parenting

Bun, Tak Ada Kata Terlambat Tanamkan Cinta Baca Buku pada Anak

Melly Febrida   |   HaiBunda

Senin, 04 Mar 2019 18:00 WIB

Jakarta - Banyak orang bilang baiknya membiasakan anak cinta buku dan suka membaca sejak kecil. Tapi, gimana kalau orang tua baru mengenalkan buku ketika anak sudah usia sekolah, misalnya saja saat SD atau SMP?

Raksha Bharadia dalam bukunya Roots and Wings 2 bilang orang tua bisa mengarahkan anak mencintai buku kapan saja kok. Bharadia menyarankan, untuk pembaca pemula, orang tua baiknya menahan diri ikut campur menentukan bacaan apa yang harus anak baca. Biarkan anak memilih dan membaca buku sebagai hiburan.

"Biarkan anak menikmati buku yang dia baca atau dibacakan untuknya. Ingat, Anda sedang mencoba mengembangkan hobi membaca anak dan hobi adalah sesuatu yang harusnya menyenangkan, murni berisi kesenangan," kata Bharadia.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT


Ilustrasi anak membacaIlustrasi anak membaca/ Foto: iStock
Dia menambahkan, emosi anak saat membaca sangat berpengaruh pada apakah mereka akan suka membaca seterusnya atau enggak. Selama ini, menurut Bharadia orang tua terlalu sering mengesampingkan selera dan minat anak-anak mereka. Padahal, buku sebagus apapun jika anak enggak tertarik mereka tak akan membacanya.



Tipe pembaca a-literate

Memang Bun, anak-anak yang sudah sekolah tentunya sudah bisa membaca. Tapi kebanyakan mereka memilih tak membaca atau membaca buku seperlunya hanya untuk kepentingan sekolah atau tugas. Tipe pembaca seperti ini ada sebutannya, yakni a-literate.

Psikolog pendidikan dan penulis Endangered Minds, Jane Healy, yang mencetuskan istilah a-literate untuk menjelaskan generasi baru anak-anak yang memiliki keterampilan membaca yang baik. Tapi, secara sadar memilih tidak membaca atau hanya membaca seperlunya untuk kepentingan sekolah atau tugas.



Anak-anak tipe ini, lanjut Healy, hiburannya adalah televisi atau komputer dan mereka tak membaca buku, majalah, atau koran, serta sudah bertahun-tahun tidak ke perpustakaan.

"Bukannya para a-literate ini tidak cerdas, bahkan banyak di antara mereka yang cenderung intelek dan kreatif. Tapi, mereka tidak menggunakan kegiatan membaca sebagai sumber hiburan, informasi, dan ketakjuban," kata Healy.

[Gambas:Video 20detik]

(rdn/rdn)

TOPIK TERKAIT

HIGHLIGHT