sign up SIGN UP search

parenting

9 Kumpulan Cerita Islami Anak, Penuh dengan Pesan Moral

Asri Ediyati   |   Haibunda Selasa, 03 Jan 2023 20:00 WIB
Happy Arabic mother and son together sitting on the couch and reading a book. caption
Jakarta -

Kegiatan mendongeng memiliki banyak manfaat positif untuk anak. Meskipun tampak sepele, ternyata mendongeng dapat mempengaruhi perkembangan jiwa anak lho Bunda.

Mengutip buku Terampil Mendongeng (2001), mendongeng bila dilakukan dengan pendekatan yang sangat akrab akan mendorong terbukanya cakrawala pemikiran anak, sejalan dengan pertumbuhan jiwa sehingga mereka akan mendapat sesuatu yang sangat berharga bagi dirinya dan dapat memilih mana yang baik dan mana yang buruk.

Cerita dari dongeng dapat dipetik manfaatnya, terutama yang mengandung unsur pesan moral. Salah satu dongeng atau cerita yang bernuansa Islami dapat menjadi alternatif bagus untuk bercerita.


Tak hanya dapat dijadikan pengantar tidur, cerita Islami dapat dijadikan sarana untuk mengenalkan nilai-nilai Islam pada Si Kecil sedari dini. Nah Bunda jika sedang mencari kumpulan dongeng Islami, simak ulasan berikut ini.

Cerita anak Islami

Terdapat beberapa kumpulan cerita Islami yang bisa menjadi referensi Bunda untuk didongengkan pada Si Kecil, Mengutip buku '100 Kisah Islami Pilihan untuk Anak-Anak (2009)' dan 100 Kisah Islami Pilihan berikut diantaranya:

1. Kemuliaan Hasan Bin Ali

Hasan bin Ali bin Abi Thalib adalah cucu Rasulullah SAW yang sangat dicintai kaum muslim. Dia layaknya permata pada masa hidupnya, karena memiliki budi pekerti yang mulia dan terpuji.

Pada suatu hari Hasan sedang duduk di depan pintu rumahnya. Tiba-tiba datanglah seorang pemuda Arab badui. Kemudian, pemuda yang tidak dikenal itu mencaci maki Hasan Bin Ali dan juga ibu-bapaknya.

Anehnya, Hasan Bin Ali hanya mendengar tanpa sedikit pun membalas kata-kata hinaan pemuda badui tersebut.

Setelah pemuda badui tersebut puas mencaci maki, Hasan berkata kepada pemuda tersebut, "Wahai Badui, adakah engkau lapar atau dahaga?" Adakah sesuatu yang memusingkan hatimu?" tanyanya ramah.

Tanpa mempedulikan kata-kata Hasan barusan, pemuda badui itu malah tambah keras mencaci Hasan Bin Ali.

Kemudian, Hasan menyuruh pembantu rumahnya membawakan sejumlah uang perak. Lalu dia memberikannya kepada pemuda pemuda badui tersebut. "Wahai Badui, maafkanlah aku!" Inilah yang aku miliki." ucap Hasan lembut dan simpatik.

Akhirnya, sikap simpatik dan pelayanan lembut Hasan Bin Ali berhasil meluluhkan hati pemuda badui tersebut. Dia menangis terisak-isak, lantas bersujud di kaki Hasan.

"Wahai cucu Rasulullah, maafkanlah aku karena berlaku kasar kepadamu. Sebenarnya, aku sengaja melakukan hal ini untuk menguji kebaikan budi pekertimu sebagai cucu Rasul yang aku kasihi. Sekarang yakinlah aku bahwa engkau mempunyai budi pekerti yang mulia," kata pemuda badui tersebut sambil terus menangis.

2. Ketabahan iman Zunairah

Satu di antara hamba sahaya Muslim asadah Zunairah, budak Abu Jahal. Karena keimanannya dalam Islam itulah, dia ditanya Abu Jahal, "Benarkah kamu telah menganut agama Islam?"

"Benar. Aku percaya pada seruan Muhammad SAW. Karena itulah, aku mengikutinya," jawab Zunairah.

Untuk menggoyahkan keyakinan budaknya itu, Abu Jahal bertanya kepada kawan-kawannya.

"Hai, kawan-kawanku! Apakah kalian juga mengikuti seruan Muhammad?"
"Tidak!" jawab mereka serempak.
"Nah, kalau memang apa yang dibawa oleh Muhammad itu baik, tentu mereka akan lebih dahulu mengikutinya daripada kamu yang hanya menjadi seorang budak!" kata Abu Jahal melecehkan hambanya.

Kemudian, Zunairah dianiaya secara keji hingga matanya luka parah dan akhirnya menjadi buta.

"Matamu buta akibat kamu masuk Islam. Coba kalau kamu mau meninggalkan agama Muhammad, matamu akan sembuh kembali," bujuk Abu Jahal.

Betapa sakit hati Zunairah mendengar penghinaan majikannya itu. "Kalian semua adalah pembohong, tidak bermoral! Latta dan Uzza yang kalian sembah itu tidak bisa berbuat apa-apa. Apalagi memberi manfaat dan mudarat!" katanya.

Mendengar hal itu, Abu Jahal semakin marah. Maka, dipukullah Zunairah sekeras-kerasnya sambil berteriak kencang, "Wahai Zunairah, ingatlah kepada Latta dan Uzza. Mereka berhala sembahan kita sejak nenek moyang kita. Tidak takutkah jika mereka nanti murka kepadamu? Tinggalkanlah segera agama Muhammad yang melecehkan kita!"

"Wahai Abu Jahal, sebetulnya, Latta dan Uzza itu buta. Lebih buta daripada mataku yang buta akibat siksaanmu ini, Meskipun mataku buta, Allah SWT tidak akan sulit mengembalikannya menjadi terang, tidak seperti tuhanmu Latta dan Uzza itu," jawab Zunairah tegas.

Berkat kekuasaan Allah SWT, pada keesokan paginya, mata Zunairah yang buta akibat siksaan Abu Jahal, sembuh seperti kembali sediakala. Abu Jahal yang melihatnya sangat heran.

Namun, Abu Jahal tetap dalam kekafirannya. Dia malah mengabaikan bukti kebenaran Zunairah yang disiksa oleh majikannya. Maka, Abu Bakar pun segera menebus Zunairah dari Abu Jahal dan membebaskannya sebagai manusia yang merdeka.

3. Keyakinan dan prasangka baik

arabic sheik on the desert prayingIlustrasi cerita Islami untuk anak/ Foto: iStock

Pada dahulu kala, ada seorang murid yang mendambakan seorang guru yang mengajarinya untuk semakin dekat kepada Allah SWT. Meskipun sudah berusaha keras, dia juga belum berhasil menemukan guru yang diidamkannya.

Suatu hari, ada seorang yang berkata kepadanya bahwa dia tidak akan menemukan seorang guru yang bisa mengajarinya semakin dekat dengan Allah SWT, kecuali Fulan bin Fulan yang tinggal di suatu kota.

Dia pun kemudian berangkat ke kota itu. Setelah sampai di sana, dia menanyakan tempat tinggal Fulan bin Fulan. Penduduk sekitar kota tersebut menunjukkan kepadanya seorang lelaki yang berperangai buruk dan suka bermaksiat. Dia mendatangi rumah orang tersebut dan mengetuk pintunya.

"Siapa?" tanya pemilk rumah.
"Abdullah," jawabnya.

Kebetulan Fulan bin Fulan sedang menunggu orang yang namanya sama dengan si murid. Mereka berjanji untuk berpesta dan minum-minuman keras. Dia lalu membukakan pintu karena mengira tamu itu adalah temannya.

Si murid masuk ke rumah. Ketika menatap wajah pemilik rumah, dia lalu duduk bersimpuh dan menangis. Pertemuan dengan sang calon gurunya itu begitu mengharukan sehingga dia tidak melihat minuman keras yang ada di situ.

"Apa yang terjadi denganmu?" tanya pemilik rumah keheranan.
"Aku ingin agar engkau mengajariku untuk semakin dekat dengan Allah SWT. Aku telah berusaha mencari guru, tetapi tidak menemukan selain Tuan," kata si murid.

Karena ingin segera terbebas dari Abdullah, lelaki itu berkata sekenanya, "Pergilah ke tempat A, di bawah gunung B! Di sana, kamu akan temukan air. Berwudhulah dengan air itu! Kemudian, beribadahlah di situ sampai Allah SWT memberimu pertolongan!"

Lantas, si murid segera melaksanakan perintah gurunya. Dia beribadah dengan sungguh-sungguh sampai akhirnya Allah SWT memberinya pertolongan. Setelah itu, dia baru mengetahui bahwa orang yang selama ini dianggap sebagai gurunya adalah seorang yang berperangai buruk dan suka bermaksiat.

Dia pun mulai banyak dikenal oleh orang-orang. Kesalehannya menjadi buah bibir masyarakat. Orang-orang mulai berdatangan untuk menuntut ilmu. Semakin lama, semakin banyak. Hingga pada suatu hari, dia jatuh sakit. Ketika penyakitnya semakin parah, murid-muridnya bertanya, "Guru, siapa yang akan engkau angkat menggantikanmu, jika guru wafat?"

"Fulan bin Fulan yang suka bermaksiat. Oleh karena itu, berdoalah agar sebelum aku wafat, Allah SWT mengubah keadaannya dengan memberinya petunjuk! karena, sesungguhnya aku tidak akan menjadi guru kalau bukan karena dia."

Allah SWT pun mengabulkan doa mereka. Lelaki itu bertobat dan menjadi murid dari mantan muridnya. Dia berusaha sungguh-sungguh mendekatkan diri kepada Allah SWT di bawah bimbingan gurunya, Sepeninggal sang guru, dia pun dipercaya untuk menggantikan kedudukannya sebagai guru bagi murid-muridnya.

4. Pengairan gratis

Ada seorang laki-laki ahli ibadah yang sedang berjalan di padang pasir. Tiba-tiba, dia mendengar suara dari langit, "Airilah kebun si Fulan!" Kemudian, dia melihat ada awan yang berjalan menuju tempat tertentu. Lalu, awan itu menumpahkan airnya (hujan) di sebuah areal tanah yang penuh dengan batu hitam.

Di sana, ada sebuah aliran air yang menampung air tersebut. Laki-laki itu terus mengikuti kemana air itu mengalir. Tiba-tiba, dia melihat ada seseorang yang sedang berdiri di kebunnya sambil mendorong air dengan penyodok ke dalam kebunnya.

Laki-laki ahli ibadah itu pun menyapanya, "Hai, Hamba Allah! Siapa nama engkau?" "Namaku Fulan," katanya pendek. Namanya sama persis dengan nama yang dia dengar dari arah awan tadi.

Pemilik kebun itu balik bertanya, "Hai, Hamba Allah! Mengapa engkau menanyakan namaku?" "Aku sudah mendengar suara di awan yang menurunkan air ini. Suara itu mengatakan, 'Airilah kebun si Fulan, dan dia menyebutkan namamu. Apa sebenarnya yang engkau perbuat dengan kebun ini?" tanyanya.

Pemilik kebun itu menjawab, "Kalau itu yang engkau katakan, ketahuilah, sesungguhnya aku memperhitungkan hasil yang didapat dari kebun ini. Lalu, sepertiganya aku sedekahkan, sepertiganya lagi aku makan bersama keluargaku, dan sepertiga yang terakhir aku kembalikan lagi ke kebun untuk ditanam."

Dalam riwayat lain dikatakan, "Aku jadikan sepertiganya sebagai sedekah untuk orang-orang miskin, para pengemis, dan ibnu sabil (orang-orang dalam perjalanan)."

Begitulah, orang yang meninggalkan sifat kikir yang buruk. Allah SWT. akan menggantinya dengan kebaikan yang banyak.

5. Unta menyelamatkan Rasul

Perjuangan Rasulullah menyebarkan agama Islam penuh tantangan. Termasuk salah satunya perlawanan yang begitu genting dari Abu Jahal. Bahkan, Nabi Muhammad SAW diancam akan dilempari batu. 

"Hai, Kaumku, janganlah kalian membiarkan Muhammad menyebarkan ajaran barunya. Dia telah menghina agama nenek moyang kita. Demi Tuhan, aku berjanji bahwa besok aku akan membawa batu ke Masjidil Haram dan melemparkannya ke atas kepala Muhammad.

Setelah itu, terserah kalian, apakah mau menyerahkanku kepada kaumnya ataukah kalian akan membelaku dari ancaman kaumnya?" seru Abu Jahal.

Ketika mendengar sumpah Abu Jahal, orang-orang berkata, "Demi Tuhan, kami tidak akan menyerahkan engkau kepada kaumnya. Teruskanlah niatmu itu!"

Keesokan paginya, Abu Jahal pergi ke Ka'bah. Ia melangkah dengan sombong sambil membawa batu besar di tangan. Tak hanya itu, ia juga mengajak kawan-kawannya untuk menyaksikan bagaimana dia akan melemparkan batu ke atas kepala Rasul.

Begitu tiba di Masjidil Haram, ia melihat Rasul yang akan menunaikan salat. Rasul sama sekali tak menyadari kehadiran Abu Jahal dan kawan-kawannya.

Lalu, Abu Jahal mulai berjalan perlahan dari belakang. Ketika Abu Jahal hendak mendekati Muhammad SAW. dan melemparkan batu yang dipegangnya, tiba-tiba dia melompat ke belakang. Batu yang dipegangnya pun terlempar ke tanah.

Seketika wajah Abu Jahal pun memucat dan ekspresi takut tak bisa ia sembunyikan. Kawan-kawannya kaget melihat sikap Abu Jahal yang terlihat aneh.

"Apa yang sebenarnya terjadi dengan engkau, Abu Jahal? Mengapa engkau tidak melemparkan batu itu ke kepala Muhammad ketika dia sedang bersujud tadi?" tanya kawannya.

"Saat aku mendekati Muhammad dan akan melemparkan batu ke kepalanya, tiba-tiba muncul seekor unta besar hendak menendangku. Aku sangat takut karena belum pernah melihat unta sebesar itu. Sekiranya aku meneruskan niatku, niscaya aku akan mati ditendang oleh unta itu. Oleh karena itulah, aku melompat ke belakang dan membatalkan niatku."

"Ya Abu Jahal, sewaktu kau menghampiri Muhammad tadi, kami memperhatikan engkau dari jauh. Tetapi, kami tidak melihat unta besar yang engkau katakan. Jangankan unta, bayangannya pun, kami tidak melihatnya!" kawan-kawannya meragukan segala keterangan Abu Jahal.

Mereka menyangka Abu Jahal sudah mengarang cerita. Akhirnya, mereka mulai tidak percaya dan tidak mau mendengarkan kata-kata Abu Jahal lagi.

6. Hadiah rumah dari Khalifah

Pada suatu hari, Khalifah Ja'far Al-Manshur didatangi oleh Wanzimar, seorang perwira pasukan Berber yang telah banyak berjasa terhadap pemerintahan Khalifah Ja'far Al-Manshur.

Wanzimar berkata kepada Khalifah Ja'far Al-Manshur dengan bahasa yang sangat kasar, "Hei, Ja'far! Kalau kamu memang pelayan kaum Muslim. berilah aku atap untuk menutupi kepalaku. Karena selama ini, aku terpaksa tidur tanpa atap di kepalaku!"

Meskipun tahu maksud permintaan Wanzimar, tetapi Ja'far merasa heran. Bukankah dia sudah memberi Wanzimar dengan banyak hadiah, termasuk rumah untuknya?

Dia pun bertanya kepadanya, "Bukankah kamu telah menerima jatah tempat tinggal yang aku sediakan untukmu, wahai Wanzimar?"

"Iya, tetapi engkau telah mengusirku dari rumah itu!"

"Masa?" tanya khalifah Ja'far keheranan.

"Dengan banyaknya hadiah darimu, begitu banyak tanah pertanian dan perkebunan yang engkau berikan kepadaku, kini kamar dan rumahku dipenuhi dengan hasil panen pertanian dan perkebunan tersebut. Oleh karena itu, aku tidak punya tempat lagi untuk diriku sendiri!" jawab Wanzimar.

Khalifah Ja'far Al-Manshur tertawa, seraya berkata, "Oya, sekarang aku tahu semua kesalahanku kepadamu." Ia pun segera menghadiahi Wanzimar sebuah rumah yang layak untuknya dan keluarganya tinggal.

7. Keadilan Shah Jehan

Pada suatu hari, saat Shah Jehan sedang berburu, tiba-tiba dia didatangi oleh seorang kuli yang langsung mengadukan keluhannya. "Wahai pemimpin kami, tunjukkanlah keadilanmu untuk kami yang hina ini! Ketahuilah olehmu bahwa majikanku telah berbuat aniaya kepadaku. Dia belum membayar gajiku selama beberapa bulan dan aku pun kini hidup dalam kesusahan. Aku sangat membutuhkan gajiku itu. Tolonglah aku!"

Shah Jehan terdiam sejenak. Kemudian, saat itu juga dia memerintahkan para pengawalnya untuk membawa majikan si kuli yang telah mengadukan keluhannya tadi. Saat si majikan datang, dia tidak bisa lagi mengelak dari keluhan-keluhan si kuli.

Dia membenarkan semuanya. Mendengar semua pengakuan si majikan, Shah Jehan segera memerintahkan si majikan untuk turun dari kudanya dan si kuli gantian naik di atas kuda majikannya.

Si majikan disuruhnya berlari sambil menuntun kuda yang dinaiki oleh si kuli. Mau tidak mau, si majikan melaksanakan perintah Shah Jehan dengan sungguh-sungguh. Hal itu terus berlangsung selama Shah Jehan berburu, hingga si majikan tidak mampu lagi berlari dan menuntun kudanya.

Dia jatuh ke tanah dengan kelelahan di sekujur tubuhnya. Kemudian, Shah Jehan datang menghampirinya dan berkata, "Ini sebagai pelajaran untukmu bahwa kamu harus menghargai pekerjaan kulimu yang telah kelelahan bekerja untukmu. Kini, aku akan membayarmu karena kamu sudah bekerja mematuhi perintahku.

Aku pun minta kepadamu, bayarlah gaji kulimu sesuai dengan apa yang telah dikerjakannya untukmu! Aku tidak ingin melihat ketidakadilan terjadi di wilayah kekuasaanku dan di depan mataku sendiri."

8. Berniaga dengan Para Malaikat

Pada suatu hari, istri Ali bin Abi Thalib yang bernama Fathimah Az-Zahra, didatangi oleh seorang pengemis yang meminta sedekah. Ketika itu, Fatimah hanya memiliki 50 dirham.

Fathimah pun memberikan setengah uangnya kepada pengemis tersebut. Setelah mendapatkan 25 dirham, si pengemis berlalu pergi. Saat di tengah perjalanan, pengemis tersebut bertemu dengan Ali bin Abi Thalib.

Kemudian, Ali bertanya kepada pengemis tersebut. "Berapa uang yang diberikan oleh Fathimah kepadamu?", tanya Ali.

"Aku diberi 25 dirham," jawab si pengemis dengan jujur. Ali pun langsung menyuruh pengemis tersebut untuk datang kembali ke rumahnya.

Kemudian, Fathimah memberikan sisa 25 dirhamnya kepada pengemis itu. Itu artinya, uang 50 dirham pun disedekahkan semuanya kepada pengemis tadi. Beberapa hari kemudian, datanglah seorang hamba Allah menemui Ali dengan membawa seekor unta.

Orang tersebut menceritakan keluh kesahnya yang kesulitan menjual unta. Tanpa disangka, Ali berjanji untuk membeli unta tersebut dalam beberapa hari ke depan. Meskipun ketika itu, dia sama sekali tidak memiliki uang.

Saat perjalanan pulang, Ali bertemu dengan seorang lelaki yang ingin membeli untanya dengan harga yang lebih tinggi daripada harga sebelumnya. Akhirnya, Ali menjual unta itu kepadanya. Setelah mendapat uang. Ali pun membayar hutangnya kepada penjual unta.

Beberapa hari kemudian, Rasulullah SAW. berjumpa dengan Ali bin Abi Thalib. Lalu, beliau bertanya. "Wahai Ali, tahukah engkau, siapakah yang menjual dan membeli unta itu?" tanya Rasul.

"Tidak tahu, wahai Rasulullah!" jawab Ali yang memang tidak tahu.

Rasulullah SAW pun menjelaskan bahwa yang menjual unta adalah Malaikat Jibril a.s. dan yang membelinya adalah Malaikat Mikail AS. Sedangkan, selisih harga penjualan yang merupakan keuntungan Ali adalah rezeki Allah SWT.

9. Ustman yang Dermawan

Pada suatu hari, khalifah Utsman bin Affan RA, berjalan-jalan ke pelosok pedesaan di Madinah. Dia melihat seorang nenek yang berjalan kepayahan.

"Wahai Nenek, kenapa? Sepertinya nenek sedang sakit?" tanya Utsman prihatin.

"Ah...tidak. Nenek hanya kehausan!" jawab nenek itu.

Sesaat kemudian, Khalifah Utsman melihat seorang bapak separo baya yang menggerutu. "Duh...masa, aku tidak diberi air sih!"

Tak lama kemudian, Utsman melihat seorang pemuda yang marah-marah. "Huh! Masa, air sumur harus dibeli!"

"Wahai saudara-saudaraku, kenapa kalian marah-marah?" tanya Utsman.

"Itu tuh, ketika aku meminta air sumur, pemiliknya meminta bayaran!" jawab mereka kesal.

Khalifat Utsman bin Affan segera mendatangi pemilik sumur. Saat dilihatnya, sang pemilik sumir sedang menjual air sumur, Khalifah Utsman pun bergegas menghampirinya.

"Wahai Yahudi...! Aku akan membeli sumurmu!" kata Utsman.

"Maaf Utsman, aku tidak menjual sumurnya. Aku hanya menjual airnya saja: dua dirham untuk sekali pakai," jawabnya.

"Bagaimana kalau aku membeli sumurmu dengan harga 50 dinar? Jika engkau mau, aku akan menyerahkan uangnya saat ini juga," tawar Utsman.

"Maaf Utsman aku tidak berminat pada uangmu itu!"

"Bagaimana kalau aku beli 100 dinar untuk sumurmu itu?" tawar Utsman lagi.

"Baiklah tetapi hanya setengahnya. Sehari untuk Tuan, sehari lagi untuk saya. Begitulah seterusnya.... Bagaimana, apakah engkau setuju?" jawab si pemilik sumur dengan liciknya.

Utsman berpikir sejenak, Kalau sumur itu tetap dimiliki si Yahudi, orang-orang harus membeli airnya. Kalau sebagian sumur itu dijual kepadanya, Utsman bisa memberikannya secara gratis kepada orang-orang yang membutuhkan. Satu hari untuk Utsman, sehari berikutnya untuk si Yahudi. Demikian seterusnya.

"Baiklah... aku setuju,! jawab Utsman.

Akhirnya, sejak hari itu, Utsman membagi-bagikan jatah air sumurnya kepada semua orang. Besoknya, si Yahudi tetap berjualan air sumur itu.

"Ayo... Tuan-tuan, air sumur murah, hanya dua dirham!"

Namun, tidak ada seorang pun yang mau membelinya karena semua orang menunggu air gratis daru Utsman di hari berikutnya. Akhirnya, si pemilik sumur yang licik itu sadar.

Air sumur tidak selayaknya dia jual kepada orang-orang yang membutuhkan. Dia pun sepenuhnya menyerahkan hak pemanfaatan air sumur kepada Utsman untuk dibagi-bagikan kepada orang yang membutuhkan.

Bunda, yuk download aplikasi digital Allo Bank di sini. Dapatkan diskon 10 persen dan cashback 5 persen.

Simak juga cerita mengenai Nabi Muhammad dalam video di bawah ini:

[Gambas:Video Haibunda]



(rap/rap)
Share yuk, Bun!
BERSAMA DOKTER & AHLI
Bundapedia
Ensiklopedia A-Z istilah kesehatan terkait Bunda dan Si Kecil
Rekomendasi
Ayo sharing bersama HaiBunda Squad dan ikuti Live Chat langsung bersama pakar, Bun! Gabung sekarang di Aplikasi HaiBunda!
ARTIKEL TERBARU
  • Video
detiknetwork

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

Pantau terus tumbuh kembang Si Kecil setiap bulannya hanya di Aplikasi HaiBunda!