Jakarta -
Si kecil enggak mau
berbagi bahkan rebutan mainan dengan adik atau kakaknya? Umumnya, kita sebagai orang tua suka serba salah dalam bersikap ya, Bun. Saat mencoba melerai, eh mereka malah bertengkar. Padahal, adem hati ini kalau melihat keduanya bisa akur.
Ahli parenting dan pendidikan Joanna Faber juga mengalaminya. Anak sulungnya, Dan (3) sering enggak mau berbagi mainan dengan sang adik, Sam (1). Alhasil, Sam menangis
kejer. Atau saat Sam memainkan mainannya, Dan langsung merebutnya.
"Saya sontak memarahi Sam. Meski saya tahu itu bukan respons baik. Dan anak sulung saya makin ogah berbagi dengan adiknya," kata Joanna.
Berangkat dari pengalamannya, Joanna bilang coba akui perasaan anak lebih dulu ketika dia enggak mau berbagi mainannya. Lalu, hormati apa respons yang diberi anak saat si saudara hendak meminjam mainannya.
"Dengan kita menyangkal
perasaan anak, otomatis mereka akan melakukan upaya melindungi diri melawan rasa sedih karena merasa diabaikan dan emosinya tak dianggap," kata Joanna dalam buku berjudul
How to Talk So Little Kids Will Listen.Setelah itu, baru perlahan beri pengertian pada anak tentang aktivitas berbagi dengan sesama, terutama saudara. Ya, walaupun bagi anak balita berbagi memang tak mudah dilakukan, namun bisa kita latih kok, Bun. Bertengkar dengan kakak atau adik gara-gara berebut mainan memang biasa dalam keluarga. Namun, sebuah studi menyatakan pertengkaran antarsaudara bisa mengakibatkan gangguan mental pada si anak di kemudian hari, Bun.
Ilustrasi anak berebut mainan /Foto: iStock |
Peneliti menyimpulkan agresi seperti serangan fisik antarsaudara memberikan beban yang sama terhadap kesehatan mental seorang anak, seperti halnya seorang anak yang mengalami bullying dari rekan-rekan sebayanya.
"Artinya, studi ini menunjukkan bahwa agresi antarsaudara bukanlah hal sepele bagi anak-anak maupun remaja, tak peduli seberapa parah atau seberapa seringnya hal ini terjadi pada mereka," terang ketua tim peneliti, Corinna Jenkins Tucker dari University of New Hampshire, AS.
Tucker menambahkan, meski banyak orang tua berpikir pertengkaran antarsaudara bisa memberi dampak positif pada proses pendewasaan si anak, tapi tampaknya hal ini justru dapat memberi implikasi serius terhadap kesehatan mental si
anak.
"Jika dua bersaudara memukul satu sama lain, maka reaksinya akan berbeda dibandingkan jika hal itu terjadi diantara rekan-rekan sebaya," kata Tucker mengutip
detikcom.
[Gambas:Video 20detik]
(rdn/rdn)