Jakarta -
Kehilangan orang tua memang hal yang sangat menyedihkan. Seperti yang dialami Gubernur nonaktif Jambi,
Zumi Zola nih, Bun. Ayahanda Zumi Zola meninggal dunia pada Rabu (28/11).
Dilansir
CNN Indonesia, ayah Zumi Zola, Zulkifli Nurdin mengembuskan napas terakhir di Rumah Sakit Pondok Indah, sekitar pukul 20.00 WIB.
Walaupun sedang dalam masa penahanan di rutan KPK, Zumi Zola diberi waktu melihat jenazah sang ayah. Pada dasarnya, kehilangan sosok ayah bisa jadi pukulan berat bagi seorang anak, termasuk Zumi Zola. Terlebih bagi anak-anak yang belum cukup matang untuk menerima kenyataan bahwa orang tuanya telah tiada ya, Bun.
"Saat anak-anak menghadapi kesedihan berkepanjangan karena kehilangan orang tua, ia rentan terhadap masalah emosional jangka panjang karena merasa kehilangan. Hal Ini dapat mengakibatkan timbulnya depresi, menjadi lebih cemas dan tertutup," kata Romeo Vitelli PhD, psikolog dari Universitas York di Toronto, dikutip dari
Psychology Today."Kemudian, anak bisa menunjukkan lebih banyak masalah di sekolah dan menurunnya prestasi akademis daripada anak-anak yang tidak berduka," tambah Romeo.
 Zumi Zola (Foto: Antara Foto/Hafidz Mubarak A) |
Berdasarkan penelitian dari Beverly Lim Hoeg dari Danish Cancer Society Research Center, anak laki-laki dan perempuan yang kehilangan orang tua sebelum usia 18 tahun dapat mengalami risiko mengalami gangguan perkembangan lebih besar ketimbang anak yang nggak berduka. Anak-anak yang mengalami kesedihan karena orang tuanya meninggal seperti
Zumi Zola sangat rentan terhadap masalah emosional di kemudian hari.
Hal ini bisa diatasi dengan dukungan emosional dari orang tua yang masih hidup atau anggota keluarga lain. Bunda bisa memberi penjelasan pada anak yang ayahnya meninggal seperti
Zumi Zola sesuai kemampuannya. Psikolog anak dari Tiga Generasi Anastasia Satriyo yang akrab disapa Anas bilang anak perlu tahu berita meninggalnya orang tuanya. Lalu, jelasin dengan sederhana misalnya tanda kita hidup kalau masih bernapas. Ada udara yang masuk ke paru-paru.
Tonton video: Blak-blakan Gisel-Gading: Gempita, Prahara Rumah Tangga & Isu Orang Ketiga[Gambas:Video 20detik]
Kita bisa coba praktikkan dengan nutup hidung beberapa detik dan nggak bisa napas. Lalu bisa kita jelaskan ke anak bahwa ayah atau kerabat yang meninggal sudah tidak bernapas lagi dan jiwanya sudah tidak di dalam badan sehingga badannya kita kubur atau bakar, menurut kepercayaan masing-masing. Lalu, yang bersangkutan memang secara fisik mereka sudah tidak bersama kita lagi tapi kita bisa tetap mendoakan," kata Anas.
Dilansir
Kidspot, respons berbeda-beda bisa ditunjukkan anak saat ayahnya tiada, seperti hanya diam saja, menangis atau menanyakan masalah tersebut. Jika Bunda ingin mengajak si kecil ke pemakaman sang ayah boleh-boleh aja kok, Bun. Dengan begitu, anak lebih cepat memahami apa yang terjadi. Di prosesi pemakaman anak juga diajarkan untuk mendoakan ayahnya ya, Bun.
Setelah itu, agar anak tidak terus merasakan kehilangan ajak mereka melakukan aktivitas seperti biasa. Lalu, beri dukungan dan rasa nyaman bagi anak dengan mengajaknya bermain, masak, atau pergi ke suatu tempat bersama.
(rdn/rdn)