HaiBunda

PARENTING

4 Pakaian Adat Sulawesi Utara Beserta Kegunaannya, Bisa Dikenalkan ke Anak Nih

Annisa Karnesyia   |   HaiBunda

Rabu, 25 May 2022 11:40 WIB
Pakaian Adat Sulawesi Utara Beserta Kegunaannya, Bisa Dikenalkan ke Anak Nih/ Foto: iStock/ Getty Images/Fredy Tewu
Jakarta -

Keberagaman suku di Indonesia dapat dikenalkan ke anak sejak dini lho. Salah satunya adalah pakaian adat, Bunda.

Pakaian adat dapat menunjukkan identitas peradaban masyarakat. Tak hanya itu, status seseorang juga dapat dibedakan dari pakaian yang dikenakannya.

"Pakaian adat adalah semua kelengkapan yang dipakai oleh seseorang yang berasal dari tempat asal suatu daerah. Pakaian adat menunjukkan etos kebudayaan suatu masyarakat," ujar Abdul Manan Halim dalam buku Pakaian Adat Nusantara.


Tiap-tiap daerah di Indonesia memiliki pakaian adat yang berbeda. Bahkan di satu provinsi bisa memiliki lebih dari satu pakaian adat sesuai suku yang ada di sana, misalnya di provinsi Sulawesi Utara.

Provinsi Sulawesi Utara terletak di utara Pulau Sulawesi, Bunda. Provinsi ini ditinggali oleh empat suku, yakni suku Minahasa, Sangir, Mongondow, Gorontalo, dan Tionghoa.

Pakaian adat di provinsi ini beragam dan memiliki kegunaan yang berbeda. Ada pakaian khusus untuk menikah, ada pula yang hanya digunakan dalam acara adat.

Pakaian adat Sulawesi Utara/ Foto: iStock/ Getty Images/Fredy Tewu

Pakaian adat Sulawesi Utara

Ada beberapa pakaian adat dari provinsi Sulawesi Utara yang bisa Bunda kenalkan ke anak nih. Melansir dari berbagai sumber, berikut 4 jenis pakaian adat dari provinsi ini:

1. Pakaian dari Sangihe Talaud

Masyarakat Sangihe Talaud dari Sulawesi Utara mengenakan pakaian dari bahan serat kofo, yakni sejenis pohon. Pakaian ini lali dipintal dan dijadikan benang.

Dikutip dari buku Ensiklopedia Negeriku karya Dian Kristiani dan Agnes Bemoe, wanita Sangihe Talaud mengenakan baju terusan dengan panjang sebetis yang dinamakan laku tepu. Bagian leher pakaian ini berbentuk V. Sementara itu, kain bawah disebut kahiwu.

"Sebagai pelengkap, wanita Sangihe Talaud mengenakan bandang yang berfungsi sebagai selendang. Kain ini diletakkan di bahu kanan dan diikat ujungnya di pinggang sebelah kiri," ujar tim penulis.

Hampir sama dengan wanita, pria Sangihe Talaud juga mengenakan laku tepu. Namun, bentuk kerah pakaian berbeda, Bunda.

Bagian leher laku tepu pria Sangihe Talaud berbentuk setengah lingkaran. Baju ini panjangnya sampai ke tumit.

Pria Sangihe Talaud mengenakan ikat kepala yang disebut paporong yang terbuat dari kain kofo. Mereka juga mengenakan ikat pinggang yang disebut popehe.

2. Pakaian dari Bolaang Mongondow

Pakaian adat lain dari Sulawesi Utara berasal dari Bolaang Mongondow. Pakaian adat untuk wanita adalah kain dan kebaya atau salu.

Sedangkan pria di daerah ini memakai baju atau baniang, celana, dan sarung tenun. Sama dengan pria Sangihe Talaud, pria dari Bolaang Mongondow juga mengenakan ikat kepala yang disebut Magilenso.

3. Pakaian adat Minahasa

Pakaian adat Minahasa untuk wanita disebut karai, momo, atau wuyang. Bagian atas pakaian ini mirip dengan kebaya, Bunda.

Berbeda dengan pakaian adat lainnya, pakaian ini berlengan panjang dan berwarna putih. Di pakaian ini terlihat gambar sulaman bunga padi dan bunga kelapa.

Bagian unik dari pakaian ini ada pada rok yang di bawahnya melebar, sehingga berbentuk seperti ikan duyung. Kain yang dikenakan juga bersulam motif sisik ikan, Bunda.

Dilansir buku Ensiklopedi Seni Dan Budaya 3: Pakaian Nusantara karya R. Toto Sugiarto, untuk upacara adat, masyarakat Minahasa umumnya mengenakan pakaian adat yang lebih modern. Pria Minahasa mengenakan kemeja dengan bawahan sarung yang dilengkapi dengan dasi dan destar penutup kepala berbentuk segitiga.

4. Pakaian adat Gorontalo

Pakaian adat Gorontalo untuk acara pernikahan disebut Biliu untuk pengantin pria dan Mukuta untuk pengantin wanita. Pakaian adat suku ini umumnya terdiri dari tiga warna, yakni ungu, kuning keemasan, dan hijau.

Sementara itu, untuk upacara pernikahan, masyarakat akan menggunakan pakaian adat dengan empat warna utama, yaitu merah, hijau, kuning emas, dan ungu. Setiap warna memiliki arti yang berbeda, Bunda.

"Warna merah dalam masyarakat adat Gorontalo bermakna keberanian dan tanggung jawab. Sementara warna hijau memiliki arti kesuburan, kesejahteraan, kedamaian, dan kerukunan. Warna kuning emas bermakna kemuliaan, kesetiaan, kebesaran, dan kejujuran, sedangkan warna ungu bermakna keanggunan dan kewibawaan," kata Toto Sugiarto. 

Masyarakat Gorontalo juga bisa mengenakan baju berwarna hitam karena memiliki arti keteguhan dan ketakwaan terhadap Tuhan. Sementara itu untuk menghadiri pemakaman atau ke tempat ibadah, mereka lebih sering mengenakan pakaian berwarna putih.

Warna lain yang juga digunakan adalah biru. Warna biru muda sering dikenakan pada saat peringatan 40 hari berduka, sedangkan biru tua pada peringatan 100 hari. Masyarakat Gorontalo kurang suka mengenakan pakaian berwarna cokelat karena melambangkan tanah.

Bunda, yuk download juga aplikasi Allo Bank di sini.

Simak juga cara mengenalkan anak belajar membuat batik khas Banyuwangi, dalam video berikut:

(ank/som)

TOPIK TERKAIT

ARTIKEL TERKAIT

TERPOPULER

5 Potret Joanna Alexandra Ajak Kekasih Ketemu Orang Tua & Quality Time Bareng Anak

Mom's Life Nadhifa Fitrina

Turun 227 Kg, Artis Reality Show Ini Ungkap Perjalanan Dietnya

Mom's Life Annisa Karnesyia

Kenangan Bubun Nitip ASI malah Jadi Basi

Komik Bunda Tim HaiBunda

Gummy dan Jo Jung Suk Dikabarkan Tengah Nantikan Kelahiran Anak Kedua

Kehamilan Amrikh Palupi

20 Resep Makanan Rumahan Sehari-hari, Praktis dan Simpel

Mom's Life Amira Salsabila

REKOMENDASI
PRODUK

TERBARU DARI HAIBUNDA

Saatnya Jadi Robeli, Manfaatkan Promo Spesial Transmart Full Day Sale hingga 25%

Ternyata Pola Tidur Anak Bisa Ungkap Kepribadiannya Sejak Dini

Turun 227 Kg, Artis Reality Show Ini Ungkap Perjalanan Dietnya

Pemerintah Jadikan 18 Agustus 2025 Libur Nasional, Ajak Warga Lomba 17-an!

Kenangan Bubun Nitip ASI malah Jadi Basi

FOTO

VIDEO

DETIK NETWORK