Jakarta -
Saat anak duduk di sekolah dasar hingga sekolah menengah, mereka akan mengenal beberapa pahlawan nasional. Sebut saja yang sering muncul di soal ujian, Pangeran Diponegoro, Pattimura, Cut Nyak Dhien, dan Imam Bonjol. Dilansir
detikcom, Presiden Joko Widodo resmi memberikan gelar pahlawan nasional kepada 6 tokoh Indonesia. Pemberian gelar itu diterima langsung oleh para ahli waris di Istana Negara.
Prosesi pemberian gelar
Pahlawan Nasional itu berlangsung pukul 13.00 WIB. Ada 6 tokoh dari berbagai wilayah di Indonesia yang mendapat gelar Pahlawan Nasional. Sebelumnya, nama-nama yang masuk digodok oleh Tim Peneliti Pengkaji Gelar Pusat (TP2GP) di Kementerian Sosial. Setelah itu, diajukan ke presiden, hingga dipilih 6 nama pada 2018. Berikut 6 pahlawan nasional yang bisa Bunda beritahu ke anak.
1. Abdurrahman Baswedan
Abdurrahman Baswedan adalah kakek dari Gubernur DKI Jakarta, Anies Baswedan/ Foto: M Fida-detikcom |
Abdurrahman Baswedan adalah tokoh dari Provinsi DI Yogyakarta. Ia adalah kakek dari Gubernur DKI Jakarta, Anies Baswedan. AR Baswedan adalah salah satu anggota BPUPKI dan seorang jurnalis.
Dia merupakan salah satu diplomat pertama Indonesia dan berhasil mendapatkan pengakuan de jure dan de facto pertama bagi eksistensi Republik Indonesia, yaitu dari Mesir. Nama AR Baswedan dikenal sebagai motor penggerak Sumpah Pemuda keturunan Arab di Indonesia pada 4 Oktober 1934 di Semarang.
2. IR H Pangeran Mohammad NoorIR H Pangeran Mohammad Noor adalah tokoh dari Kalimantan Selatan. Pangeran Muhammad Noor adalah salah satu pejuang dalam merebut kemerdekaan di tanah Borneo, sekaligus menjabat Gubernur Kalimantan sebelum dibagi menjadi beberapa provinsi.
Ia juga merupakan tokoh pejuang yang berhasil mempersatukan pasukan pejuang kemerdekaan di Kalimantan ke dalam basis perjuangan yang diberi nama Divisi IV ALRI Pertahanan Kalimantan. Ia juga adalahi anggota Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI). Pada periode 24 Maret 1956 - 10 Juli 1959, ia ditunjuk oleh Presiden Soekarno sebagai Menteri Pekerjaan Umum.
3. Agung Hj. Andi DepuAgung Hajjah Andi Depu merupakan tokoh dari Sulawesi Barat. Dikutip dari buku 'Puang & Daeng: Sistem Nilai Budaya Orang Balanipa-Mandar', Hj. Andi Depu adalah tokoh wanita yang pada saat itu berani melawan NICA Belanda yang datang ke Balanipa. Ia tidak mau menurunkan bendera Merah Putih itu dari tiang yang berada di depan rumahnya di Tinambung Balanipa.
Hj. Andi Depu selalu mengawasi bendera itu berkibar, dengan sarung yang diikat erat dan berkebaya yang sederhana langsung berlari dan memeluk tiang bendera tersebut sebelum tentara NICA sampai ke tiang bendera. Semangatnya mempertahankan negara Indonesia sangat nyata dan layak diberi gelar
pahlawan nasional.
4. Depati Amir
Nama Amir diabadikan menjadi nama bandara utama di Bangka Belitung/ Foto: Grandyos Zafna |
Depati Amir adalah tokoh dari Bangka Belitung. Dilansir laman resmi Kemdikbud, pemerintah Belanda takut dengan pengaruh Amir pada rakyat Bangka. Pemerintah Belanda mencoba mengurangi pengaruh Amir dengan memberikan jabatan depati untuk menguasai daerah Jeruk ditambah penguasaan daerah Mendara dan Mentadai di Pulau Bangka.
Amir diminta menggantikan ayahnya Depati Bahrain karena selain orang yang berpengaruh, juga karena keberhasilannya bersama 30 pengikutnya yang menumpas perompak di perairan Pulau Bangka. Meski jabatan depati ditolak oleh Amir, rakyat Pulau Bangka tetap memanggilnya dengan sebutan Depati Amir. Kini, namanya diabadikan menjadi nama bandara utama di Kepulauan Bangka Belitung.
5. Kasman SingodimedjoKasman Singodimedjo adalah tokoh dari Jawa Tengah. Pada masa pendudukan Jepang, Kasman merupakan komandan tentara Pembela Tanah Air (PETA) Jakarta. Ia tergabung dalam pasukan pengamanan saat upacara pembacaan Teks Proklamasi Kemerdekaan RI pada 17 Agustus 1945.
Setelah Indonesia merdeka, Kasman adalah Jaksa Agung Indonesia periode 1945-1946. Kasman juga menjabat sebagai Menteri Muda Kehakiman pada Kabinet Amir Sjarifuddin II. Selain itu ia juga adalah Ketua KNIP (Komite Nasional Indonesia Pusat) yang menjadi cikal-bakal dari DPR.
6. Brigjen KH Syam'unBrigjen KH Syam'un adalah
pahlawan nasional dari Banten. Dalam perjuangannya, ia pernah bergabung dengan Pembela Tanah Air atau Peta pada 1943-1945 dan terlibat untuk pembentukan pemerintah daerah dan diangkat menjadi bupati Serang. Pada 1946, terjadi penggantian jabatan di Banten dan KH Syam'un menjadi bupati Serang.
Saat terjadi agresi militer Belanda pada 1948-1949, terjadi perang gerilya di berbagai daerah termasuk di Banten. KH Syam'un yang waktu itu bupati Serang ikut bergerilya ke Gunung Cacaban di Anyer. Saat itu, terjadi peperangan sengit antara tentara dan pasukan agresi militer Belanda di sana. Dua bulan kemudian, KH Syam'un meninggal saat bergerilnya di usia ke 66 karena penyakit yang dideritanya.
(aci/nwy)