Jakarta -
Saat anak-anak bertengkar, mungkin Bunda pernah mendengar sang adik bilang membenci si kakak. Dan itu hanya karena tidak boleh masuk kamarnya untuk bermain. Kalau anak bilang benci seperti ini, apa sebabnya?
Dikatakan psikolog klinis Angharad Rudkin,Â
anak-anak yang masih kecil memang masih belajar mengendalikan emosi dan impuls mereka. Jadi, jangan heran kalau rumah terasa seperti zona perang.
Menurutnya, ketika perasaan anak kecewa karena bertentangan dengan saudara kandungnya, itu normal bagi anak merasakan bercampurnya perasaan emosi. Hubungan saudara kandung ini biasanya bertengkar karena ada begitu banyak yang diperebutkan, termasuk rasa sayang dari orang tua.
"Ini juga cenderung menjadi konflik paling agresif bagi anak-anak sebagai saudara kandung yang menghabiskan banyak waktu bersama dan tidak ke mana-mana, jadi sangat mudah menjadi target dari rasa frustrasi mereka," kata Rudkin, dalam buku
What's My Child Thinking? Practical Child Psychology for Modern Parents.
Rudkin bilang, saat seperti ini tentu sulit bagi orang tua untuk menentukan siapa yang salah. Bunda bisa saja mengatakan anak yang lebih besar seharusnya lebih mengerti. Tapi kalau kakaknya masih berusia 7 tahun, tentu juga belum paham kalau adiknya itu cara berpikirnya belum matang, sehingga marah ketika kakaknya tak bisa bermain dengannya.
 Ilustrasi adik kakak/ Foto: Getty Images/iStockphoto/kiankhoon |
Padahal, menurut Rudkin, mungkin saat itu anak yang lebih kecil merasa marah, kecewa, dan rendah diri dengan kakaknya. Rasa frustrasinya itu memicu otak bawah yang paling bawah, jadi dia tidak bisa lebih spesifik mengungkapkan bagaimana perasaannya dan seberapa besar rasa bencinya. Tapi tenang Bunda, ini akan cepat berlalu.
"Kalau kakaknya mengajak bermain lagi, adiknya tentu akan menerima," ujarnya.
Berbicara tentang
sibling rivalry, psikolog Aurora Lumban Toruan memaparkan, persaingan atau kecemburuan antara saudara kandung bisa berlangsung sampai mereka dewasa. Ini bisa terjadi kalau orang tua enggak berupaya menyelesaikan dan mengantisipasi.
Selain itu, menurut Aurora,Â
sibling rivalry bisa berlangsung sampai anak dewasa kalau orang tua terus-menerus tidak menerapkan struktur yang jelas, mulai dari kegiatan rutin yang dibentuk dalam keseharian, dan tidak ada aturan yang jelas.
"Termasuk juga ekspektasi dari perilaku seperti apa yang bisa diterima, juga konsekuensi dari sikap melawan atau melanggar aturan yang diterapkan yang enggak jelas," tutur Aurora.
Bunda, simak juga cerita ketakutan Meisya Siregar dalam mendidik anak-anaknya, di video berikut:
[Gambas:Video Haibunda]
(muf/muf)