
parenting
5 Contoh Cerita Sage yang Menarik dan Populer di Indonesia untuk Diceritakan ke Anak
HaiBunda
Jumat, 29 Mar 2024 14:30 WIB

Daftar Isi
Cerita sage merupakan salah satu jenis cerita rakyat yang populer di Indonesia. Cerita-cerita ini biasanya mengandung pesan moral yang dapat diajarkan kepada anak-anak.
Menceritakan cerita sage kepada Si Kecil ternyata memiliki banyak manfaat lho, Bunda. Selain menghibur, cerita sage juga dapat membantu anak-anak belajar tentang nilai-nilai moral dan kehidupan. Tak hanya itu, jenis cerita ini juga menggunakan bahasa yang kaya dan penuh dengan deskripsi, sehingga dapat memperluas kosakata dan meningkatkan imajinasi Si Kecil.
Lantas, dongeng sage apa saja yang bisa Bunda perkenalkan pada Si Kecil? Yuk, simak kumpulan cerita sage untuk anak-anak yang populer berikut ini!
Mengenal cerita sage
Mengutip dari buku Mengenal Sastra Lama (2015), sage adalah cerita yang mengandung unsur sejarah di dalamnya yang menceritakan mengenai keberanian, kepahlawanan, atau unsur kesaktian dan keajaiban seseorang. Meski mengandung unsur sejarah, namun cerita sage lebih banyak didominasi oleh hal-hal yang berkaitan dengan fantasi, sehingga unsur sejarahnya menjadi kabur dan tidak lagi dapat dipercaya sebagai fakta sejarah.
Apabila dilihat dari latar tempat dan peristiwa di dalamnya, cerita sage berkebalikan dengan dongeng, Bunda. Jika dongeng tidak terikat dengan latar tempat dan waktu, sebaliknya cerita sage erat kaitannya terjadi di suatu tempat atau pada zaman tertentu. Selain itu, umumnya cerita sage bersifat tragis di mana salah satu tokoh utamanya akan mengalami nasib yang buruk atau kesialan. Beberapa cerita sage yang banyak dikenal oleh masyarakat Indonesia di antaranya Malin Kundang, Tangkuban Perahu, Sangkuriang, dan masih banyak lagi.
Ciri-ciri cerita sage
Cerita sage termasuk dalam kelompok sastra lama. Secara umum, ciri-ciri sage hampir sama dengan jenis sastra lama lainnya seperti gurindam, pantun, dan syair. Berikut ciri-ciri dari cerita sage:
- Anonim (tidak dikenal)
- Mengandung unsur sejarah
- Cerita disajikan dengan unsur kepahlawanan, keberanian, kesaktian, atau keajaiban para tokoh
- Instanasentris (berkaitan dengan kerajaan atau istana)
- Tema cerita bersifat fantasi
- Karangan berbentuk tradisional
- Bahasa klise
- Proses perkembangannya statis
- Mengandung pesan moral atau nilai-nilai kehidupan
Kumpulan contoh sage yang menarik dan populer di Indonesia
Ada banyak cerita sage yang secara turun temurun dikenal oleh masyarakat. Melansir dari beberapa sumber, berikut 5 contoh cerita sage yang menarik dan populer di Indonesia:
1. Contoh cerita sage Sangkuriang dan Gunung Tangkuban Perahu
Pada zaman dahulu, di Jawa Barat hiduplah seorang putri raja yang bernama Dayang Sumbi. Setelah bertahun-tahun tinggal di istana, Dayang Sumbi memutuskan untuk hidup di desa. Ia ditemani seorang anjing bernama si Tumang.
Tumang sebenarnya adalah seorang pangeran dari kayangan yang dikutuk Dewa menjadi anjing. Saat Dayang Sumbi sedang menenun kain, tiba-tiba alat pintalnya terjauh. Karena malas mengambil, Dayang Sumbi berkata “Siapa yang mau mengambilkan alat pintalku, jika perempuan akan kujadikan adikku. Jika laki-laki akan kujadikan suamiku!”
Si Tumang yang mendengar hal tersebut langsung mengambil alat pintal tersebut. Betapa terkejutnya Dayang Sumbi saat anjing tersebut menyerahkan alat pintalnya. Namun ia tidak mengelak dari janjinya.
Akhirnya Dayang Sumbi menikah dengan si Tumang yang dapat berubah wujud menjadi manusia. Beberapa tahun kemudian mereka dikaruniai seorang anak laki-laki bernama Sangkuriang.
Sangkuriang sangat gemar berburu di dalam hutan. Setiap berburu, ia selalu ditemani oleh anjing kesayangannya, si Tumang. Suatu hari Dayang Sumbi ingin sekali makan hati rusa. Ia lantas menyuruh Sangkuriang mencarikannya untuk berburu rusa dan mengambil hatinya. Akhirnya dengan ditemani si Tumang, Sangkuriang pergi berburu ke hutan.
Namun setelah seharian berjalan di hutan, ia tak juga menemukan rusa. Karena putus asa dan hari mulai gelap, terbesit di pikiran Sangkuriang untuk mengganti hati rusa tersebut dengan hati si Tumang. Lalu dipanahnya si Tumang dan diambil hatinya. Sangkuriang pun pulang ke rumah. Sejatinya Sangkuriang tidak tahu kalau anjing itu adalah ayah kandungnya.
Sesampainya di rumah ia langsung menyerahkan hati itu pada ibunya. Dayang Sumbi langsung memasak dan memakannya. Setelah itu ia bertanya, di mana si Tumang? Sangkuriang menjelaskan, bahwa yang dimakan ibunya itu adalah hati si Tumang.
Betapa marahnya Dayang Sumbi mendengar hal tersebut. Ia kemudian memukul kepala Sangkuriang hingga terluka. Dengan perasaan sedih, Sangkuriang pergi meninggalkan ibunya. Bertahun-tahun ia mengembara berusaha melupakan kemarahan ibunya dengan menimba berbagai ilmu kesaktian.
Sangkurang kemudian tumbuh menjadi pemuda dewasa, setelah menimba ilmu kesaktian ia memutuskan untuk kembali. Sesampainya di sana, ia sangat terkejut karena desanya sudah berubah total. Saat sedang berjalan-jalan tak sengaja Sangkuriang bertemu dengan wanita cantik di tepi telaga. Karena terpesona dengan kecantikan wanita tersebut, Sangkuriang langsung melamarnya.
Lamaran Sangkuriang langsung diterima oleh wanita cantik itu. Ternyata wanita itu tidak lain ternyata adalah ibunya sendiri yang oleh Dewa dikaruniai wajah awet muda. Mereka sama-sama jatuh cinta dan berniat akan menikah dalam waktu dekat.
Suatu hari Sangkuriang meminta izin kepada calon istrinya itu untuk berburu di hutan. Sebelum berangkat, ia meminta Dayang Sumbi untuk mengencangkan dan merapikan ikan kepalanya.
Alangkah terkejutnya Dayang Sumbi, karena pada saat ia merapikan ikat kepala Sangkuriang, ia melihat ada bekas luka. Ia mengenali bekas luka itu, “Kakanda, mengapa ada bekas luka di kepalamu?” tanya Dayang Sumbi.
“Oh, bekas luka ini aku dapatkan dari ibuku. Ia memukul kepalaku dengan sendok nasi.”
“Mengapa beliau memukul Kakanda? Apa yang telah Kakanda lakukan hingga membuatnya marah?”
“Aku telah membunuh anjing kesayanganku dan menyerahkan hatinya untuk dimana ibuku. Ia memintaku untuk dicarikan hati rusa, namun aku tidak mendapatkan satupun rusa saat berburu di hutan.”
Mendengar jawaban tersebut, Dayang Sumbi semakin yakin kalau pemuda gagah tersebut adalah anaknya Sangkuriang yang dulu telah pergi meninggalkan rumah.
“Kau adalah anakku, dan aku ibumu. Tak mungkin kita menikah.”
Sangkuriang tidak percaya mendengar hal tersebut. Ia bersikukuh tetap ingin mengawini Dayang Sumbi karena sudah terlanjur jatuh cinta.
Untuk membatalkan niat Sangkuriang, Dayang Sumbi lantas meminta syarat. Ia mau dinikahi asal Sangkuriang mampu membuatkan telaga besar dan perahu di atas bukti dalam waktu semalam. Jika Sangkuriang gagal memenuhi syarat tersebut maka pernikahan itu akan dibatalkan. Melalui kesaktiannya dan dibantu ribuan jin, Sangkuriang memenuhi permintaan itu.
Sementara di sisi lain, Dayang Sumbi diam-diam mengintip hasil kerja dari Sangkuriang. Betapa terkejutnya ia, karena Sangkuriang hampir menyelesaikan semua syarat yang ia berikan sebelum fajar.
Dayang Sumbi lantas meminta bantuan masyarakat sekitar untuk menggelar kain sutra bewarna merah di sebelah timur kota. Ketika melihat warna memerah di timur kota, Sangkuriang mengira kalau hari sudah menjelang pagi. Ia langsung menghentikan pekerjaan dan merasa tidak dapat memenuhi syarat yang diajukan oleh Dayang Sumbi.
Sangkuriang merasa jengkel dan marah. Ia lalu menjebol bendungan yang sudah ia buat dan terjadilah banjir yang merendam seluruh kota. Sangkuriang juga menendang perahu yang telah dibuatnya.
Perahu yang ditendang oleh Sangkuriang lantas melayang dan jatuh tertelungkup. Perahu tersebut menutup telaga yang belum selesai dibuat oleh Sangkuriang. Konon ceritanya perahu yang ditendang oleh Sangkuriang berubah menjadi sebuah gunung besar yang kini dikenal dengan nama Tangkuban Perahu.
Cerita sage di atas dikutip dari berbagai sumber, seperti buku Sangkuriang dari penerbit JP Books (2019) dan buku Dongeng Nusantara dari penerbit Bestari (2019).
2. Contoh cerita sage tentang kepahlawanan tentang Si Pitung
Pitung yang bernama asli Salihoen, lahir di kampung kumuh Rawabelong, Jakarta Barat. Kedua orang tuanya mengirimkannya ke pesantren dengan harapan Pitung menjadi anak yang soleh.
Namun, berkali-kali ditolak. Akhirnya Pitung belajar agama dan bela diri di pesantren. Di pesantren, Pitung tidak hanya belajar membaca al-Qur’an dan ilmu agama Islam. Ia juga belajar ilmu bela diri dari dasar hingga mahir. Pitung murid yang cerdas, rajin, dan disiplin. Ia juga merupakan murid kesayangan Haji Naipin.
Waktu berlalu, Pitung semakin menguasai ilmu agama Islam dan ilmu bela diri. Tibalah waktu bagi Pitung pulang ke rumah orang tuanya.
Setelah pulang ke rumah, Pitung menggantikan ayahnya merawat ternak. Pitung menggembala kambing di padang rumput, dari pagi sampai sore.
Suatu hari, ayahnya menyuruh Pitung menjual dua ekor kambing ke Pasar Tanah Abang. Sebentar saja, kambingnya laku dengan harga yang cukup tinggi. Maklum, kambing yang dijual Pitung itu gemuk dan sehat.
Tapi, di tengah perjalanan pulang, Pitung bertemu dengan preman yang pura-pura bertanya hendak kemana si Pitung.
Dan sebelum sampai ke rumah, Pitung baru sadar kalau yang di kantongnya sudah lenyap. “Pasti preman pasar tadi yang mengambil uangku,” gumam Pitung dalam hati.
Pitung memilih kembali ke pasar dan menagih uangnya ke preman. Keduanya terlibat perkelahian hingga akhirnya preman menyerah.
Ketua gerombolan preman yang bernama Rais meminta maaf ke Pitung dan mengajaknya bergabung. Tapi, Pitung menolak. Ia malah menasihati para preman itu untuk membantu rakyat.
Preman ini bingung, mereka ingin membantu tapi enggak punya apa-apa. Bahkan bisa dibilang preman-preman ini juga butuh bantuan. Hidup mereka saja pas-pasan.
Di luar dugaan, Pitung mencetuskan ide gila yakni merampok orang kaya yang pelit untuk membantu orang-orang yang membutuhkan. Ide Pitung diterima Rais dan para preman lain.
Sejak itulah Pitung bersama preman merampok dan mencuri. Hasilnya dibagikan kepada orang miskin. Bagi rakyat miskin, preman ini pahlawan. Tapi bagi orang kaya, Pitung dan preman harus ditangkap.
Orang-orang yang kelaparan pun mulai berkurang. Anak-anak dari keluarga miskin bisa makan tiga kali sehari. Mereka tidak lagi khawatir besok makan apa. Bantuan Pitung dan kawan-kawannya mengubah hidup mereka.
Semenjak saat itu, Pitung dan para preman menjadi buronan, fotonya terpampang di surat kabar. Polisi terus memburu mereka tapi selalu saja berhasil lolos.
Namun, usai merampok rumah Haji Saipudin, Pitung dan teman-temannya berhasil ditangkap dan dipenjara. Akan tetapi, mereka berhasil melarikan diri dengan memanjat atap penjara.
Pitung tertembak berkali-kali, namun kebal peluru. Jimatnya sangat sakti. Akhirnya Pitung kembali menjadi buronan. Ia bertekad untuk bisa membantu rakyat miskin dengan kembali merampok.
Pitung semakin membuat polisi geram. Mereka mencari kelemahan Pitung dengan mencari tahunya dari sang guru Pitung, Haji Naipin. Sebenarnya Haji Naipin berusaha melindungi Pitung. Namun polisi mengancam akan mengakhiri hidupnya jika tak mau berbicara. Pistol pun ditodongkan ke arah Haji Naipin hingga terpaksa memberi tahu kelemahan Pitung yakni telur busuk.
Pencarian Pitung kembali dilakukan hingga akhirnya polisi menemukan jejaknya. Ketika menyiapkan penggerebekan, Schout Heyne, kepala polisi yang memburu Pitung sudah menyiapkan peluru emas. Konon, si Pitung kebal terhadap peluru biasa.
Saat polisi menangkapnya, Pitung berusaha melawan. Ketika telur busuk dilemparkan ke arahnya, Pitung tak berdaya. Ia kehilangan keampuhan jimatnya. Peluru emas berhasil menembus dadanya hingga akhirnya Pitung meninggal dunia.
Kabar meninggalnya Pitung membuat banyak orang berduka meski para polisi bernapas lega. Di kalangan masyarakat Betawi, Pitung tetap dikenang.
Kisah Pitung ini dikutip dari buku Si Pitung Robin Hood dari Betawi karya Winarni S. Pd.
![]() |
3. Contoh cerita sage tentang kehidupan kisah Malin Kundang
Hiduplah satu keluarga nelayan di pesisir pantai wilayah Sumatera, Ibu Rubayah dan anak semata wayang, Malin Kundang.
Pada suatu hari, di pesisir pantai wilayah Sumatera, hiduplah mereka berdua di tepi pantai. Suami Ibu Rubayah sudah lama meninggalkan keluarganya dan tak pernah kembali sejak saat itu.
Malin Kundang tumbuh menjadi anak yang cerdas dan pemberani, meski sedikit nakal. Keluarga tersebut hidup serba pas-pasan sehingga sang ibu harus bekerja keras untuk menghidupi dirinya dan anaknya
Ketika beranjak dewasa, Malin berpikir untuk pergi merantau ke negeri seberang dengan harapan nantinya ketika kembali pulang ke kampung halaman, ia akan menjadi seorang yang kaya raya.
Niatannya untuk pergi mencari nafkah terwujud setelah menerima ajakan seorang nakhoda kapal dagang, yang dulunya hidup miskin kini sudah menjadi seorang yang kaya raya.
Mulanya sang ibu kurang setuju dengan niatan Malin Kundang. Namun akibat terus didesak, akhirnya beliau menyetujui kepergian anaknya.
“Anakku, jika engkau berhasil dan menjadi orang yang berkecukupan, jangan lupa dengan ibumu dan kampung halamanmu ini, Nak,” pesan Ibu Rubayah pada anaknya, Malin Kundang.
Beberapa hari kemudian, Malin Kundang pergi meninggalkan sang ibu dan kampung halamannya. Setiap harinya, tak henti-hentinya sang ibu selalu mendoakan kesuksesan dan keselamatan Malin Kundang selama di perantauan. Ia pun selalu berharap agar anaknya cepat kembali.
Selama berada di dalam kapal, Malin Kundang banyak belajar ilmu mengenai pelayaran. Ilmu tersebut lantas ia terapkan sesampainya di negeri seberang. Bertahun-bertahun ia bekerja dengan keras hingga kini menjadi orang kaya yang memiliki banyak kapal dagang.
Meski begitu, ternyata tak pernah sekalipun Malin Kundang mengirimkan surat atau bertukar kabar dengan ibunya. Seolah Malin Kundang telah melupakan keberadaan ibunya di kampung.
Tak lama kemudian, Malin Kundang mempersunting salah seorang putri bangsawan. Berita mengenai Malin Kundang yang telah kaya raya dan menikah, sampai ke telinga sang ibu. Beliau merasa bersyukur dan sangat gembira bahwa anaknya telah berhasil di perantauan dan kini hidup Makmur.
Sejak saat itu, ibu Malin Kundang selalu menunggu setiap harinya di dermaga. Ia menantikan anaknya yang mungkin akan pulang ke kampung halamannya.
Hingga pada suatu hari, Malin Kundang dan istrinya melakukan pelayaran menuju kampung halamannya. Penduduk desa kemudian menyambut kedatangan kapal besar tersebut. Sang Ibu yang saat itu memang berada di dermaga melihat ada sepasang suami istri yang tengah berdiri di atas geladak kapal yang besar.
Ibu Rubayah yakin bahwa mereka adalah anaknya yang sudah lama pergi merantau beserta sang istri. Tak lama, ketika kapal tersebut berhenti, Malin Kundang pun turun. Ia langsung disambut oleh ibunya yang sudah lama menantinya pulang.
“Malin Kundang, anakku! Mengapa kau pergi begitu lama tanpa pernah mengirimkan kabar?” tanya sang ibu sambil memeluk Malin Kundang.
Namun yang terjadi berikutnya, Malin Kundang malah melepaskan pelukan ibunya dan mendorongnya hingga terjatuh.
“Wanita tidak tahu diri, sembarangan saja mengaku sebagai ibuku,” kata Malin Kundang kepada ibunya. Malin Kundang ternyata pura-pura tidak mengenali ibunya, ia malu karena ibunya sudah tua dengan memakai pakaian yang compang-camping.
“Wanita itu ibumu?” tanya istri Malin Kundang.
“Tidak, ia hanya seorang pengemis yang pura-pura mengaku sebagai ibuku agar mendapatkan hartaku,” sahut Malin Kundang kepada istrinya.
Sang ibu yang mendengar perkataan tersebut dan diperlakukan semena-mena oleh anak kandungnya sendiri, lantas merasa sedih sekaligus marah.
Ia tidak menduga bahwa anak semata wayang yang sangat ia sayangi kini berubah menjadi anak durhaka yang tidak mengenali ibunya sendiri. Tak lama kapal Malin Kundang kemudian perlahan menjauhi tepi pantai.
Karena kesedihan dan kemarahannya yang memuncak, ibu Malin Kundang kemudian menengadahkan kedua tangannya sambil berdoa, “Ya Allah Yang Maha Kuasa, kalau ia bukan anakku, aku akan memaafkan perbuatannya tadi. Tapi jika ia memang benar anakku, Malin Kundang, aku mohon keadilan-Mu.”
Seketika, tak lama setelah sang ibu berdoa kepada Allah, langit pun menjadi gelap. Angin tiba-tiba berhembus kencang dan terjadilah hujan badai. Kapal milik Malin Kundang yang sudah berlabuh langsung terkena petir besar, dan kemudian pecah dihantam gelombang besar. Bangkai kapal kemudian terempas ombak yang bergulung-gulung hingga ke tepi pantai.
Bersamaan dengan datangnya badai, tubuh Malin Kundang perlahan-lahan menjadi kaku dan lama kelamaan berubah menjadi sebuah batu.
Saat matahari pagi mulai memancarkan sinarnya, hujan badai telah reda. Di kaki bukti, tampaklah kepingan kapal yang telah menjadi batu.
Tak jauh dari sana, tampak sebuah batu yang menyerupai sosok manusia. Konon katanya, itulah tubuh Malin Kundang, si anak durhaka yang terkena kutukan akibat tak mau mengenali ibu kandungnya sendiri.
4. Contoh cerita sage fiksi Legenda Joko Tingkir
Nama asli Joko Tingkir adalah Mas Karebet, yang merupakan raja pertama kerajaan Pajang dengan gelar Sultan Hadiwijaya. Ayahnya Ki Ageng Pangging yang dikenal dengan sebutan Kebo Kenongo dihukum mati oleh kerajaan Demak, karena dituduh sebagai pemberontak. Sementara sang ibu Nyai Ageng Pengging sudah meninggal karena sakit.
Setelah yatim piatu, Mas Karebet diasuh oleh Nyai Ageng Tingkir, dan dijuluki Joko Tingkir. Joko Tinggir tumbuh menjadi pemuda yang gagah berani, dan suka bertapa. Ia juga pernah berguru kepada Sunan Kalijaga dan Ki Ageng Sela.
Joko Tingkir mengabdikan dirinya di kerajaan Demak atas saran dari Sunan Kalijaga. Dia tinggal di rumah saudara dari Nyi Ageng Tingkir, yaitu perawat Masjid Agung Demak dan berpangkat lurah ganjur, yakni Kyai Gandasmustaka. Joko Tingkir kemudian terpilih menjadi kepala prajurit Demak yang berpangkat lurah wiratama, karena dia pandai menarik simpati Sultan Trenggono.
Suatu hari, Joko Tingkir bertugas menyeleksi calon prajurit yang akan dimasukkan ke dalam kelompok prajuritnya. Salah satu calon prajurit itu adalah Dadungawuk, yang sombong dan sering memamerkan kesaktiannya. Karena kesombongannya itu, Joko Tingkir berniat menguji kesaktian Dadungawuk dengan tusuk Konde. Tapi ternyata, Dadungawuk langsung tewas seketika. Joko Tingkir lalu dipecat oleh Sultan Trenggono dan diusir dari Demak karena kejadian itu.
Joko Tingkir kemudian pergi dari demak dan berguru kepada saudara ayahnya, yaitu Ki Ageng Banyubiru atau Ki Kebo Kanigoro. Setelah ia merasa cukup menyerap ilmu, Joko Tingkir kembali ke Demak bersama ketiga murid Ki Ageng Banyubiru, yaitu Mas Manca, Mas Wila, dan Wragil. Dalam perjalanan menyeberangi sungai Kedung Srengenge menggunakan rakit, mereka diserang siluman buaya. Tetapi, siluman buaya itu dikalahkan oleh murid-murid Ki Ageng Banyubiru. Akhir cerita, siluman Buaya itu membantu mendorong rakit milik Joko Tingkir hingga ke seberang tujuan.
Cerita dilanjutkan saat Joko Tingkir mencoba mencari simpati dari Sultan Trenggono yang saat itu sedang berwisata di Gunung Prawoto. Sultan Trenggono melepas seekor kerbau gila yang dinamai Kebo Danu. Kebau tersebut mengamuk setelah diberi mantra oleh Joko Tingkir, di mana ia memberi tanah kuburan di bagian telinga kerbau. Tidak ada yang mampu menghentikan Kerbau teresebut.
Joko Tingkir muncul dan menghadapi kerbau gila itu, dan dikalahkan dengan mudah. Atas kejadian itu, Sultan Trenggono kembali mengangkat Joko Tingkir menjadi lurah wiratama.
5. Contoh cerita sage dongeng Legenda Danau Toba
Pada zaman dahulu, di sebuah desa di Sumatera Utara hiduplah petani bernama Toba. Ia hidup sebatang kara. Setiap hari ia bekerja dengan menggarap sawah dan mencari ikan di sungai. Hal ini ia lakukan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya sehari-hari.
Suatu waktu, Toba memutuskan pergi ke sungai di dekat rumahnya untuk mencari ikan sebagai lauk makannya hari ini. Berbekal sebuah kail, umpan, dan tempat ikan, Toba langsung menuju ke sungai. Sesampainya di sana, Toba melemparkan kailnya.
Sembari menunggu, Toba lantas berdoa “Ya Allah, semoga hari ini aku mendapatkan ikan yang banyak.” Seolah doanya dijawab oleh Allah, tak lama kail yang dilemparkannya terlihat bergoyang-goyang. Toba segera menarik kail tersebut dan ia kegirangan karena ternyata ikan yang di dapatnya kali ini sangat besar.
Sesaat Toba memandangi ikan hasil tangkapannya itu, alangkah terkejutnya ia ketika ikan tersebut dapat berbicara.
“Tolong aku! Jangan makan aku! Biarkan aku hidup.” Ucap ikan tersebut.
Toba lagi-lagi terkejut karena ikan tersebut tiba-tiba berubah menjadi seorang wanita yang cantik.
“Jangan takut, aku tidak akan menyakitimu” kata si ikan lagi.
“Siapakah kamu ini sebenarnya? Bukankah kamu seekor ikan?” tanya Toba.
“Aku sebenarnya adalah seorang putri yang dikutuk karena telah melanggar aturan kerajaan,” ujar wanita cantik tersebut.
“Terima kasih kau sudah membebaskanku dari kutukan tersebut. Sebagai imbalannya, aku bersedia kau jadikan sebagai istri.”
Tanpa pikir lama, Toba langsung menyetujui hal tersebut. “Baiklah, aku setuju” ucapnya.
Sebelum melakukan pernikahan dengan Toba, wanita tersebut lantas mengajukan satu syarat sebagai permintaan. “Kamu harus berjanji untuk tidak menceritakan asal-usulku yang berasal dari seekor ikan kepada siapa pun.” Ujar calon istri Toba.
“Jika kamu melanggar janji tersebut, niscaya akan terjadi sebuah malapetaka yang sangat dahsyat.”
Mendengar hal tersebut, Toba lantas berjanji untuk tidak memberitahukan asal usul istrinya kepada siapa pun.
Tak lama setelah mereka menikah, Toba dan istrinya dikaruniai seorang anak laki-laki yang diberi nama Samosir.
Anak mereka tumbuh menjadi anak yang sangat tampan dan kuat, namun ada kebiasaan Samosir yang membuat heran orang-orang. Samosir selalu merasa lapar dan tidak pernah merasa kenyang.
Suatu hari, Samosir mendapatkan tugas dari ibunya untuk mengantarkan makanan dan minuman ke sawah, tempat ayahnya sedang bekerja.
Tugas yang diberikan oleh ibunya ternyata tak pernah dipenuhi oleh Samosir. Semua makanan yang seharusnya dilahap oleh ayahnya dihabiskan oleh Samosir. Setelah itu, ia tertidur di sebuah gubug.
Sementara ayahnya karena sudah tidak kuat menahan lapar, akhirnya memutuskan untuk pulang ke rumah. Di tengah perjalanan pulang, Toba melihat anaknya sedang tertidur di gubug. Ia langsung membangunkan anaknya “Hei Samosir, bangun!” teriaknya.
Ia kemudian langsung bertanya pada anaknya, “Mana makanan untuk Ayah?”
“Sudah habis kumakan” jawab Samosir.
Mendengar hal tersebut, Toba murka dan memarahi anaknya. “Anak tidak tahu diuntung! Dasar anak ikan!” umpat Toba tanpa sadar bahwa ia telah melanggar janjinya kepada sang istri.
Setelah mengucapkan hal tersebut dan melanggar janjinya, dari bekas injakan kaki toba tiba-tiba menyemburlah mata air yang sangat deras disertai dengan turunnya hujan dan petir. Sementara anak dan istri toba menghilang seketika sejak itu.
Tidak butuh waktu lama, air meluap sangat tinggi dan luas hingga membentuk sebuah danau.
Danau tersebut kini dikenal dengan nama Danau Toba. Sementara pulau yang berada di tengahnya dinamakan Pulau Samosir yang konon merupakan anak dari Toba.
Itulah beberapa kumpulan contoh cerita sage yang menarik dan populer di Indonesia. Cerita sage merupakan sumber belajar yang berharga bagi anak-anak. Dengan menceritakan cerita-cerita ini kepada anak, Bunda dapat membantu mereka belajar tentang nilai-nilai moral dan kehidupan yang penting. Semoga bermanfaat, ya, Bunda!
Bagi Bunda yang mau sharing soal parenting dan bisa dapat banyak giveaway, yuk join komunitas HaiBunda Squad. Daftar klik di SINI. Gratis!
(ank/ank)TOPIK TERKAIT
ARTIKEL TERKAIT

Parenting
5 Cerita Kisah Anak Durhaka kepada Orang Tua Selain Dongeng Malin Kundang, Kaya Pesan Moral

Parenting
10 Dongeng Cerita untuk Bayi 0-6 Bulan, Kisah Menarik Kaya Pesan Moral

Parenting
Ajari Anak Nilai Aqidah dari Kisah Nabi Ibrahim Yuk, Bunda

Parenting
5 Jenis Dongeng Anak Indonesia Terfavorit, Yuk Kenali Apa Saja

Parenting
Bunda Ngantuk Berat tapi Anak Minta Dibacakan Dongeng, Harus Bagaimana?


7 Foto
Parenting
7 Potret Anak Artis Jago Olahraga Sejak Kecil, Salah Satunya Putra Sandra Dewi
HIGHLIGHT
HAIBUNDA STORIES
REKOMENDASI PRODUK
INFOGRAFIS
KOMIK BUNDA
FOTO
Fase Bunda