Terpopuler
Aktifkan notifikasi untuk dapat info terkini, Bun!
Bunda dapat menonaktifkan kapanpun melalui pengaturan browser.
Nanti saja
Aktifkan

parenting

3 Tanda Bunda dan Ayah adalah Tiger Parent, Hindari Ya

Melly Febrida   |   HaiBunda

Rabu, 10 Feb 2021 20:02 WIB

Family concept;Mother rebuke her son and he feels guilty and holding head. The boy cannot do his homework.
Ilustrasi tiger parenting/ Foto: Getty Images/iStockphoto/Anchalee Phanmaha

Mengasuh anak juga butuh keseimbangan. Betul Bunda? Bukan yang berlebihan atau terlalu cuek. Sebab naluri pengasuhan yang tidak seimbang bisa membawa orang tua pada sejumlah perilaku tiger parenting.

Shimi Kang, MD, psikiater anak dan dewasa mengatakan apabila orang tua tidak terdorong untuk berkumpul dan melindungi anak-anaknya, atau melakukan apa pun yang orang tua bisa untuk membantu anak-anak menjadi yang terbaik, maka orang tua tersebut mungkin tidak melakukan pekerjaannya.

"Namun, semua orang bahkan yang paling sehat pun, memiliki keterbatasan," kata Kang dalam The Self-Motivated Kid; How to Raise Happy, Healthy Children Who Know What They Want and Go After it (Without Being Told).  

Untuk mengetahui Bunda sudah mengasuh anak dengan seimbang, Kang merinci beberapa perilaku orang tua yang berlebihan yang ada pada tiger parenting:

1. Terlalu banyak jadwal

Sama seperti beberapa orang menyimpan terlalu banyak barang yang bisa mengacaukan rumah mereka, kata Kang, orang yang terlalu banyak membuat jadwal bisa mengacaukan hidup mereka.  

"Anak-anak kita terlalu sibuk! Hanya melihat jadwal dinding-ke-dinding mingguan anak-anak, mulai dari latihan bisbol hingga kompetisi catur hingga tim debat, akan melelahkan siapa pun," kata Kang.

Wajar apabila orang tua ingin anaknya unggul, jadi apa pun mereka bisa dilakukan. Namun, Kang bilang, orang tua sering lupa manusia juga butuh istirahat, melepas lelah, tidur, meluangkan waktu untuk makan, dan menjelajahi serta belajar melalui keingintahuan alami kita tentang dunia di sekitar kita.  

"Semua orang tua tahu bagaimana rasanya kurang tidur. Coba pikirkan: Siapa yang 'termotivasi' ketika mereka belum cukup istirahat? Banyak orang tua mengatakan kepada saya bahwa mereka membuat anak-anak mereka sibuk karena, jika tidak sibuk mereka menjadi bosan atau cemas," ujarnya.

Kang mengingatkan bahwa terlibat dalam hobi dan olahraga itu bagus. Namun, membuat anak begitu sibuk sehingga tak memilik waktu tersisa untuk terlibat dalam hidup dengan orang tuanya itu sangat buruk. 

2. Terlalu melindungi

Orang tua akan melakukan apa saja untuk melindungi anak-anak mereka. Sampai-sampai orang tua sulit membiarkan anak-anak mengambil risiko. Kang mengatakan, orang tua terlalu melindungi anak-anak dari kesulitan, kesalahan, dan kegagalan.

"Namun, kita lupa bahwa paparan kesulitan, mencoba-coba, dan dunia nyata adalah hal yang memungkinkan anak-anak memperoleh keterampilan hidup yang sebenarnya mereka butuhkan untuk melindungi diri dari bahaya sepanjang hidup mereka," kata Kang.

Anak-anak yang terlalu dilindungi, kata Kang, tidak mengembangkan ketahanan atau motivasi diri untuk memecahkan masalah di kehidupan nyata, yang tentu saja mengarah pada kesuksesan kehidupan nyata.

Penjelasan lebih lanjut, klik halaman berikutnya ya, Bunda.

Banner Sacha Stevenson

Dorong anak berkompetisi demi sukses?

Strict musician mother is teaching her daughter to play the piano. Musical recreation activities for children.

Ilustrasi tiger parenting/ Foto: Getty Images/iStockphoto/Ju Photographer

3. Kompetisi berlebihan

Kang mengatakan, mendorong anak untuk menang dengan segala cara, atau melihat kehidupan sebagai sebuah kompetisi, tidak akan membantu siapa pun. Sangat mudah untuk melupakan bahwa manusia sepenuhnya adalah makhluk sosial dan bahwa kita tidak selalu dimaksudkan untuk menjadi 'nomor satu'.

Menurutnya, manusia mendambakan ikatan sosial, komunitas, dan rasa memiliki dan kontribusi setidaknya sebanyak kita haus akan kemenangan.  

"Tiger parenting yang hiperkompetitif dan anak-anak mereka sering hidup dalam kesepian dan ketidakseimbangan. Harimau di alam bukanlah hewan sosial; mereka adalah predator soliter yang didorong untuk membunuh dengan sedikit atau tanpa koneksi komunitas," ujarnya.  

Kang bilang kehidupan menyendiri bermanfaat bagi harimau di alam, tetapi bagi manusia, kehidupan menyendiri yang berfokus pada menjadi nomor satu tidak cukup untuk kehidupan yang memuaskan dan sukses.  


(som/som)
Loading...

TOPIK TERKAIT

HIGHLIGHT

Temukan lebih banyak tentang
Fase Bunda