Jakarta -
Di balik kekurangan seseorang, pastinya ada kelebihan yang mereka miliki. Contohnya sosok
Rahmat Hidayat, pria
difabel yang sukses membuktikan tangan tak sempurna bukan halangan baginya untuk terus berkarya.
Kata Rahmat, minat pada bidang desain bermula dari hobinya menggambar ketika masih berusia lima tahun. Film Korea sampai Ivan Gunawan pun diakui Rahmat jadi motivasi dia dalam berkarya. Sebelumnya, Rahmat juga membuat kerajinan dari bungkus kopi, Bun.
Rahmat mengaku sempat merasa takut dicaci maki orang lain sebelum membuat dan berani menjual karyanya. Namun, adanya keinginan untuk memotivasi kaum difabel membuat ketakutan itu sirna.
"Pertamanya merasa minder takut dicaci maki sama orang. Tapi kalau saya terus takut kapan saya majunya. Saya juga ingin menginspirasi kaum difabel yang lain," ucap dia dilansir
detikcom.
Saat ini, dalam waktu kurang dari satu bulan, Rahmat Hidayat si
desainer difabel ini mengaku bisa menghasilkan satu buah buku berisi ratusan lembar karya desain. Karya yang dibuat Rahmat umumnya disesuaikan dengan pesanan, Bun, tergantung selera pembeli. Dari kisah Rahmat Hidayat, ada inspirasi yang bisa didapat anak. Ya, meski memiliki keterbatasan bukan berarti kita nggak bisa berkarya kan?
Memang nggak mudah memupuk rasa percaya diri pada seseorang dengan disabilitas, termasuk anak-anak. Namun, disampaikan Ryan J. Voigt, MA dari University of Wisconsin-Eau Claire Counseling Services, ada tiga hal yang bisa ditanamkan pada anak agar tetap percaya diri meski punya keterbatasan, yaitu:
1. Fokus pada kelebihan diri kita"Tingkatkan hal-hal positif dari diri kita ketimbang hal-hal negatif. Fokuslah pada kelebihan yang dimiliki dan apa yang bisa kita lakukan. Bukan berarti nggak menerima kekurangan, tapi setidaknya dengan menerima kekurangan diri dan mengembangkan kelebihan itu akan lebih baik," kata Ryan dilansir
Brain Line.
Rahmat Hidayat, si desainer difabel/ Foto: Instagram |
2. RealistisKita mesti tanamkan pada anak bahwa boleh menjadikan orang lain motivasi. Tapi, kita juga perlu sadar diri siapa yang kita jadikan perbandingan. Usahakan, cari perbandingan yang memang setara dengan kita. Istilahnya,
apple to apple.
"Kita juga boleh sekali punya keinginan. Tapi ingat, miliki keinginan yang realistis. Ini untuk menghindari kekecewaan mendalam ketika pada kenyataannya kita nggak bisa mencapai tujuan tersebut," tambah Ryan.
3. Apresiasi diriRyan menegaskan, apresiasi segala aspek positif yang ada di diri anak-anak, Bun. Dengan begitu, anak dengan disabilitas nggak minder karena mereka yakin dan percaya diri memiliki nilai lebih dari kekurangannya.
Nggak lupa, untuk membuat anak dengan
disabilitas percaya diri, dukungan orang tua dan keluarga terdekat mutlak diperlukan. Sehingga, ketika ada perlakuan yang kurang menyenangkan, anak sudah punya pertahanan diri bahwa dia menerima kekurangannya tapi di sisi lain, ada hal positif yang bisa dibanggakan.
[Gambas:Video 20detik]
(rdn/muf)