. Justru, diharapkan orang tua bisa mencari beragam informasi.
"Orang tua juga harus mau baca, mau belajar, mau observasi soal kepribadian anak. Karena untuk milih jurusan, milih
cita-cita menurut saya berangkatnya dari kepribadian anak. Bukan dari minat bakat, karena kepribadian itu udah ada dari dalam kandungan," imbuh Ina.
Misalnya orang tua punya tiga anak, pasti masing-masing punya kepribadian dan bawaan. Setiap anak pun nggak harus mewarisi apa yang dilakukan orang tua. Nah, di sini lingkungan berperan penting dalam bagaimana anak ke depannya.
"Nah, ibaratnya anak itu mangga kan ada yang bijinya besar atau kecil, tergantung pupuk. Tapi ada yang berharap mangga tapi harapannya jadi durian kan itu namanya dipaksa. Contoh lain, ada anak yang galau jurusannya karena masalah gender, dia perempuan tapi ingin jadi insinyur mekanik sedangkan orang tua merasa buat apa perempuan di jurusan kayak gitu. Nah, yang kayak gini sering bikin minat bakat anak nggak ketemu," ungkap Ina.
Pada intinya Ina menyarankan, orang tua harus observasi tipe kepribadian anak. Setelah tahu, orang tua bisa tawarkan kegiatan sesuai tipe kepribadian mereka. Misal anak suka bidang life science, Bunda atau Ayah bisa mengikutikan anak ke camp life science.
"Kalau cocok, anak semangat banget ikutinnya meskipun makan waktu liburnya anak senang-senang aja, berarti ya anak cocok di situ. Ingat, tiap anak beda jadi jangan pernah menyamakan si kecil dengan saudara atau anak lain. Jadi kalau kegiatannnya udah sesuai sama kepribadiannya, minat anak muncul, bakatnya otomatis juga muncul dan dia nggak bingung lagi dalam menentukan
cita-citanya. Intinya, orang tua harus open minded dulu," imbuh Ina.
(aml/rdn)