
parenting
15 Contoh Dongeng Singkat yang Mendidik Kaya Pesan Moral untuk Anak
HaiBunda
Sabtu, 06 Jan 2024 19:30 WIB

Daftar Isi
- 1. Cerita dongeng Cucing Pindah Rumah
- 2. Cerita dongeng pendek Dua Katak
- 3. Contoh dongeng singkat Panen Pisang
- 4. Contoh cerita dongeng singkat Rumah Kura-Kura
- 5. Dongeng anak singkat Kambing Sayang Ibu
- 6. Ulat dan Kupu-KupuÂ
- 7. Putri MaluÂ
- 8. Cerita dongeng Buaya Sakit GigiÂ
- 9. Cerita dongeng pendek Kancil dan Ikan KecilÂ
- 10. Contoh dongeng singkat Hewan NokturnalÂ
- 11. Mencari Sarang SemutÂ
- 12. Asal Muasal Danau TobaÂ
- 13. Cerita dongeng pendek Keong MasÂ
- 14. Legenda Roro JonggrangÂ
- 15. Timun Mas dan RaksasaÂ
Dongeng menjadi salah satu cara yang efektif untuk mengajak anak-anak memasuki dunia imajinasi yang penuh akan kegembiraan. Cerita-cerita yang ada tak hanya menyenangkan, namun juga bisa memberikan pembelajaran moral yang berharga, Bunda. Melalui artikel ini, Bunda bisa menemukan beragam contoh dongeng singkat yang bisa Bunda bacakan kepada Si Kecil.Â
Perlu Bunda ketahui bahwa dongeng anak singkat juga dapat mengembangkan minat baca pada anak-anak, lho. Melalui cerita-cerita yang terdapat di dalam dongeng, baik penyajian pendek ataupun panjang, anak-anak akan dapat merasakan keajaiban kata-kata dan melibatkan diri mereka dalam petualangan seru, Bunda.Â
Selain memberikan pelajaran moral, cerita dongeng pendek lucu juga dapat menjadi sarana yang mampu menghibur. Tentunya, cerita-cerita lucu di dalam dongeng tersebut mampu menarik perhatian anak-anak dengan cepat, dan menjadikannya alat pembelajaran yang efektif di dalam maupun di luar waktu sekolah.Â
Dengan memperkenalkan anak pada dunia imajinatif melalui kata-kata ini, Bunda dapat mendorong rangsangan dalam hal kreativitas dan rasa keingintahuan pada anak-anak, lho. Selain itu, membaca dongeng juga dapat berpengaruh pada keterampilan membaca sejak dini serta memperluas kosa kata pada anak.Â
Untuk itu, artikel ini akan menyajikan beberapa contoh dongeng pendek untuk anak, yang bisa dibaca dari usia dini, SD, hingga beranjak remaja dilansir dari buku Dongeng Binatang Super Seru & Mendidik, penerbit SAUFA (2015) dan berbagai sumber. Simak ceritanya yuk, Bunda.Â
1. Cerita dongeng Cucing Pindah Rumah
Seekor kucing bernama Cucing menggigit tengkuk anaknya satu-satu. la pindah tempat tinggal. Beberapa hari kemudian, Cucing memindahkan lagi anak- anaknya ke lain tempat. Burung Pipit tersenyum melihat kelakuan Cucing. "Ngapain kucing kurang kerjaan itu, setiap waktu memindahkan anak-anaknya" ejeknya dalam hati.
"Selamat pagi, binatang kurang kerjaan," sapa Burung Pipit.
Cucing menjawab, "Maksudnya siapa yang kurang kerjaan?"
"Kamu," cuit burung Pipit tersenyum mengejek.
"Kurang kerjaan bagaimana?"
"Setiap waktu selalu memindahkan anak-anakmu. Bukankah itu kurang kerjaan?"
"Kalau kamu tidak mengerti sesuatu, sebaiknya jangan bicara," jawab Cucing.
Suatu hari, Burung Pipit menangis. Anak-anaknya hilang. Sarangnya kosong. Rupanya, seekor ular yang sejak seminggu lalu mengintai Burung Pipit dan telah menemukan sarangnya.
"Hai, Pipit, kamu kenapa?" teriak Cucing yang sedang bermain dengan anak-anaknya di bawah sarang Burung Pipit.
"Anak-anakku dicuri ular," jawabnya sembari menangis. "Kamu mengerti, bukan, tujuanku memindahkan anak-anakku. Kalau tempatnya tetap, anak-anakku bisa hilang dimangsa musang. Carilah tempat tinggal yang lebih tersembunyi atau lebih tinggi," ucap Cucing. Burung Pipit akhirnya mengerti alasan Cucing sering memindahkan anak-anaknya.
Pesan moral yang dapat diambil dari kisah Cucing dan Burung Pipit adalah daripada membicarakan orang lain, alangkah lebih baik untuk memikirkan diri sendiri.Â
2. Cerita dongeng pendek Dua Katak
Musim kemarau hampir tiba. Para katak membicarakan kemungkinan migrasi atau pindah tempat tinggal dari kolam. "Sebaiknya kita pindah dari sekarang. supaya perjalanannya tidak terlalu melelahkan," ucap satu katak.
"Aku juga setuju," balas katak yang lain. "Aku malah sudah mempersiapkan diri sejak kemarin,"
Saat para katak sibuk mempersiapkan diri, ada dua katak yang tidak begitu peduli dengan kabar migrasi.
"Di sini, banyak tempat bersembunyi dari sengatan matahari," kata katak pertama. "Buat apa kita pergi jauh jika nanti harus kembali," "Capek kalau kita pergi sana-sini," tambah katak kedua. "Beberapa tahun yang lalu, kolam kekeringan, sumur tempat kita bersembunyi tidak kering,"
Kedua katak segera mengajak beberapa kawannya untuk tidak ikut bermigrasi.
"Tapi, nanti sumur itu akan kering juga," balas katak yang dibujuk. "Kalau sumurnya kering, bisa berbahaya. Kita tidak bisa naik dan akhirnya mati,"
Meskipun dibujuk oleh banyak katak, kedua katak tetap yakin dengan pendiriannya. Semua katak bermigrasi, kecuali kedua katak itu.
Setelah semua pergi, kedua katak masuk ke sumur. Selama berhari-hari, mereka memang bisa menikmati air di dalam sumur. Tapi, ketinggian air dalam sumur semakin turun. Lalu, sumur benar-benar kering.
Kedua katak bingung. Mereka tidak bisa naik ke atas sumur, padahal udara di dalam sumur mulai panas. Mereka pun menyesal karena telah menolak ikut migrasi.
Pesan moral yang bisa didapat dari kisah ini ialah sebelum mengetahui apa yang akan terjadi, janganlah bersikukuh dengan pendapat sendiri, dan berusaha menghargai pendapat orang lain.Â
3. Contoh dongeng singkat Panen Pisang
Pada suatu hari, Kura-kura dan Monyet ingin menanam pisang. Mereka tidak ingin kekurangan makanan jika musim kemarau tiba.
"Kapan kita menanamnya?" tanya Kura-kura.
"Besok saja. Kita bertemu di kebun. Benihnya kita cari sendiri-sendiri,"
Esoknya, Kura-kura sudah menyiapkan makanan, cangkul, serta anak pohon pisang. Monyet membawa jantung pisang untuk ditanam.
"Kenapa jantungnya?" tanya Kura-kura. "Menanam pisang itu harus anaknya. Kalau anaknya yang ditanam, pasti lama. Kalau jantungnya, pasti cepat keluar buahnya,"
Walaupun sudah diberi tahu, tapi Monyet tetap yakin dengan pendapatnya. Beberapa bulan kemudian, hati Kura-kura senang saat melihat pohon pisangnya sudah besar. Jantung pisang punya Monyet sama sekali tidak tumbuh.Â
"Dua hari lagi pisangnya sudah matang. Kalau mau membantu, nanti aku beri sebagian," kata Kura-kura.
Monyet yang iri segera berniat jahat. Pikiran liciknya muncul saat melihat pohon pisang Kura-kura. "Boleh, aku akan membantu,"
Dua hari kemudian, mereka pergi memanen pisang. Monyet langsung menghampiri pohon pisang dan memetiknya dalam waktu singkat. Pisang yang dipetik terakhir dilemparkan ke bawah. Monyet bermaksud mengalihkan perhatian Kura-kura. Saat Kura-kura memunguti pisang, Monyet kabur membawa karung yang pisang.
"Dasar serakah! Kalau tidak diakali, tentu aku tidak kebagian buah pisangnya," kata Kura-kura sambil berjalan memunguti buah pisang yang terjatuh. Rupanya, karung yang diberikan ke Monyet sudah dilubangi. Pisang pun banyak yang berjatuhan.Â
Monyet menyadari sesuatu yang ganjil. Karung yang dibawanya ringan. Ternyata, karungnya berlubang. Monyet lemas dan tidak bisa menikmati pisang.
Pesan moral dalam dongeng ini adalah orang yang serakah tidak akan pernah merasa cukup meskipun memiliki harta yang sudah cukup banyak untuk dirinya sendiri.Â
4. Contoh cerita dongeng singkat Rumah Kura-Kura
Kura-kura bersedih karena rumahnya di pinggir sungai, sering hancur bila musim hujan. Saat itu Kura-kura belum mempunyai rumah yang menempel di punggungnya.
"Jangan menangis, Kura-kura. Lebih baik kamu membuat rumah di tempat yang lebih tinggi, biar tidak kena banjir," kata Monyet yang kebetulan lewat.
Kura-kura mulai membangun rumah di yang lebih tinggi, dibantu Monyet. Tapi, tiap ada hujan disertai angin, rumah Kura-kura tetap hancur.
"Kemarin kita salah karena membuat rumah tanpa dihubungkan ke dalam tanah," kata Monyet. Kura-kura berhenti menangis. Bersama Monyet, ia mulai membangun rumah lagi. Setiap sisi rumahnya ditopang dengan kayu panjang yang menancap di dalam tanah.
Suatu hari, rumah Kura-kura terbakar. la kembali bersedih. "Jangan menangis, Kura-kura. Biar rumahmu aman, sepertinya kamu harus membuat rumah yang bisa dibawa-bawa," kata Monyet. "Dibawa?" Kura-kura tidak mengerti. "Aku harus menggendong rumah yang besar?"
"Rumahnya tidak besar, tapi pas dengan tubuhmu,"
Kura-kura tersenyum. la menyukai ide Monyet. Esoknya, Kura-kura membuat rumah lagi. Kali ini, ukurannya dibuat kecil. Monyet membantu membuatnya. Ketika sudah jadi, benda itu diletakkan di punggung Kura-kura. Awalnya, memang terasa tidak nyaman. Tapi lama-lama, Kura-kura merasa nyaman. Rumah barunya juga tempat aman untuk berlindung. Ketika dalam bahaya, ia tinggal bersembunyi di rumah batoknya.
Pesan moral yang terkandung adalah bersikap pantang menyerah dan terus berusaha keras akan sesuatu hal akan membuahkan hasil yang sesuai dan mampu meraih keberhasilan yang diinginkan.Â
5. Dongeng anak singkat Kambing Sayang Ibu
"Kenapa kamu menangis, Kambing?" tanya Kancil saat melihat Kambing menangis tersedu-sedu.
"Aku sendirian. Ibu pergi dari pagi dan belum kembali sampai sekarang," jawab Kambing sembari mengusap air mata.
"Apa ibumu tidak bilang pergi ke mana?"
"Tidak, dia pergi saat aku tidur," ucap Kambing.
"Pasti kamu bangun kesiangan? Apa saja yang kamu lakukan tiap harinya?" tanya Kancil lagi.
"Aku selalu bermain sampai larut malam dan bangun ketika matahari sudah cerah sekali. Aku pemalas. Kerjaku bermain. saja. Apa ibuku marah, ya?" kata Kambing dengan penuh rasa menyesal.
"Ibumu tidak mungkin marah. Kamu, kan, anaknya. Kamu tidak punya saudara?"
"Aku dan ibu tinggal berdua saja, Kancil. Aku takut ibuku meninggalkanku," Tangis kambing semakin keras.
"Ibumu masih sayang. Yuk, lebih baik kita bermain," hibur Kancil sambil menarik tangan Kambing.
Keduanya bermain petak umpet. Si Kancil kalah dan harus mencari tempat persembunyian Kambing. Tidak terlalu sulit bagi Kancil mencari si Kambing. Hanya dalam waktu beberapa menit, Kancil bisa menemukan Kambing.
"Kalau sembunyi itu di tempat yang sulit dicari. Masa sembunyi sambil makan begitu?" ucap Kancil.
Kambing hanya tertawa dengan mulut penuh rumput. Kali ini, giliran dia yang jaga dan harus mencari. Rupanya Kancil sangat lihai bersembunyi. Hampir setengah jam, Kambing tidak berhasil menemukan Kancil. Dia hampir menyerah. Namun, dia melihat ada yang bersembunyi di balik pohon tinggi.
"Wah, itu pasti si Kancil!" ucapnya penuh semangat. Kambing berlari dan segera menangkap si Kancil. Namun, yang dia temukan bukan si Kancil. "Ibuuu!" Kambing memeluk ibunya.
"Lho?" Ibunya heran.
"Aku kira Ibu pergi jauh. takut Ibu meninggalkanku," ucap Kambing.
"Ibu pergi ke danau yang jauh sekali untuk mencari air. Tapi, di tengah jalan, Ibu bertemu seekor anak kambing yang kehausan. Jadi, Ibu kembali lagi mengambil air," ucap ibu Kambing.
Kambing semakin memeluk ibunya. Dia tahu ibunya tidak pernah meninggalkannya dan akan selalu menyayanginya. Kambing berjanji akan menjadi anak yang rajin. Kancil menatap keduanya dari kejauhan dengan tersenyum.
Pesan yang terkandung dalam dongeng ini ialah jadilah anak yang bersikap rajin dan jauhilah sifat pemalas, karena sebenarnya hal itu hanya akan merugikan diri sendiri.Â
6. Ulat dan Kupu-KupuÂ
Seekor ulat duduk termenung menatap burung-burung yang beterbangan "Alangkah indah ada aku punya sayap. Tapi, badanku saja jelek begini," ucap Ulat, pelan.
"Hai, Ulat, apa yang kamu pikirkan?" tanya Kancil yang baru pulang dari mencari makan.
"Lihatlah burung-burung itu, Kancil. Mereka indah sekali. Mereka bisa terbang ke mana pun mereka suka."
"Benar sekali, mereka sangat indah. Tapi, kenapa kamu tampak
"Sedih?" tanya Kancil. "Tubuhku sangat jelek. Aku juga tidak bisa terbang seperti mereka," sahut Ulat.
"Kata siapa kamu jelek? Kamu sangat cantik, bahkan aku saja kalah cantik," ucap Kancil.
"Tentu saja kamu kalah cantik, Kancil. Kamu, kan, kancil jantan. Huh!" Kancil tertawa melihat wajah Ulat yang bersungut-sungut. "Begini saja. Aku ajak kamu ke temanku yang tinggal di tepi sungai."
"Boleh," sahut Ulat.
Kancil berjalan ke arah tepi sungai. Ulat duduk di punggung Kancil. Mereka akhirnya tiba di tepi sungai.
"Wah, mereka cantik sekali! Siapa mereka?" tanya Ulat, yang takjub menatap segerombolan binatang kecil dengan sayap warna-warni.
"Itu adalah kupu-kupu. Kamu nanti bisa seperti itu," kata Kancil.
"Jangan bercanda, Kancil," ucap Ulat. Kancil tidak jawab Ulat, lalu memanggil seekor kupu-kupu dan mengenalkannya dengan Ulat.
"Hai, Ulat. Aku Kupu-kupu. Sini, aku tunjukkan sesuatu," ajak Kupu- kupu. Â
Mereka bertiga menuju suatu pohon yang daunnya lebat dan hijau. Banyak ulat yang sedang makan daun-daun itu. Warna kulit ulat-ulat itu tidak jauh beda dengan si Ulat.
"Beberapa hari lagi, ulat-ulat itu akan menjadi kepompong. Lihatlah di sana, sudah ada ulat yang jadi kepompong. Tidak lama lagi, kepompong itu akan menjadi kupu-kupu seperti aku," jelas Kupu-kupu.
"Wah! Berarti aku bisa menjadi seperti kamu? Bisa terbang ke mana pun aku suka?" tanya Ulat, takjub. "Benar sekali! Sebab itulah, kamu. harus banyak makan agar bisa menjadi kupu-kupu yang cantik," jawab Kupu- kupu.
"Asyiiik! Aku akan jadi kupu-kupu, Kancill," teriak Ulat. Kancil tersenyum senang melihat temannya tidak lagi bersedih.
Pesan moral yang dapat dipelajari ialah jangan pernah mengeluh, sebab setiap makhluk hidup mempunyai keistimewaannya masing-masing yang dapat disyukuri.Â
7. Putri MaluÂ
Kancil sedang asyik bermain daun. Setiap Kancil menyentuh daun, daun itu akan mengatup sendiri.
"Seru sekali," ucap Kancil.
"Kenapa kau suka bermain-main denganku?" tanya daun tersebut. Kancil kaget, ternyata daun yang dimainkannya bisa berbicara.
"Hal, perkenalkan, namaku Kancil. Kamu?" ucap Kancil.
"Orang-orang sering menyebutku Putri Malu. Panggil saja begitu," sahut Putri Malu.
"Baiklah, mulai sekarang, aku memanggilmu Putri Malu,"
"Kamu belum menjawab pertanyaanku, Kancil," kata Putri Malu. "Oh, iya, aku lupa. Aku senang melihatmu mengatupkan daun. Sangat unik. Aku tidak pernah melihat daun sepertimu," jawab Kancil.
"Kancil, sebenarnya aku takut setiap ada yang menyentuh daunku. Aku takut kamu akan memakanku," kata Putri Malu.
"Maafkan aku, Putri Malu. Aku sama sekali tidak berniat memakanmu," kata Kancil penuh rasa takut.Â
"Aku mengatupkan daunku untuk melindungi diri dari mangsa. Tidak apa-apa, Kancil,"
"Kenapa kamu mengatupkan daunmu? Bukankah hewan lain juga bisa memakanmu meski daunmu terkatup?" tanya Kancil penasaran.
"Daunku terkatup supaya tampak layu. Jadi, hewan yang ingin memakanku mengira daun itu layu dan rasanya tidak enak," jelas Putri Malu.
Kancil mengangguk. Kini dia paham mengapa Putri Malu sering mengatupkan daunnya ketika disentuh.
Pesan moral yang dapat diambil adalah setiap makhluk ciptaan Tuhan mempunyai keunggulan dan keunikannya masing-masing, yang tentunya dapat menjadi suatu kelebihan tersendiri.Â
8. Cerita dongeng Buaya Sakit GigiÂ
Di tepi suatu sungai, seekor buaya merintih kesakitan. Kancil yang sedang bermain dengan Kelinci ingin menghampirinya. Tapi, Kelinci menolak karena takut Buaya akan menerkamnya.
"Buaya itu jahat. la suka memangsa hewan lain, Kancil," ucap Kelinci.
"Tapi, la merintih kesakitan," Kancil bersikeras ingin menolong si Buaya.
Kelinci akhirnya mengikuti kehendak Kancil. Ia berdiri agak jauh dari Kancil.
"Hai, Buaya. Kenapa kamu menangis dari tadi? Kamu sakit?" tanya Kelinci.
"lya, Kancil, aku sedang sakit gigi. Aku rasa ada sesuatu di mulutku, sehingga tidak bisa mengunyah makanan," ucap Buaya pelan.
"Kasihan sekali kamu, Buaya. Sejak kapan kamu sakit gigi?" tanya Kancil.
"Dari tadi malam. Perutku berbunyi terus karena kelaparan," jawab Buaya.
"Apa yang bisa aku lakukan untuk membantumu, Buaya?" tanya Kancil. Kelinci mendekati Kancil. la kembali mengingatkan Kancil agar berhati-hati dengan Buaya. "Siapa tahu dia sedang menjebak kita, Kancil!" bisik Kelinci.
"Tenang saja, Kelinci," ucap Kancil.
"Apa yang kalian bicarakan?" tanya Buaya. la heran melihat Kancil dan Kelinci sedang berbisik-bisik. "Ah, tidak apa-apa, Buaya. Kelinci bilang mau pamit pulang. Ibunya sudah menunggu di rumah," jelas Kancil.
"Oh, baiklah. Bisakah kamu memeriksa gigiku, Kancil? Mungkin ada benda yang tertusuk di gigiku," pinta Buaya.
Kancil melihat mata Buaya tidak lagi menyiratkan rasa sakit. Sepertinya benar perkataan Kelinci. Buaya sedang berpura-pura agar mudah menerkamnya. Kancil pun secepat kilat memikirkan cara jitu untuk menjebak Buaya.
"Buaya. Aku akan menolongmu. Tapi, aku ingin mencari obatnya dulu di dekat pohon sana,"
Kancil mengambil dahan kayu yang kuat dan pendek. "Buka mulutmu, Buaya," kata Kancil.
Buaya segera membuka mulut. Secepat kilat, Kancil menaruh dahan kecil itu di mulut Buaya sehingga Buaya sulit mengatupkan mulut.
"Selamat bersenang-senang dengan mulut yang terus menganga, Buaya," ucap Kancil sambil berlari menjauh. Buaya kesal sekali karena gagal memangsa Kancil.Â
Pesan yang terkandung di dalam dongeng ini adalah siapapun yang bersikap culas dan suka berbohong, maka akan mendapatkan akibatnya sendiri.Â
9. Cerita dongeng pendek Kancil dan Ikan KecilÂ
"Tolong, tolong...!". Terdengar suara teriakan. Kancil mencari sumber suara itu. Ternyata, suara itu berasal dari sebuah ember.
Seekor ikan kecil berwarna kuning memanggil Kancil. "Kancil, tolong aku. Aku ditangkap seorang anak laki-laki," ucap si Ikan.
Kancil menoleh ke arah anak lelaki yang berdiri di bawah mangga. Tak jauh dari mereka, ada sungai yang mengalir tenang.
"Kenapa dia menculik kamu, Ikan?" tanya Kancil.
"Aku tidak tahu. Tiba-tiba saja dia menangkapku dan memasukkanku ke ember ini," Ikan menjawab.Â
"Aku takut dimasukkan ke akuarium. Aku tidak mau terkurung di tempat itu," lanjut Ikan.
Kancil kembali menoleh ke anak lelaki itu, lalu berkata, "Aku akan menolongmu. Namun, aku perlu memastikan dulu, apakah benar anak itu menangkapmu dan mempunyai tujuan yang tidak baik,"
"Terima kasih, Kancil. Aku harap kamu menolongku," pinta Ikan. Kancil segera mendekati si anak lelaki. Dia melihat anak itu juga menangkap ikan-ikan kecil lainnya. Ikan-ikan itu dimasukkan ke ember.
"Ke mana kalian, ikan-ikan kecil? Aku sangat lapar," kata seekor ikan besar dari dalam sungai.
"Oooh, ternyata anak itu menyelamatkan ikan-ikan kecil dari si ikan besar. Ikan kecil salah sangka," ucap Kancil.
Tak lama, ikan besar menghilang. Si anak lelaki itu mengembalikan ikan-ikan kecil ke sungai.
"Sebentar lagi kamu bebas, Ikan. Ternyata anak itu cuma ingin menyelamatkan kamu dan teman-temanmu dari ikan besar yang kelaparan. Anak Itu sedang mengembalikan ikan ke sungai," bisik Kancil.
Ikan tersenyum senang. Ketakutannya tidak terbukti. Karena pertolongan si anak lelaki tersebut, Ikan bisa hidup bebas dan berenang di sungai lagi.Â
Pesan moral yang dapat dipelajari adalah untuk terus menjalani kehidupan dengan berprasangka baik kepada siapapun dan dalam kondisi apapun.Â
10. Contoh dongeng singkat Hewan NokturnalÂ
Malam hari, suasana sepi dan hanya terdengar suara hewan yang hidup di malam hari. Tidak seperti biasanya, Kancil tidak bisa tidur. la pun berjalan-jalan di sekitar tepi hutan. Di tengah jalan, ia bertemu seekor burung gagak. Burung itu bertengger di dahan pohon yang rendah. "Hai, Gagak, kenapa kamu belum tidur?" tanya Kancil.
"Aku belum mengantuk. Kamu sendiri kenapa belum tidur?" tanya Gagak.
"Aku juga belum mengantuk, Gagak,"
"Wah, kita sama-sama belum mengantuk. Bagaimana kalau kita jalan-jalan ke tengah hutan? Siapa tahu bertemu Kelelawar dan hewan malam ajak Gagak,"
Kancil menuruti kemauan Gagak. Mereka berdua pun berjalan jalanan. Lalu, mereka bertemu Kelelawar yang asyik mengunyah buah apel.
"Kalian mau ke mana? Kenapa jalan-jalan saat hewan lain tidur?" tanya Kelelawar. "Kami belum mengantuk dan ingin melihat suasana malam hari di hutan, Kelelawar," sahut Gagak.
"Wah! Di sini saja bersamaku. Nanti akan muncul hewan malam lainnya. Ada Burung Hantu, Tarsius, Musang, dan kelelawar lain," kata Kelelawar.
Tak lama, muncullah hewan-hewan nokturnal atau hewan yang hidup di malam hari. Kancil dan Gagak jadi tahu hewan apa saja yang berkativitas di malam hari.
Mereka bernyanyi dan bermain bersama. Namun, Kancil dan Gagak akhirnya tidak bisa menahan kantuk. Mereka berdua tidak bisa mengikuti aktivitas hewan nokturnal. Kancil dan Gagak pun pamit ke hewan-hewan lainnya untuk tidur dan beristirahat.Â
Pesan yang terkandung di dalam dongeng ini ialah janganlah mengubah kebiasaan baikmu hanya karena kamu ingin mencoba hal baru. Setiap makhluk hidup memiliki kekuatannya masing-masing.Â
11. Mencari Sarang SemutÂ
"Kemana telur-telurku, ya?" ucap Semut. Dari pagi tadi, ia berjalan ke sana-kemari mencari telur-telurnya. Telur dan sarangnya sudah tidak ada lagi.
"Ada apa, Semut? Apa yang kamu cari?" tanya Kancil. Semut kaget mendengar suara Kancil di belakangnya.
"Telur-telurku dan sarangnya hilang, Kancil. Aku tidak tahu siapa yang mengambilnya. Mungkinkah manusia yang sudah mengambilnya?" ucap Semut. Kancil terdiam dan berpikir.
"Ah, tidak mungkin manusia yang mengambilnya. Lagipula, tidak ada manusia yang masuk ke hutan ini," batin Kancil.
"Dari tadi aku berjalan-jalan mencari makan. Aku tidak melihat manusia seorang pun, Semut," kata Kancil.
"Lalu, siapa yang mengambil sarang dan telur-telurku?" tanya Semut dengan wajah sedih.
"Tunggulah di sini. Aku akan membantumu mencari telur-telur itu," jawab Kancil sambil berjalan ke deretan pohon besar di tepi hutan.
Semut mengangguk pasrah. la tidak bisa menebak siapa yang mengambil sarang dan telur-telurnya.
Kancil berjalan sambil bernyanyi.
"Hai, di mana sarang Semut? Semut sedih mencari sarang itu. Dia kehilangan telur-telurnya," Begitulah lirik lagu yang disenandungkan Kancil.
"Hai, Kancil! Kamu mau ke mana?" tanya Beruang. "Aku lagi mencari sarang Semut yang hilang," ucap Kancil.
Dia melihat Beruang memegang sarang semut. "Apa yang kamu pegang itu, Beruang?" tanya Kancil. "Aku kira ini sarang lebah, Kancil. Ternyata sarang semut, jadi tidak ada madunya. Aku ingin mengembalikan sarang ini ke Semut, tapi aku takut," Jawab Beruang.
"Wah, kalau begitu, ayo kita kembalikan ke Semut. Dia pasti senang melihat sarangnya kembali," ucap Kancil.
"Tenang saja, Beruang, Semut itu baik sekali. Dia tidak akan marah," lanjut Kancil, menenangkan Beruang.
Mereka berdua akhirnya menemui Semut. Benar kata Kancil, Semut hewan yang sangat baik. Dia memaafkan Beruang.
"Terima kasih, Semut, sudah memaafkan aku," kata Beruang.
Pesan moral yang dapat diambil adalah tidak mengambil apapun yang bukan menjadi hak milik dan mampu memaafkan dengan hati yang lapang akan membuat perasaan jauh lebih senang.Â
12. Asal Muasal Danau TobaÂ
Di sebuah desa hiduplah seorang petani yang rajin. Suatu pagi yang cerah si Petani itu pergi memancing ikan di sungai. Setengah hari berlalu si Petani belum juga mendapatkan ikan satu ekor pun. Si Petani sudah mulai putus asa, tapi selang beberapa saat setelah kailnya dilemparkan sekali lagi, kailnya terlihat bergoyang-goyang.
la segera menarik kailnya. Petani itu bersorak dia mendapatkan seekor ikan yang cukup besar. "Tunggu, jangan kau memakanku!" teriak si Ikan. Petani langsung terkejut mendengar ikan itu dapat berbicara.
Tidak berapa lama, ikan itu berubah wujud menjadi seorang gadis yang cantik jelita. "Terima kasih wahai Petani, aku sangat berutang budi padamu karena telah menyelamatkanku dari kutukan Dewata," kata gadis itu. "Namaku Putri, sebagai balas budi jadikanlah aku istrimu," kata gadis itu seolah mendesak. Petani itu pun mengangguk.
Akhirnya mereka berdua pun menikah. Namun, ada satu janji yang telah disepakati oleh keduanya bahwa mereka harus merahasiakan dan tidak boleh menceritakan asal usul Putri yang dulunya berwujud seekor ikan. Jika janji itu dilanggar maka akan terjadi bencana dahsyat.
Mereka pun tenteram dan bahagia. Setahun kemudian, istri si Petani melahirkan seorang bayi laki-laki dan diberi nama Putra. Putra tumbuh menjadi seorang anak yang sehat dan kuat.
Setiap pagi, Putra ditugaskan ibunya untuk mengantarkan makan siang kepada ayahnya yang bekerja di sawah. Pada suatu hari ketika putra mengantarkan makanan, di tengah perjalanan Putra merasa lapar. Kemudian tanpa ragu ia memakan bekal makanan tersebut hingga habis. Si Petani mulai tidak sabar menunggu lama ke- datangan anaknya. Karena tidak kuat menahan haus dan lapar, ia langsung pulang ke rumah dengan perasaan dongkol.
Sesampainya di rumah dilihatnya Putra sedang bermain bola dan tempat makannya sudah kosong. Petani menjadi marah sambil menjewer kuping anaknya. "Anak tidak tahu diuntung! Tak tahu diri! Dasar anak ikan!" umpat si Petani tanpa menyadari dia telah mengucapkan kata pantangan itu.
Setelah Petani mengucapkan kata-katanya, seketika itu juga anak dan istrinya hilang lenyap tanpa jejak. Dari bekas injakan kakinya tiba-tiba menyemburlah air yang sangat deras. Air itu terus menyembur tanpa henti hingga mulai memenuhi isi rumah.
Desa Petani dan desa sekitarnya pun terendam semua. Air meluap sangat tinggi dan luas membentuk sebuah danau. Kini danau itu dikenal dengan nama Danau Toba. Sedangkan pulau kecil di tengahnya dikenal dengan nama Pulau Samosir.
Pesan moral yang terkandung di dalam dongeng ini adalah setiap sumpah atau janji wajib untuk ditepati agar kita menjadi seseorang yang menjaga amanah dan dapat dipercaya oleh orang lain.Â
13. Cerita dongeng pendek Keong MasÂ
Dahulu kala ada seorang raja bernama Kertamarta. la mempunyai 2 orang putri bernama Galuh Ajeng dan Candra Kirana. Keduanya adalah putri yang berparas sangat cantik.
Suatu hari putri Candra Kirana ditunangkan dengan seorang putra mahkota kekahuripan bernama Raden Inu Kertapati yang baik dan bijaksana.
Tapi saudara kandung Candra Kirana, yaitu Galuh Ajeng sangat iri dengan pertunangan Candra Kirana. Galuh Ajeng ternyata juga menyukai Raden Inu Kertapati. Niat jahat pun terlintas di pikiran Galuh Ajeng.
Dia lalu menemui nenek sihir untuk mengutuk Candra Kirana. Ia juga memfitnah Candra Kirana sehingga ia diusir dari Istana.
Dengan sedih Candra Kirana yang telah diusir berjalan tak tentu arah. Saat itulah tiba-tiba nenek sihir muncul dan menyihirnya menjadi seekor keong mas dan membuangnya ke laut.
Sihir itu dapat dimusnahkan bila Keong Mas berjumpa dengan tunangannya. Akhirnya Keong Mas terdampar di pantai dan ditemukan oleh seorang nenek yang sedang mencari ikan. Keong Mas dibawanya pulang dan ditaruh di tempayan.
Besoknya si nenek mencari ikan lagi, tetapi tak seekor ikan pun didapatkannya. Dengan perasaan kecewa nenek pun pulang ke gubuknya, alangkah terkejutnya dia ternyata di meja makan sudah tersedia masakan yang enak-enak. Begitu pula hari-hari berikutnya.Â
Suatu hari nenek mencari tahu apa yang terjadi, ternyata yang memasak semua masakan itu sewaktu ia pergi adalah Keong Mas yang berubah menjadi gadis cantik. Nenek lalu menceritakan semua yang dialaminya. Setelah itu ia berubah kembali menjadi Keong Mas. Sementara itu Raden Inu Kertapati berusaha mencari Candra Kirana dengan cara menyamar menjadi rakyat biasa.Â
Si nenek sihir yang mengetahuinya, lalu mengubah diri menjadi burung gagak untuk mencelakakan Raden Inu Kertapati. Raden Inu Kertapati kaget sekali melihat burung gagak yang bisa berbicara dan mengetahui tujuannya.
Ia menganggap burung gagak itu sakti dan menuruti petunjuknya, padahal Raden Inu Kertapati ditunjukkan arah yang salah.
Raden Inu Kertapati bertemu dengan seorang kakek sakti yang baik. la menolong Raden Inu Kertapati dari tipuan burung gagak. Kakek itu memukul burung gagak dengan tongkat saktinya.
Burung gagak pun mati dan musnah menjadi asap. Raden Inu Kertapati diberi petunjuk oleh sang kakek tempat di mana Candra Kirana berada. la pun segera menuju ke tempat tersebut dan di sana ia melihat Candra Kirana sedang memasak di sebuah gubuk kecil.Â
Setelah bertemu Raden Inu Kertapati kutukan si nenek sihir pun akhirnya hilang. Raden Inu Kertapati segera memboyong Candra Kirana ke istana. Candra Kirana menceritakan perbuatan Galuh Ajeng pada Raja Kertamarta. Sang Raja meminta maaf kepada Candra Kirana dan sebaliknya Galuh Ajeng mendapat hukuman yang setimpal.
Akhirnya pernikahan Candra Kirana dan Raden Inu Kertapati pun dilangsungkan. Mereka berdua pun hidup bahagia selamanya.
Pesan moral yang dapat diambil adalah kita tidak boleh merasa iri, dengki, terlebih hingga memfitnah orang lain. Hal ini karena kita akan mendapatkan balasan dari perbuatan tersebut.Â
14. Legenda Roro JonggrangÂ
Pada zaman dahulu kala terdapat sebuah kerajaan besar yang bernama Prambanan. Rakyatnya hidup tenteram dan damai. Suatu ketika kerajaan Prambanan diserang oleh kerajaan Pengging yang dipimpin oleh Bandung Bondowoso. Para tentara Prambanan tidak mampu menghadapi serangan pasukan Pengging. Akhirnya kerajaan Prambanan pun dikuasai oleh kerajaan Pengging.
Bandung Bondowoso adalah seorang yang sakti dan mempunyai bala tentara jin yang kuat. Setelah berkuasa, Bandung Bondowoso jatuh cinta kepada Roro Jonggrang putri Raja Prambanan yang cantik jelita.Â
"Wahai putri yang cantik Roro Jonggrang, maukah kau menjadi permaisuriku?" tanya Bandung Bondowoso kepada putri Roro Jonggrang.Â
Roro Jonggrang menjadi bingung. Jika ia menolak lamaran maka Bandung Bondowoso akan marah. Tapi Roro Jonggrang juga tidak mencintai Bandung Bondowoso. Akhirnya Roro Jonggrang mendapatkan ide.Â
"Aku bersedia menjadi istrimu tetapi aku punya satu syarat yang harus kau penuhi. Aku minta buatkanlah seribu bangunan candi dan semuanya harus selesai dalam waktu semalam."
Bandung Bondowoso pun menyanggupinya. Kemudian ia membentangkan kedua tangannya. "Para pasukan jin, bantulah aku!" teriaknya dengan suara menggelegar. langit menjadi gelap dan angin menderu-deru. Sesaat kemudian pasukan jin sudah mengerumuni Bandung Bondowoso.Â
"Apa yang harus kami lakukan, Tuan?" tanya pemimpin pasukan jin.Â
"Bantu aku membangun seribu candi dan harus selesai sebelum terbit!" kata Bandung Bondowoso.Â
Para jin segera bekerja melaksanakan tugas masing-masing. Dalam waktu singkat bangunan candi sudah tersusun dan jumlahnya hampir mencapai seribu.
Diam-diam Roro Jonggrang mengamati dari kejauhan. la merasa cemas mengetahui Bandung Bondowoso yang dibantu oleh pasukan jin hampir menyelesaikan tugasnya. "Wah, bagaimana ini?" ujar Roro Jonggrang dalam hati. la pun segera mencari akal untuk menggagalkan usaha Bandung Bondowoso.Â
Roro Jonggrang segera mengumpulkan para dayang kerajaan dan menugaskan mereka mengumpulkan jerami. "Cepat bakar semua jerami itu!" perintah Roro Jonggrang. Sebagian dayang lainnya disuruhnya untuk menumbuk lesung. Dung... dung...dung! Semburat warna merah memancar ke langit dengan diiringi suara hiruk pikuk sehingga mirip seperti fajar yang menyingsing.
Pasukan jin mengira fajar sudah menyingsing. "Wah, matahari akan terbit!" seru para jin, harus segera pergi sebelum tubuh kita dihanguskan matahari," sambung jin yang lain. Para jin tersebut berhamburan pergi meninggalkan tempat itu. Bandung Bondowoso heran melihat kepanikan pasukan jin.Â
Paginya, Bandung Bondowoso mengajak Roro Jonggrang ke tempat candi. "Candi yang kau minta sudah berdiri!" Roro Jonggrang segera menghitung jumlah candi itu. Ternyata jumlahnya hanya 999!Â
"Jumlahnya kurang satu!" seru Roro Jonggrang. "Berarti kau telah gagal memenuhi syarat yang kuajukan."Â
Bandung Bondowoso terkejut mengetahui kekurangan itu. Ia menjadi sangat murka. "Tidak mungkin...," kata Bondowoso sambil menatap tajam pada Roro Jonggrang. "Kalau begitu kau saja yang melengkapinya!" katanya sambil mengarahkan jarinya pada Roro Jonggrang.
Ajaib! Roro Jonggrang langsung berubah menjadi patung batu. Sampai saat ini candi-candi tersebut masih ada dan terletak di wilayah Prambanan, Jawa Tengah dan Candi Roro Jonggrang.
Pesan yang terkandung dalam cerita ini ialah kita tidak boleh berbuat licik atau curang. Hal ini karena kecurangan akan mengakibatkan sesuatu hal yang tidak diinginkan sebagai balasannya.Â
15. Timun Mas dan RaksasaÂ
Di suatu desa hiduplah seorang janda bernama Mbok Srini. Suatu ketika Mbok Srini ke hutan untuk mencari kayu, tiba-tiba muncul Raksasa yang sangat besar. "Aku hanya mau mengumpulkan kayu bakar, tolong jangan sakiti aku," kata Mbok Srini ke- takutan. "Hahahaha.... aku tidak akan menyakitimu asal engkau memberiku seorang anak manusia untuk aku santap," kata si Raksasa.
Mbok Srini menceritakan pada si Raksasa bahwa dia tidak mempunyai anak. Raksasa itu pun berkata, "Wahai wanita tua, aku berikan biji mentimun ajaib ini kepadamu dan tanamlah biji itu di halaman rumahmu, setelah dua minggu kamu akan mendapatkan seorang anak. Rawatlah anak itu hingga tumbuh dewasa. Tetapi ingat, serahkan anak itu padaku setelah usianya tujuh belas tahun."Â
Sampai di rumah, Mbok Srini segera menanam biji mentimun ajaib pemberian si Raksasa. Setelah dua minggu, tanaman mentimun itu pun berbuah sangat lebat. Terlihat salah satu mentimun berukuran cukup besar dan berwarna keemasan. Mbok Srini pun segera memetik lalu membelahnya. Ternyata ada seorang bayi cantik di dalam buah mentimun itu. Bayi itu kemudian diberi nama Timun Mas.
Hari demi hari pun berlalu, Timun Mas sudah tumbuh dewasa dan Mbok Srini sangat gembira karena mempunyai anak perempuan yang cantik. Semua pekerjaannya bisa cepat selesai karena bantuan timun mas.Â
Suatu hari datanglah si Raksasa untuk menagih janji. Mbok Srini sangat ketakutan dan dia tidak mau kehilangan Timun Mas. Mbok Srini pun berkata, "Wahai Raksasa, datanglah ke sini dua tahun lagi. Semakin dewasa anak ini semakin enak untuk kau santap." Si Raksasa pun setuju dan meninggalkan rumah Mbok Srini.
Di suatu malam Mbok Srini bermimpi. Dalam mimpinya ia diberi petunjuk agar Timun Mas menemui seorang Petapa di sebuah gunung. Pagi harinya Mbok Srini menyuruh Timun Mas untuk segera menemui Petapa itu. Setelah bertemu dengan si Petapa, Timun Mas pun menceritakan maksud kedatangannya.Â
Si Petapa kemudian memberinya empat buah bungkusan kecil yang isinya biji mentimun, jarum, garam, dan terasi.Â
"Lemparkan satu per satu isi bungkusan ini kalau kamu dikejar oleh Raksasa itu," kata si Petapa. Kemudian Timun Mas pulang ke rumah dan menyimpan bungkusan itu untuk berjaga-jaga. Dua tahun berlalu, Raksasa datang lagi untuk menagih janji.Â
"Wahai wanita tua, mana anak itu? Aku sudah tidak tahan untuk menyantapnya," teriak si Raksasa. Kemudian Mbok Srini menjawab, "Aku tidak akan menyerahkannya padamu karena aku sangat sayang padanya." Kemudian Timun Mas keluar dari tempat persembunyiannya. "Aku di sini Raksasa, kejar dan tangkap aku jika kau bisa!" teriak Timun Mas.
Raksasa pun langsung mengejar Timun Mas. Karena hampir tertangkap, Timun Mas segera melemparkan isi kantong pertama yang berisi biji mentimun. Sungguh ajaib, biji mentimun itu berubah menjadi ladang mentimun yang lebat buahnya. Si Raksasa pun menjadi terhambat karena batang timun tersebut terus melilit tubuhnya.Â
Tetapi si Raksasa berhasil membebaskan diri dari jeratan dan mulai mengejar Timun Mas lagi. Kemudian Timun Mas menaburkan isi kantong kedua yang berisi jarum. Dalam sekejap tumbuhlah pohon-pohon bambu yang sangat tinggi dan tajam.
Dengan kaki yang berdarah-darah karena tertancap pohon bambu si Raksasa terus mengejar Timun Mas. Akhirnya Timun Mas mengambil bungkusan ketiga yang berisi garam dan menaburkannya.Â
Seketika itu terciptalah sebuah lautan luas. Ternyata si Raksasa begitu kuat, lautan itu dengan mudah dilaluinya. Semakin terdesak akhirnya Timun Mas mengambil bungkusan ajaib terakhir yang berisi terasi dan langsung menaburkannya. Seketika itu muncullah danau lumpur yang mendidih dan si Raksasa pun tercebur di dalamnya hingga akhirnya mati.
Setelah kematian si Raksasa, Timun Mas segera kembali ke rumah menemui ibunya. Akhirnya Timun Mas dan Mbok Srini bisa hidup bahagia dan damai selamanya.Â
Pesan moral yang terkandung di dalam dongeng ini adalah setiap orang yang berniat jahat kepada orang lain, pasti akan celaka. Selain itu, dengan usaha, kerja keras, dan doa, rintangan dan cobaan apapun pastinya dapat diselesaikan.
Bunda, itulah beberapa contoh dongeng singkat yang dapat Bunda baca bersama Si Kecil. Bagaimana Bunda? Menarik, bukan?Â
Bagi Bunda yang mau sharing soal parenting dan bisa dapat banyak giveaway, yuk join komunitas HaiBunda Squad. Daftar klik di SINI. Gratis!
ARTIKEL TERKAIT

Parenting
17 Dongeng Pendek untuk Anak SD sebagai Pengantar Tidur, Penuh Moral dan Kesan

Parenting
Bacakan Dongeng Bikin Anak jadi Pemalas, Benarkah Bunda?

Parenting
Manfaat Bacakan Dongeng Islami tentang Nabi, Bisa Jadi Teladan Anak

Parenting
Bingung Kenapa Anak Suka Dibacakan Dongeng yang Sama Sebelum Tidur, Bunda?

Parenting
4 Manfaat Bacakan Dongeng untuk Anak, Bisa Terbawa Sampai Dewasa

9 Foto
Parenting
9 Potret Keseruan Anak-anak Lombok saat Mendengarkan Dongeng
HIGHLIGHT
HAIBUNDA STORIES
REKOMENDASI PRODUK
INFOGRAFIS
KOMIK BUNDA
FOTO
Fase Bunda