HaiBunda

PARENTING

25 Cerita Dongeng Pendek Sebelum Tidur Penuh Pesan Moral dan Mendidik

ZAHARA ARRAHMA   |   HaiBunda

Minggu, 30 Jun 2024 18:40 WIB
Cerita dongeng untuk anak, mulai dari legenda, cerita rakyat hingga fabel/ Foto: Getty Images/whitemay

Membacakan cerita pendek seperti dongeng, cerita rakyat, hingga fabel, merupakan hal yang paling ditunggu sebelum anak pergi tidur, lho. Rutinitas satu ini juga membawa banyak manfaat pada Si Kecil, Bunda.

Nilai-nilai moral yang terkandung di dalam cerita akan mengajak anak untuk lebih banyak berpikir dan memahami pesannya secara langsung. Selain itu, kemampuan verbal dan literasi Si Kecil juga ikut terasah.

Apabila Bunda ingin segera mencoba membacakan cerita dongeng pendek untuk anak, cobalah beberapa cerita di bawah ini, ya!


Mengutip dari buku Kumpulan Cerita Rakyat Nusantara Terpopuler, penerbit Ruang Kata (2009), 36 Dongeng Pengantar Tidur untuk Anak Saleh dan Salihah, penerbit Elex Media Komputindo (2023), dan sumber lainnya, berikut deretan cerita dongeng yang akan menemani anak sebelum tidur hingga terlelap dengan nyenyak.

Cerita dongeng pendek Si Kancil dan Siput

Di suatu hari yang cerah, Kancil sedang berjalan santai di pinggir sungai. Di sana ia bertemu dengan Siput yang merangkak dengan lambat. Kancil lalu datang menghampiri Siput dengan langkah yang angkuh.

"Hai, Siput! Kenapa kamu merangkak begitu lambat? Apa kamu tidak lelah berjalan sepelan itu setiap hari?" ejek Kancil sambil tertawa kecil.

Siput mengangkat kepalanya dan menatap Kancil dengan tenang. "Hai, Kancil. Memang begitulah cara kami berjalan. Meskipun lambat, kami tetap bisa mencapai tujuan kami."

Kancil tertawa terbahak-bahak mendengar jawaban Siput. "Mencapai tujuan? Dengan kecepatan seperti itu, kamu mungkin butuh waktu seumur hidup hanya untuk sampai ke seberang sungai!"

Mendengar ejekan Kancil, Siput hanya tersenyum tipis dan berkata, "Kancil, kecepatan bukanlah segalanya. Terkadang, ketekunan dan kesabaran lebih penting. Bagaimana kalau kita berlomba untuk membuktikan siapa yang lebih baik?"

Kancil terkejut mendengar tantangan dari Siput, "Lomba? Denganmu? Itu pasti akan sangat mudah! Baiklah, aku terima tantanganmu. Kita berlomba dari sini ke seberang hutan itu,” seru Kancil meremehkan.

Mereka berdua setuju untuk memulai lomba besok pagi. Kancil merasa sangat yakin bahwa dia akan menang dengan mudah. Di sisi lain, Siput tetap tenang dan percaya diri.

Keesokan paginya, ketika perlombaan dimulai, Kancil langsung melesat dengan cepat meninggalkan Siput jauh di belakang. 

Namun, Kancil yang sombong itu merasa sangat yakin akan kemenangannya sehingga dia memutuskan untuk beristirahat di bawah pohon besar. 

"Siput masih sangat jauh di belakang. Aku punya banyak waktu untuk beristirahat," pikir Kancil.

Sementara itu, Siput terus merangkak tanpa henti, menjaga langkahnya yang konsisten. Waktu berlalu, dan tanpa disadari, Siput akhirnya mendekati garis finish.

Ketika Kancil terbangun dari tidurnya, dia melihat bahwa Siput sudah hampir mencapai tujuan. Kancil panik dan berlari secepat mungkin, tetapi sudah terlambat. Siput telah melintasi garis finish terlebih dahulu.

Dengan nafas tersengal-sengal, Kancil akhirnya mencapai tujuan dan melihat Siput tersenyum padanya. "Lihatlah, Kancil. Kecepatan memang penting, tetapi ketekunan dan kesabaran juga bisa membawa kita menuju kemenangan."

Kancil merasa malu atas kesombongannya dan belajar pelajaran berharga hari itu. Oleh karena  itu, dia tidak pernah lagi meremehkan kemampuan hewan lain dan mulai menghargai setiap usaha, tidak peduli seberapa lambat atau kecilnya.

Cerita dongeng pendek sebelum tidur Si Kancil dan Buaya

Selama musim kemarau yang panjang, banyak tumbuhan yang menjadi makanan bagi hewan-hewan di hutan mati dan mengering. Rumput dan buah-buahan juga sulit ditemukan. 

Banyak hewan di hutan merasa kelaparan, tak terkecuali si Kancil. Berhari-hari Kancil berkeliling di hutan mencari sumber makanan baru. Namun, ia hanya menemukan rumput-rumput kering yang terpaksa dimakannya.

Sepanjang perjalanan, Kancil membayangkan padang rumput yang subur dengan kolam jernih di tengahnya untuk ia minum sepuasnya. Melamunkan hal tersebut pun membuat Kancil semakin lapar, hingga tiba-tiba ia teringat sesuatu.

Kancil melangkah cepat menuju ke sungai. Setibanya di sana, ia menyaksikan rerumputan yang sudah habis dilahap hewan lain. Bahkan buah-buah di pepohonan juga tidak ada lagi yang tersisa.

“Ya ampun, aku terlambat. Pasti hewan-hewan lainnya sudah lebih dulu ke sini dan menyantap semua makanan di sini,” keluh Kancil sedih.

Sambil melahap sisa-sisa rumput di sekitar, netra Kancil ikut mengedar melihat keadaan sekitar. Tiba-tiba kunyahan Kancil terhenti sesaat matanya tertuju ke seberang sungai. Ia terbelalak kaget dan berseru senang atas apa yang dilihatnya.

“Asyik! Aku bisa berpesta di sana! Tapi bagaimana ya caranya aku bisa menyeberang ke sana?” pikir Kancil.

Di sana, di seberang sungai, terdapat banyak sekali rerumputan hijau serta buah-buah yang menggantung lebat di pepohonan. 

Di tengah Kancil berpikir keras mencari ide, ternyata di dekatnya ada Buaya yang mengamatinya diam-diam dan hendak menerkamnya. Meskipun begitu, Kancil tetap sigap menghindar dan mundur beberapa langkah menjauhi Buaya.

Kancil pun semakin berpikir mencari cara agar selamat dari terkaman Buaya dan mampu menyeberangi sungai. Tak butuh waktu lama, Kancil akhirnya mendapatkan ide cerdik.

“Hei, Buaya. Kamu tidak kasihan padaku, ya? Aku belum makan sejak kemarin. Kalau kamu ingin memakanku, setidaknya biarkan aku makan terlebih dahulu. Bukankah nantinya juga kamu akan lebih kenyang sebab dagingku juga lebih banyak?” pinta Kancil dengan pandangan memelas.

Buaya yang mendengar ucapan Kancil kini memandang curiga padanya, “Kau tidak sedang menipuku kan, Kancil?”

“Ah, tentu saja tidak. Kau jangan khawatir. Saat ini tubuhku terlalu kurus, tidak enak untuk dimakan. Jika aku makan dahulu, di padang rumput seberang sungai itu, maka tubuhku akan menggemuk,” jelas Kancil.

“Tubuhku akan banyak dagingnya dan kau bisa berbagi dengan teman-temanmu yang lain,” lanjutnya.

Mendengar rayuan tersebut, Buaya merasa tergoda, “Baiklah. Namun, bagaimana caranya membawamu ke sana? Aku tidak cukup kuat menggendongmu sendiri.”

“Panggil teman-temanmu untuk berbaris dari tepi sungai ini hingga ke seberang,” jawab Kancil.

“Hei, mengapa harus memerlukan mereka?” protes Buaya.

Kancil menghela nafas, “Aku perlu tahu berapa banyak buaya yang akan memakanku. Dengan begitu, aku bisa menghitung seberapa banyak rumput yang kulahap nanti.”

“Kalau aku makan terlalu sedikit, nanti kalian tidak kebagian dagingku sama rata,” jelas Kancil lebih lanjut.

Buaya akhirnya terpengaruh dengan rencana Kancil dan bergegas memanggil buaya lainnya untuk berbaris. Kancil yang melihat itu pun tersenyum lebar.

“Kancil! Kami semua sudah siap!” teriak Buaya.

Dengan gembira, Kancil lalu melangkah di atas punggung para buaya yang berbaris layaknya jembatan. Ketika sudah sampai di seberang sungai, Kancil langsung melompat dan memanjat undakan tanah di dekatnya.

“Teman-teman buaya, terima kasih ya atas bantuan kalian. Kini aku sudah ada di seberang sungai yang banyak sekali makanannya!” seru Kancil girang, “Rasanya aku akan menetap di sini dalam waktu yang lama. Kalian tidak perlu repot-repot menunggu!” Kancil berteriak lalu tertawa terbahak-bahak.

Mendengar hal tersebut, para buaya sontak merasa kesal dan sadar bahwa mereka sudah ditipu Kancil. Namun, sebab Kancil yang sudah berlari menjauhinya di atas bukit, mereka pun tidak bisa mengejarnya.

Dongeng cerita nusantara Batu Menangis

Dahulu kala, di sebuah desa terpencil hiduplah seorang janda tua dengan seorang putrinya yang cantik jelita bernama Darmi. Di sebuah gubuk kecil yang terletak di ujung desa, keduanya berdiam diri.

Darmi memang dikenal banyak orang dengan wajah cantik, parasnya indah menawan. Sayangnya, tingkah laku Darmi sangatlah tidak cantik dan sifatnya sangatlah tidak indah.

Setiap hari Darmi selalu bersolek di kamarnya. Ia tak pernah mau membantu ibunya untuk membereskan seisi rumah. Bahkan kamarnya sendiri pun selalu berantakan layaknya kapal pecah.

Ironisnya, Darmi tidak peduli akan hal itu. Ia hanya peduli pada wajahnya yang cantik jelita tiada terkira dan ia haruslah selalu tampil sempurna.

Ibunya Darmi yang sudah renta, setiap hari perlu banting tulang demi mendapatkan uang dan menghidupi sang putri. Apapun jenis pekerjaannya, selama itu halal, maka ia kerjakan. Semua itu dilakukan demi memenuhi kebutuhan hidupnya dan kebutuhan Darmi, putri semata wayangnya.

Ibunya Darmi juga sering diperlakukan layaknya pembantu. Tiap kali Darmi berjalan dengan ibunya, ia akan menjawab pertanyaan orang-orang bahwa sang ibu di belakangnya itu adalah budaknya.

Mendengar hal itu terus menerus, Ibu Darmi pun merasa sakit hati dan mengadu pada Tuhan. Sebab, rasa sakit hati yang terpupuk di dalam hati sang ibu, tubuh Darmi mulai berubah menjadi batu. 

Darmi terus menangis. Ia merasa menyesal dan memohon kepada ibunya. Namun, waktu sudah terlambat. Kini tubuhnya berubah menjadi batu yang terus mengeluarkan air mata.

Dongeng pendek sebelum tidur Gagak yang Memangsa Kambing

Setiap kali Elang terbang kesana kemari, dari bukit ke tempat tinggalnya, Elang tidak pernah tahu, kalau ia memiliki pengagum. Di saat Elan terbang, melayang, dan menukik, ada seekor gagak hitam yang selalu mengawasinya. Gagak sangat menyukai cara Elang terbang dan menyambar mangsanya.

"Aku juga bisa seperti Elang. Suatu saat, aku akan mencoba untuk menyambar anak kambing." gumam Gagak sambil membayangkan mimpinya itu.

Gagak pun bergegas untuk menghampiri Elang. Ia ingin bertanya langsung pada si Burung itu terkait aksinya yang menyambar hewan lain untuk dimangsa.

"Hai, Elang. Perkenalkan aku Gagak, tetanggamu satu bukit," sapa Gagak ke Elang.

"Oh, halo juga Gagak. Ya, aku tahu kalau kita tinggal di bukit yang sama," jawab Elang sambil tersenyum padanya.

"Benarkah? Tahu dari mana?," tanya Gagak yang heran sekaligus bangga.

"Aku terbang setiap hari, jadi aku tahu apa yang ada di bawah." tukas Elang.

Mendengar jawaban itu, Gagak pun tersenyum malu. Di dalam hatinya, ada perasaan bangga sebab Elang memperhatikan keberadaannya.

"Hei, Elang, aku ingin bertanya. Saat menukik dan menyambar anak kambing, apakah kamu tidak merasa berat?" ungkap Gagak penuh penasaran.

"Tentu saja tidak. Aku sudah terbiasa melakukannya. Anak kambing yang lebih besar saja sudah pernah kusambar. Aku juga pernah menyambar dengan kecepatan tinggi, sehingga binatang buruanku tidak punya waktu untuk menghindar." Elang bercerita.

"Oh, Gagak suka berburu juga?" sahut Elang.

"Iya. Aku sangat suka berburu," jawab Gagak berbohong.

Pada suatu kesempatan, di lembah ada anak kambing sedang mencari makan. Dari kejauhan, di atas batang pohon, Gagak telah memperhatikannya dengan seksama.

Selanjutnya, Gagak pun segera terbang dengan melesat cepat. la merasa dirinya terbang layaknya elang. Cakarnya direntangkan dan menyambar anak kambing incarannya.

Namun, sayangnya ia tidak bisa mengangkat buruannya. Kambing tersebut sangat berat. Naasnya, kaki Gagak pun terlilit tali yang mengikat leher anak kambing itu. Gagak pun terjebak.

Tak lama kemudian, datanglah penggembala yang terkejut mendengar anak kambingnya mengembik. Saat dilihatnya, seekor gagak menempel di punggung anak kambing.

Menyaksikan hal tersebut, pengembala pun kesal dan menangkap si Gagak.

Dongeng pendek dari Jawa Timur untuk anak SD tentang Jaka Prabangkara

Alkisah, hadirlah sebuah keluarga kerajaan di tanah Jawa. Di sana, hiduplah Jaka Prabangkara yang merupakan putra Raja Majapahit Prabu Brawijaya V. Jaka terlahir dari seorang perempuan keturunan rakyat biasa. Hal itu membuat sang raja tidak terang-terangan mengakui Jaka sebagai putranya.

Setelah beranjak dewasa, Jaka patuh mengabdi pada ayahandanya hingga ia pun diangkat sebagai lurah. Selain itu, ia juga diberi tugas sebagai juru lukis istana karena keahliannya dalam melukis. Raja sangat menyukai hasil lukisan Jaka yang sangat mirip dengan objek aslinya.

Oleh karena itu, Raja memintanya untuk melukis permaisuri Raja yakni, Ratu Mas Andarawati. Tidak perlu diragukan lagi, hasil lukisan Jaka kembali terlihat nyata dan indah. Hujanan rasa kagum dan dari Raja tak henti-hentinya dilayangkan pada Jaka.

Sayangnya, di tengah rasa kagum tersebut, Raja menyadari adanya noda, seperti tahi lalat di lukisan sang Ratu. Raja pun marah akan keteledoran Jaka.

Namun, setelah dilihat kembali, ternyata titik noda tersebut memang benar ada di tubuh sang permaisuri. Meskipun begitu, Sang raja tetap marah. Ia berpikir Jaka melukis permaisuri begitu dekat, sehingga dapat melihat tahi lalat yang tersembunyi.

Raja juga merasa Jaka telah berbuat kurang ajar kepada sang permaisuri. Yang berarti juga berbuat kurang ajar terhadap sang raja. Oleh karena itu, Raja menjatuhkan hukuman mati terhadap Jaka. 

Gajah Mada, selaku patih kerajaan, merasa adanya kekeliruan dari putusan Sang Raja. Ia pun menyarankan Raja untuk membatalkan hukuman tersebut. Raja pun mengizinkan saran itu dan menggantinya dengan mengusir Jaka dari istana. Ia juga meminta Gajah Mada mengurus hal tersebut.

Gajah Mada kemudian menyanggupi dan mengatur siasat. Ia menyuruh Jaka pergi dengan alasan bahwa Raja telah mengutusnya untuk melukis seluruh isi angkasa raya.

Jaka menyanggupinya. Ia pergi melukis seluruh isi angkasa raya dengan layang-layang raksasa. Setelah menyelesaikan tugasnya, Jaka membaca surat yang ayahnya berikan sebelum kepergiannya.

Ia membaca surat yang ternyata berisi ucapan selamat tinggal. Surat tersebut juga berisi permintaan ayahnya yang memerintahkan untuk tak mendarat sebelum sampai negeri China. Dengan perasaan tak rela, Jaka memanjatkan doa agar apa yang diharapkan ayahnya terkabul dan berpasrah kemanapun angin membawanya.

Ternyata permintaan ayahnya pun dikabulkan. Jaka berhasil sampai di sebuah desa bernama Yutwai di daratan China. 

Di sana, ia tinggal bersama keluarga miskin yang terdiri dari seorang ibu bernama Kim Liong serta putrinya, Keng Mu Wah. Berbekal hidup dari sisa harta benda dan makanan yang Jaka bawa, mereka hidup bertiga dengan berjualan lukisan.

Nama Jaka semakin terkenal sebab karya lukisannya di China. Ketenarannya bahkan terdengar oleh penguasa daratan, pesisir, dan lautan China, yaitu Raja Agung Sri Ong Te. Raja tersebut pun mengundang Jaka untuk datang ke istana.

Selanjutnya, setelah Raja mengetahui asal-usul Jaka, Raja memerintah Jaka untuk tinggal di Istana, beserta dengan ibu dan saudara angkatnya. Ia juga diperintahkan untuk berjodoh dengan cucu Raja Ong Te yang bernama Siti Tumiyan.

Kemudian Jaka juga dititah untuk menikahi Keng Mu Wah. Mereka semua hidup rukun di Istana dan nama Raden Jaka Prabangkara makin terkenal ke berbagai penjuru dunia.

Cerita rakyat pendek Jawa Timur Keong Mas

Cerita rakyat Jawa Tengah selanjutnya adalah Keong Mas. Keong Mas merupakan kisah dari seorang raja bernama Kertamarta yang memiliki dua anak gadis. Kedua anak perempuan tersebut bernama Dewi Galuh dan Candra Kirana.

Dahulu kala, ada seorang pangeran dari negeri seberang yang jatuh hati pada Candra Kirana. Ia pun segera mengajukan pinangan dan diterima langsung oleh Candra Kirana.

Namun ternyata, Dewi Galuh merasa iri hati melihat kebahagiaan sang saudari. Galuh merasa bahwa dirinya yang lebih pantas mendapat cinta sang pangeran. Ia pun dengan liciknya berencana untuk menyingkirkan Candra Kirana dari kerajaan.

Suatu hari, seorang nenek sihir muncul ketika Candra Kirana sedang menyusuri pantai sambil menikmati pemandangan. Ia menyihir Candra Kirana menjadi sebuah keong yang berwarna emas dan membuangnya ke laut. Untuk menyingkirkan kutukan keong mas ini, maka Candra Kirana harus bertemu dengan sang Pangeran.

Keong Mas yang tersapu ombak akhirnya ditemukan oleh seorang nenek tua. Ia pun dibawa pulang oleh si nenek untuk dipelihara. Tanpa diketahui Si Nenek, Keong Mas dapat berubah menjadi manusia ketika tidak ada siapa-siapa di rumah.



Di saat Si Nenek pergi, Keong Mas akan memasak dan membersihkan rumah. Si Nenek tentu merasa kaget dan mencari tahu siapa sebenarnya orang baik hati yang melakukan hal tersebut.

Suatu hari, Si Nenek berpura-pura pergi ke laut dan kemudian mengintip di saat Keong Mas berubah wujud jadi manusia untuk membersihkan rumahnya. Si Nenek pun menghampiri Candra Kirana, meminta penjelasan dan informasi terkait si gadis. Dan, terkuaklah bahwa Keong Mas merupakan putri kerajaan bernama Candra Kirana yang dikutuk orang jahat.



Di saat bersamaan, Sang Pangeran sedang mencari Candra Kirana. Ia berkeliling keluar masuk hutan untuk bertapa, berdoa agar Candra Kirana masih hidup.

Saat masuk ke sebuah hutan, bekal makanannya habis. Ia segera mencari rumah terdekat dan ternyata di situlah rumah tempat Keong Mas dipelihara oleh Si Nenek. 


Mereka kembali bertemu dan akhirnya pulang ke kerajaan untuk melangsungkan pernikahan.

Cerita rakyat pendek sebelum tidur dari Jawa Barat tentang Ciung Wanara

Diceritakan ketika Prabu Adimulya Permanadikusuma memerintah Kerajaan Galuh, la berkeinginan untük menjalani hidup sebagai pertapa, sehingga Pemerintahan Galuh diserahkan kepada Prabu Bondan Sarati. Prabu Adimulya memulai kehidupan sebagai pertapa bergelar Pandita Ajar Sukaresi.

Kerajaan Galuh di bawah perintah Prabu Bondan Sarati ternyata mengalami kemunduran. Rakyat sangat menderita, karena raja memerintah dengan sewenang-wenang.

Sementara Itu, Pandita Ajar Sukaresi terkenal semakin sakti. Untuk menguji kesaktiannya, Prabu Bondan Sarati meminta Pandita Ajar Sukaresi untuk menebak isi kandungan Dewi Naganingrum, istri Prabu Bondan Sarati. Pandita Ajar Sukaresi tahu bahwa istrinya tidak mengandung, tetapi ia mengatakan bahwa Dewi Naganingrum mengandung bayi laki-laki, yang kelak akan menyaingi Prabu Bondan Sarati. 

Mendengar hal itu, Prabu Bondan Sarati kemudian membuang Dewi Naganingrum ke hutan dan berpesan kepada Paman Lengser untuk membunuh bayinya, jika telah lahir nanti. 

Singkat cerita, Dewi Naganingrum melahirkan seorang bayi laki-laki. Namun, Paman Lengser tidak tega membunuh bayi itu. Akhirnya, la memasukkan bayi itu ke dalam peti dengan dibekali telur dan keris, kemudian dihanyutkan di Sungai Citanduy.

Alkisah, bayi yang dihanyutkan oleh Paman Lengser tersebut, ditemukan nelayan yang bernama Aki Balangantrang. Telur ayam yang menyertainya juga dirawatnya, hingga menetas menjadi ayam jantan. Aki Balangantrang, memberi nama bayi tersebut dengan nama Ciung Wanara.

Pada saat itu, Kerajaan Galuh sedang mengadakan sayembara sabung ayam yang berhadiah setengah wilayah kerajaan. Ciung Wanara sangat tertarik dengan sayembara itu. la pun mendaftarkan diri untuk mengikuti sayembara tersebut. 

Selanjutnya, ayam Ciung Wanara berhasil mengalahkan ayam Prabu Bondan Sarati. Akan tetapi, Sang Prabu mengingkari janjinya. Bahkan ia memerintahkan untuk menangkap Ciung Wanara dan memasukkannya ke dalam kerangkeng.

Ketika kerangkeng sudah siap, ia memeriksanya dengan masuk ke dalamnya. Seketika itu juga Ciung Wanara beraksi dengan cepat menutup kerangkeng. Prabu Bondan Sarati terjebak di dalamnya. Melihat peristiwa ini, seluruh rakyat Kerajaan Galuh bersuka cita. Lalu, Ciung Wanara diangkat menjadi raja di Kerajaan Galuh.

Cerita dongeng pendek Situ Bagendit dari Jawa Barat

Pada zaman dahulu kala, hiduplah seorang perempuan kaya raya bernama Nyai Bagendit. Ia merupakan penduduk di salah satu desa yang terletak di Jawa Barat. Sayangnya, Nyai Bagendit hidung sebatang kara. Ia hidup seorang diri dengan kekayaan melimpah yang merupakan warisan dari suaminya yang sudah tiada.

Dari kekayaan tersebut, Nyai Bagendit seringkali takut untuk jatuh miskin. Ia tidak ingin mengeluarkan biaya yang besar terhadap suatu kebutuhannya. Bahkan ia juga tidak pernah menyumbangkan kekayaannya itu pada yang membutuhkan. Oleh sebab itu, Nyai Bagendit dikenal sebagai sosok yang kikir. Terlebih lagi, perangainya yang kurang ramah kepada warga sekitar.

Nyai Bagendit mau membantu warga yang sedang kesulitan dengan syarat uang pengganti yang disertai bunga yang sangat tinggi. Lalu, apabila warga telat membayar utang tersebut, maka mereka akan diperlakukan kasar oleh orang suruhan Nyai Bagendit, untuk disita sisa kekayaannya.

Ditambah lagi dengan sifatnya yang suka memamerkan harta kekayaan kepada warga sekitar. Sikap buruk Nyai Bagendit tersebut membuatnya tidak disukai oleh warga sekitar. 

Pada suatu hari, Nyai Bagendit sedang duduk bersantai di halaman rumahnya sambil menghitung kekayaan uang dan emasnya. Datanglah seorang kakek tua berbaju lusuh yang berjalan dengan bantuan tongkat.

Kakek tersebut merupakan pengembara yang ingin meminta sedikit air minum dari Nyai Bagendit. Namun, Nyai Bagendit menolak keras dan memaki kakek tersebut dengan perkataan kasar lalu lantas mengusirnya.

Mendapat perlakuan yang tidak mengenakkan, kakek tersebut merasa sedih dan sakit hati. Ia lalu menghentakkan dan menancapkan tongkatnya di depan rumah Nyai Bagendit sambil mengingatkan wanita kaya tersebut akan karma yang diterimanya.

Melihat hal tersebut Nyai Bagendit tidak mengambil pusing dan hanya menanggapinya dengan tertawa mengejek. Ia pun masuk ke dalam rumah tidak menghiraukan si Kakek.

Setelah itu, kakek tersebut mencabut tongkat yang ditancapkannya. Dari lubang tancapan tersebut, muncullah pancuran air yang sangat deras. Air tersebut mengalir kencang hingga menyebabkan banjir pada desa yang ditempati Nyai Bagendit. Para penduduk desa pun berlarian untuk menyelamatkan diri.

Sementara itu kakek pengembara menghilang entah ke mana. Nyai Bagendit terlambat menyadari kedatangan banjir dan lebih memilih untuk menyelamatkan pundi-pundi kekayaannya.

Akhirnya, Nyai Bagendit pun meminta pertolongan sembari membawa sekotak uang dan emas. Naasnya tidak ada orang yang mendengar Nyai Bagendit karena warga sudah menyelamatkan diri terlebih dahulu.

Nyai Bagendit pun tenggelam bersama seluruh kekayaannya dan banjir pun semakin meluap sampai akhirnya membentuk sebuah danau. Kemudian danau atau situ tersebut diberi nama Situ Bagendit.

Cerita dongeng Cindelaras dan Ayam Saktinya dari Jawa Tengah

Pada zaman dahulu, di sebuah kerajaan bernama Jenggala, tinggal seorang raja bernama Raden Putra beserta permaisuri dan selirnya.

Kehidupan mereka di kerajaan berjalan cukup damai dan harmonis. Meskipun begitu, ternyata sang selir memiliki perasaan iri kepada permaisuri raja.

Sang selir yang memiliki sifat licik kemudian berusaha membuat fitnah yang menyudutkan sang permaisuri. Ia berpura-pura jatuh sakit dan menuduh bahwa permaisuri telah meracuninya. 

Akibat tuduhan yang dilakukan sang selir, raja langsung mengusir permaisuri dari istana, tanpa tahu menyelidiki kebenaran dari ucapan selir tersebut.

Ironisnya, permaisuri yang saat itu diusir, ternyata sedang mengandung anak sang raja. Bahkan sang raja juga memerintahkan hukuman mati kepada sang permaisuri.

Patih yang kala itu diperintahkan raja untuk membawa pergi dan membunuh permaisuri di hutan, pun mengetahui rencana jahat selir. Sehingga ia merasa iba dan membiarkan permaisuri untuk tetap hidup.

Beberapa bulan berlalu, permaisuri melanjutkan hidupnya di hutan. Ia juga, sudah melahirkan seorang putra, yang diberi nama Cindelaras. 

Cindelaras lahir dengan keistimewaan. Ia tumbuh sebagai orang yang mampu dekat dan berkomunikasi dengan semua binatang.

Suatu hari, Cindelaras menemukan sebuah telur ayam. Kemudian ia pun merawat telur tersebut sampai menetas. Saat ayamnya tumbuh, Cindelaras menyadari bahwa ayam yang selama ini dirawat merupakan ayam sakti.

Ayam tersebut mampu berkokok dan berbicara, “Kukuruyuk, Tuanku Cindelaras, rumahnya di dalam hutan belantara, atap rumahnya terbuat dari daun kelapa, ayahnya Raden Putra Raja Jenggala”. Selain itu, ayam tersebut juga sangat sakti jika diadu dan kerap kali menang.

Kehebatan yang dimiliki ayam Cindelaras ini pun terdengar hingga ke telinga Raden Putra. Raja tersebut meminta Patih mengundang Cindelaras ke istana untuk mengadu ayamnya.

Rasa penasaran Raden Putra semakin membesar dengan sosok Cindelaras setelah ayam jagoannya dikalahkan telak oleh ayam sakti milik Cindelaras. Bahkan ia pun dibuat terkejut dengan bunyi kokok ayam Cindelaras.

Oleh sebab itu, Raja kemudian mengakui Cindelaras sebagai anaknya serta membawa pulang Cindelaras dan sang permaisuri kembali ke istana.

Sang raja yang merasa bersalah kemudian mengusir sang selir licik tersebut dari istana. Kemudian mereka bertiga hidup bahagia.

Cerita rakyat pendek Jawa Tengah Timun Mas

Mbok Sirni adalah wanita tua yang tinggal sebatang kara. Suaminya sudah lama meninggal dan ia tidak memiliki anak sama sekali. Sehari-harinya, Mbok Sirni melakukan kegiatan bertani sayur-sayuran di kebun sekitar rumah. Lalu, ia akan menjualnya ke pasar.

Setiap hari Mbok Sirni juga tak lupa untuk selalu memohon kepada Tuhan agar dikaruniai seorang anak. 

Hingga suatu hari, saat sedang berdo'a, rumahnya didatangi raksasa bermuka hijau bernama Buto Ijo. Raksasa tersebut menawarkan suatu hal yang menggiurkan hati Mbok Sirni.

"Aku bisa memberimu anak, tapi dengan satu syarat. Setelah berusia enam tahun, anak itu harus kamu berikan lagi kepadaku," ucap Buto Ijo.

Tanpa berpikir lebih lanjut, Mbok Sirni pun menyetujui tawaran tersebut. 

Kemudian, Buto Ijo memberikan Mbok Sirni sebuah bibit timun untuk ditanam. Ia menjelaskan bahwa salah satu dari timun itu akan tumbuh timun paling besar berwarna emas. Timun itulah yang berisi bayi.

Dan benar saja! Dua minggu setelah bibit timun ditanam, Mbok Sirni menemukan timun berwarna emas yang paling besar diantara timun lainnya.

Ia pun bergegas membelah timun emas tersebut. Dengan penuh rasa terkejut, Mbok Sirni menyaksikan seorang bayi perempuan berbaring dan menggeliat di dalam timun tersebut. Ia pun mengucap rasa syukur dan kemudian memberi bayi tersebut nama Timun Emas.

Beberapa tahun berlalu, Timun Emas pun beranjak besar di bawah asuhan Mbok Sirni. Keduanya selalu bersama sampai tiba saatnya Buto Ijo datang untuk mengambil Timun Emas. 

Mbok Sirni sangat menyayangi Timun Mas, merasa tak rela untuk mengembalikan anak tersebut kepada sang raksasa. Ia lalu berdo'a akan kebersamaan mereka berdua. Kemudian, datanglah seorang pertapa yang memberinya bungkusan kecil berisi biji mentimun, jarum, garam, dan terasi.

Sang pertapa menyarankan barang-barang tersebut untuk segera diberikan ke Timun Emas. Hal ini dilakukan untuk menghindari dan melindungi dari dari Buto Ijo.

Saat Buto Ijo sibuk mengejar Timun Emas, satu persatu isi bungkusan tersebut ditabur ke tanah, sehingga menghalangi langkah Buto Ijo. Kemudian, bungkusan terakhir berisi terasi yang ditabur ke arah Buto Ijo berubah menjadi lumpur panas hingga Buto Ijo berhasil dikalahkan.

Timun Emas pun terbebas dari kejaran Buto Ijo. Ia berjalan ke rumah dan kembali hidup bahagia bersama Mbok Sirni.

Cerita dongeng fiksi pendek Bawang Merah Bawah Putih

Alkisah, hiduplah Bawang Putih bersama ibu dan saudara tirinya, yang bernama Bawang Merah. Ibu Bawang Putih telah meninggal ketika ia masih bayi. Kemudian ayahnya menikah lagi dengan wanita lain dan memiliki anak bernama Bawang Merah.

Naasnya, tak jauh dari waktu tersebut, ayahnya pun ikut meninggal. Setelah itu, kehidupan Bawang Putih berjalan amat menyedihkan. 

Dalam sehari-hari, Bawang Putih selalu diminta untuk memasak, membersihkan rumah, dan mengerjakan seluruh pekerjaan rumah termasuk mencuci baju.

Suatu hari, ketika sedang mencuci, baju ibu tiri Bawang Putih hanyut dalam arus sungai. Bawang Putih pun merasa panik dan bingung.

Di tengah kepanikannya itu, datanglah seorang nenek yang berkata bahwa ia menyimpan baju tersebut. Nenek tua itu berkata akan mengembalikannya dengan satu syarat. Ia berkata bahwa Bawang Putih harus membantunya mengerjakan pekerjaan rumah. Mau tidak mau, Bawang Putih pun menuruti permintaan tersebut.

Setelah selesai membersihkan rumah Si Nenek, Bawang Putih pun mendapatkan kembali baju ibu tirinya. Tak hanya itu, Si Nenek itu juga memberinya hadiah. 

Bawang Putih harus memilih salah satu labu untuk dibawanya pulang ke rumah. Ada labu besar dan labu kecil. Bawang Putih memilih yang kecil sebab ia merasa lebih mudah membawanya. 

Sesampainya di rumah, ia segera merapikan segala peralatan kebersihan yang dipakai. Lalu, ia bergegas membelah labu kecil tersebut. Betapa terkejutnya ia dan keluarga tirinya, melihat labu yang berisi banyak perhiasan.

Keesokan harinya, Bawang Merah melakukan hal yang sama seperti Bawang Putih. Ia berpura-pura menghanyutkan pakaiannya. 

Ia pun bertemu dengan Nenek tua tersebut dan mencoba hal-hal yang dilakukan Bawang Putih. Kemudian, sebagai imbalan, ia memilih labu yang besar. Namun, saat dibuka labu itu justru berisi ular.

Bawang Merah dan ibunya pun sadar hal itu adalah bentuk teguran dari Tuhan sebab perilaku mereka yang memperlakukan Bawang Putih layaknya seorang pembantu. Mereka mengakui semua kesalahannya selama ini pada Bawang Putih dan meminta maaf.

Cerita dongeng anak sebelum tidur tentang Putri Malu dan Cermin Ajaib

Pada zaman dahulu, terdapat sebuah istana yang dikelilingi oleh ladang gandum yang subur. Di dalam istana tersebut, hiduplah seorang Putri yang dikenal oleh sebagai putri buruk rupa. Julukan tersebut dikarenakan ia memiliki cacat pada bagian wajahnya sejak lahir. 

Putri Raja ini bernama Kira, yang artinya cahaya matahari. Sedari kecil, sang putri hidup ditemani oleh pengasuh yang setia. Ibundanya sudah meninggal ketika melahirkannya ke dunia ini.

Walaupun wajahnya buruk rupa, Kira memiliki hati dan kepribadian yang sangat baik. Ia kerap menolong orang yang kesulitan dan sesama makhluk hidup lainnya. Sang Putri akan dengan rela membantu apa saja yang dapat dia lakukan. 

Berkat kebaikannya itu, banyak orang yang suka dengan dirinya. Meskipun begitu, Kira masih terlalu malu untuk bisa pergi keluar rumah dia siang hari. Padahal, ia sangat ingin bermain dengan teman sebayanya, tetapi ia tidak nyaman dengan rupa wajahnya.

Alhasil, ia selalu mengurung diri di dalam kamar saat siang hari. Sang putri hanya akan keluar ketika malam tiba, di saat penduduk desa sudah pergi ke alam mimpi. Oleh karenanya, banyak orang tidak tahu seperti apa wajahnya hingga menjulukinya sebagai “Putri Malu”.

Suatu hari di malam bulan purnama, Putri Kira memberanikan diri keluar dari istana. Ia melangkah agak jauh dari istana, kemudian duduk di bawah pohon rindang. Di sana, Kira merenung sambil memandangi langit dan bulan purnama serta gemerlap bintang. Ia merasa malang atas nasibnya yang terlahir sebagai putri berwajah buruk rupa.

“Hai bintang, bolehkah aku meminta sesuatu padamu?” Kira mendongak penuh harap pada langit.

“Bisakah aku berubah menjadi cantik seperti gadis-gadis lainnya?” lanjutnya memohon.

Kemudian, Sang Putri menangis sambil berharap agar doanya dikabulkan oleh langit. Tiba-tiba saja angin berhembus begitu kencang. Dedaunan tertiup angin dan saling bergesekan. Putri Kira lalu merasa kedinginan dan pulang ke istana.

Dalam perjalanan pulang, ia menginjak sebuah benda. Kira lalu memungut benda tersebut, yaitu sebuah cermin dengan ukiran memikat. Putri Kira bingung mengapa ada cermin sebesar wajahnya di luar kamar. Setelah masuk ke dalam kamar, Kira mencermati wajahnya di depan cermin itu.

“Wahai cermin, bisakah kau merubah wajahku menjadi cantik seperti gadis lainnya?” 

Tak lama dari ucapan tersebut, tiba-tiba muncullah seorang peri cantik dari balik cermin. Gaunnya putih panjang, rambut pirang, dan memakai mahkota berlian. Ia tersenyum sambil melihat wajah Putri Kira.

“Tuan putri, tahukah kau? Bahwa kau adalah gadis paling cantik di seluruh negeri ini. Kau memiliki hati yang mulia, dan sering menolong orang yang kesusahan. Sebentar lagi kau akan menerima hadiah dariku”. 

Triing!

Putaran tongkat ajaib dari peri tersebut kini mengubah wajah Putri Kira menjadi lebih cantik dan menawan. Berkat kesabaran Putri Kira, malam itu juga wajahnya berubah menjadi cantik jelita. Ia pun semakin berani dan dikagumi oleh penduduk seluruh kerajaan.

Cerita pendek dongeng Anak Gembala dan Serigala

Alkisah, hiduplah seorang anak gembala yang bekerja pada saudagar kaya. Ia bekerja sehari-hari dengan merawat serta menjaga seluruh domba majikannya. 

Selama menjalani tugasnya, majikan anak tersebut selalu berpesan padanya jika ada serigala yang mendekat, maka ia bisa berteriak meminta tolong kepada warga desa setempat.

Memiliki kegiatan rutin yang hanya menjaga domba di tepi hutan membuat anak gembala itu merasa bosan. Ia pun terbesit untuk melakukan tindakan jahil yang tak terduga.

Sang anak tiba-tiba berteriak, “Tolong! Ada serigala di sini, tolong!”

Mendengar teriakan meminta tolong tersebut, warga desa berbondong-bondong datang menghampiri dan berniat menolong anak tersebut dari serigala. Namun sesampainya di dekat sang anak, ternyata anak gembala hanya bergurau dan menjelaskan ia berteriak karena bosan. Mendengar hal itu, warga merasa kesal lalu berjalan pulang.

Kemudian, selang beberapa hari kemudian anak gembala tersebut kembali bercanda berteriak meminta tolong sebab adanya serigala. Lagi-lagi, warga tertipu dan merasa kesal sebab si anak gembala hanya tertawa melihat wajah tegang warga yang merasa khawatir.

Sampai pada suatu sore, datanglah segerombolan serigala yang memangsa domba yang si anak. Sebab merasa takut, si anak gembala langsung berteriak meminta tolong. Sayangnya, kali ini tidak ada satupun warga yang datang menolongnya. Para warga sudah tidak percaya lagi dengannya.

Kawanan serigala berhasil menghabisi banyak domba dan membawa masuk sisanya ke dalam hutan. Kejadian tersebut membuat si anak gembala menyesal dan berjanji tak akan mengulangi perbuatannya lagi.

Dongeng anak singkat Kura-Kura yang Sombong

Pada suatu hari, hiduplah seekor kura-kura yang sombong. Ia merasa dirinya lebih pantas untuk terbang dibandingkan berjalan di daratan dan berenang di perairan. Selanjutnya, ia juga merasa jengkel sebab memiliki tempurung keras, yang membuat tubuhnya terasa begitu berat.

Saat itu, sehabis kura-kura berenang menyusuri sungai, ia mendongak menatap langit. Melihat sekawanan burung yang terbang di bebas di langit, semakin membuat rasa kesal dan jengkelnya membara. 

Sehabis itu, kura-kura pun menghampiri seekor angsa di dekat sungai. Ia meminta si angsa untuk membantunya terbang. Mendengar permintaan tersebut, angsa pun setuju. Ia mengusulkan agar si kura-kura berpegangan pada sebatang kayu yang akan diangkatnya.

Sebab tangan kura-kura agak lemah dan pendek, ia menggunakan mulutnya yang lebih kuat untuk mencengkeram kayu. Ia pun akhirnya bisa terbang dan merasa bangga.

Melihat teman-temannya yang tengah berenang, ia ingin menyombongkan diri. Sayangnya, ia lupa bahwa mulutnya harus terus dipakai untuk menggigit kayu. Nasib naas terjadi. Kura-kura pun terjatuh dengan keras. Beruntung, ia selamat berkat tempurung yang pernah dibencinya.

Cerita pendek tentang hewan Burung Bangau yang Angkuh

Suatu hari, hiduplah seekor bangau yang begitu anggun. Ia berjalan dengan langkah yang pelan di sepanjang sebuah sungai kecil. Kedua matanya menatap air sungai yang jernih. Leher dan paruhnya yang panjang siap siaga untuk menangkap ikan di air sebagai menu makan paginya.

Kala itu, sungai dipenuhi dengan ikan-ikan yang berenang, tetapi sang Bangau merasa sedikit angkuh di pagi hari itu.

"Aku tidak mau makan ikan-ikan yang kecil begitu," elaknya kepada diri sendiri. "Ikan yang kecil tidak pantas untuk dimakan oleh bangau yang anggun sepertiku."

Tak lama kemudian, melintaslah seekor ikan yang sedikit lebih besar dari ikan lain, lewat di dekatnya.

"Tidak," seru sang Bangau. "Aku tidak akan merepotkan diriku untuk membuka paruh dan memakan ikan sebesar itu!"

Saat matahari mulai meninggi, ikan-ikan yang berenang di air dangkal dekat pinggiran sungai, mulai berenang pindah ke tengah sungai yang lebih dalam dan dingin. 

Akhirnya, Sang Bangau yang tidak melihat ikan lagi di dekatnya, terpaksa harus puas dengan memakan siput kecil di pinggiran sungai.

Dongeng pendek anak SD sebelum tidur Kisah Putri Bulan dan Pangeran Matahari

Alkisah, hiduplah seorang putri dari Kerajaan Malam, bernama Bulan. Sementara itu, hadir juga Matahari, seorang pangeran dari Kerajaan Siang.

Keduanya banyak dikenal dan dipuja-puja banyak orang. Hal ini dikarenakan Bulan yang merupakan seorang gadi cantik dengan sikapnya yang lembut, dan selalu menerangi dunia di waktu gelap. Bulan merupakan sosok yang penuh anggun dan elegan, sayangnya ia tidak bisa setiap hari memperlihatkan wujud dirinya selalu.

Di sisi lain, Matahari adalah sosok yang dipuja akan kemegahannya. Ia terlihat begitu indah dengan pancaran sinar di sekitarnya. Matahari bahkan dianggap sebagai pusat kehidupan sebab merupakan pemimpin yang penuh kehangatan. Banyak orang ingin selalu berada di dekatnya. 

Dikisahkan bahwa keduanya saling merasa penasaran. Ketika Matahari menduduki singgasananya di Kerajaan Siang, maka Bulan akan mengagumi sosok tersebut di balik awan. Begitu juga Matahari yang ikut mengagumi keindahan Bulan selama ia memimpin Kerajaan Malam.

Lambat laun, rasa penasaran tersebut berubah menjadi cinta yang tulus. Tanpa sadar, keduanya bergerak mendekat untuk mengagumi sosok masing-masing.

“Aku tidak ingin berpisah denganmu. Sebab aku selalu ingin dipeluk oleh sinar terang dan hangatmu itu,” adu Bulan.

“Bulan yang cantik, aku pun sama denganmu. Aku juga tidak ingin kita berpisah. Aku selalu ingin menikmati keelokanmu di malam hari ini,” timpal Matahari.

Namun, ketika Bulan dan Matahari bersama-sama, dunia yang tadinya terang kini berubah gelap gulita. Hal ini mengakibatkan semua manusia keluar rumah, menyaksikan apa yang terjadi pada penguasa kerajaan tersebut.

Mereka merasa kagum dengan fenomena tersebut, tetapi mereka juga bingung. Bagaimana jika Bulan dan Matahari bersanding? Apakah dunia akan terus gelap gulita?

Hal ini pun menyadarkan Bulan dan Matahari.

“Putri Bulan yang cantik, jangan bersedih. Kita berdua memiliki tugas mulianya masing-masing, sehingga kita tidak bisa bersanding terus menerus. Namun, jangan khawatir. Aku akan terus memperhatikanmu dari jauh,” Matahari tersenyum mencoba menghibur.

“Kelak akan ada hari di mana kita bisa bersanding kembali meskipun hanya sebentar, ya,” lanjut Matahari.

Mendengar hal tersebut, Putri Bulan pun mengerti. Lalu keduanya berpisah dan kembali ke singgasana kerajaan masing-masing. Begitulah terus menerus hingga alam semesta berakhir.

Bulan dan Matahari terus mencintai dan saling memperhatikan dari jauh. Meskipun hanya dipertemukan sesekali dan dalam waktu singkat saja, tampaknya mereka sudah cukup puas. Sebab cinta mereka abadi, seperti semua orang juga mencintai mereka.

Cerita dongeng anak Putri Kaguya dan Kaisar

Di suatu desa terpencil, hiduplah sepasang suami istri yang sudah berumur tua. Seorang kakek yang bekerja sebagai pengrajin bambu dan istrinya. 

Suatu hari, saat sang Kakek sedang menebang bambu untuk dijadikan meja, ia melihat ada keanehan dari bambu yang dipotongnya. Pangkal bambu tersebut tampak bersinar terang. 

Karena penasaran, Sang Kakek lalu membelah bambu tersebut dengan rasa gemetar. Betapa terkejutnya ia sebab di dalam bambu terdapat seorang anak perempuan mungil. Sang Kakek pun tergopoh-gopoh menggendong anak itu menuju rumah.

Sejak itu, pasutri renta itu merawat si anak perempuan mungil itu dengan telaten dan bahagia. Ajaibnya, kehadiran anak perempuan mungil itu selalu membawa keberuntungan bagi keluarga kecil tersebut. 

Tiap kali sang Kakek menebang bambu, selalu saja ditemukan emas di dalamnya. Kondisi itu membuat pasutri tersebut menjadi kaya raya. Sebagai rasa terima kasih, mereka pun membesarkan anak perempuan itu hingga tumbuh menjadi gadis cantik jelita. Masyarakat sekitar memanggilnya dengan nama Putri Kaguya. 

Saat Putri Kaguya menginjak dewasa, Kakek dan Nenek berniat menikahinya dengan pria yang terbaik. Akan tetapi, tak ada satupun calon yang dirasa cocok untuk bersanding dengan Putri Kaguya. Calon-calon tersebut tumbang dan hingga tersisa lima orang lelaki.

Setelah berpikir panjang, Putri Kaguya memutuskan untuk menerima salah satu dari lima orang lelaki itu dengan satu syarat.

Ia meminta para pria tersebut memberikan barang-barang yang sangat diinginkannya. Sayangnya, tidak ada satupun lelaki yang mampu memenuhi permintaan tersebut. 

Hingga akhirnya, seorang kaisar yang tinggal di kerajaan seberang mendengar berita tersebut. Ia merasa sangat penasaran dan ingin sekali bertemu Putri Kaguya.

Namun, Putri Kaguya tidak mau menemuinya. la selalu menghindar dari pertemuan dengan Kaisar. Tampaknya ada sesuatu yang ingin disembunyikan oleh Putri Kaguya. 

Hari demi hari pun berlalu, hingga musim gugur tiba. Suatu hari, Putri Kaguya merasa sangat kesepian dan merasa bersalah pada Kaisar. Ia memandangi langit sambil meneteskan air mata. 

Setiap malam Putri Kaguya terus saja menangis. Sebab tidak mampu menyembunyikan lagi kesedihannya, Putri Kaguya pun bersedia menemui Kaisar. 

Ia bercerita pada Kaisar bahwa sebenarnya ia berasal dari bulan. Kemudian, tepat di bulan ke-8 tanggal 15, makhluk bulan akan menjemputnya. 

Setelah mendengar cerita tersebut, Kaisar pun berusaha melindungi Putri Kaguya. Ia melakukan hal tersebut sebab rasa cinta yang hadir di hatinya. Kaisar telah jatuh hati pada Putri Kaguya. 

Sang Kaisar mengirim pasukan untuk menjaga Putri Kaguya agar terhindari dari jemputan makhluk bulan. Namun sekuat apapun pasukan yang dikirim, ternyata tidak mampu mencegah makhluk bulan menjemput Putri Kaguya. 

Putri Kaguya pun menangis karena harus berpisah dengan Kaisar. Sebagai balasan rasa cintanya, Putri Kaguya lalu memberikan ramuan hidup kekal untuk Kaisar. Kaisar bersedih hati, merasa pemberian ramuan tersebut sia-sia. Ia merasa hidup kekal tak ada artinya bila tidak ada Kaguya di sampingnya.

Kaisar yang sangat kehilangan Putri Kaguya lalu memerintahkan pasukannya untuk membakar ramuan tersebut di puncak Gunung Fuji. 

Konon, katanya hal tersebutlah yang membuat Gunung Fuji mengeluarkan asap. Asap tersebut dianggap melambangkan cinta abadi Putri Kaguya dan Kaisar hingga kini. 

Dongeng sebelum tidur untuk anak Asal Usul Padi

Dahulu kala, di Tanah Karo, Sumatera Utara terjadi kemarau yang begitu panjang. Beru Dayang seorang anak laki-laki yang sudah yatim, bahkan meninggal sebab kelaparan yang dideritanya. Sang ibu pun merasakan sedih yang berlarut-larut sampai memutuskan terjun ke sungai yang dalam.

Beberapa waktu berlalu, musim kemarau belum juga berakhir. Tiba-tiba, seorang anak kecil menemukan buah berbentuk bulat, berukuran seperti labu. Buah tersebut sangat asing. Anehnya, tidak ada satu orang pun yang tahu jenis buah itu, bahkan raja pun demikian.

Saat seluruh warga berkumpul, mereka mendengar suara dari langit berkata bahwa buah itu merupakan jelmaan dari si Beru Dayang. Suara itu juga memerintahkan para warga untuk menanam buah tersebut untuk menghilangkan kelaparan yang ada. Ia juga meminta dipertemukan dengan ibunya yang menjelma menjadi ikan.

Raja pun memerintahkan warga desa untuk segera menanam buah tersebut dan memanennya setelah tiga bulan. Buah itu lalu dijemur, ditumbuk, dan dimasak. 

Hingga akhirnya, rupa buah tersebut dapat dikenali. Buah tersebut merupakan padi. Untuk mempertemukan si Beru Dayang dengan ibunya, masyarakat Tanah Karo menyantap makanan bersama ikan.

Dongeng anak penuh pesan moral Keberanian Putri Salma

Pada zaman dahulu, tinggallah seorang Putri bernama Salma dengan Raja dan Ratu di sebuah kerajaan yang indah. Putri Salma adalah sosok yang baik hati, begitu juga dengan ayah dan ibunya. Ayah dari Putri Salma merupakan Raja dari Kerajaan Makmurda. Kerajaan tersebut merupakan kerajaan yang sangat luas dengan para rakyatnya yang hidup damai dan sejahtera.

Namun, kedamaian itu tiba-tiba terusik sebab kedatangan pasukan dari kerajaan Jahati. Pasukan dari kerajaan Jahati ingin menguasai wilayah kerajaan Makmurda. 

Pengawal kerajaan Makmurda berusaha keras menyelamatkan raja, permaisuri, dan Putri Salma. Mereka lalu membawa ketiganya menuju hutan yang tidak jauh dari istana, agar terhindar dari serangan pasukan Jahati. 

Raja, permaisuri, dan Putri Salma pun hidup di hutan selama beberapa hari. Hingga akhirnya, perbekalan mereka mulai menipis. Hal ini membuat Putri Salma memberanikan diri keluar dari hutan untuk mencari makanan di sekitar istana.

Melihat Sang Putri yang kini datang ke istana, para prajurit pun sangat terkejut. Mereka khawatir akan keselamatan putri kerajaan tersebut. 

Selanjutnya, Putri Salma menyampaikan maksudnya untuk ikut berperang menyelamatkan kerajaan. Tentunya para prajurit melarang keras, tetapi akhirnya Putri Salma pun diizinkan ikut berperang melawan pasukan Jahati. 

Melihat keberanian Putri Salma yang berkobar, semangat prajurit Makmurda pun semakin membara. Akhirnya, prajurit kerajaan Makmurda berhasil mengalahkan pasukan kerajaan Jahati. Sebagai wujud syukur atas kemenangan pasukan kerajaan Makmurda, raja menyedekahkan semua hartanya untuk kemakmuran rakyat.

Dongeng pendek untuk anak SD Putri Sejati

Di sebuah istana yang megah, hiduplah seorang pangeran yang sangat ingin menikahi seorang Putri Raja. Namun, ia menginginkan sosok Putri yang sempurna, yakni yang benar-benar putri sejati. 

Untuk itu, Sang Pangeran mulai mengelilingi semua kerajaan guna mencari putri sejati. Sayangnya, percobaan itu tidak membuahkan hasil.

Setiap putri yang ia temui selalu ada yang tidak sempurna dan tak sesuai keinginannya. Sang Pangeran merasa putus asa. Akhirnya, ia kembali ke istananya dengan perasaan kecewa. 

Pada suatu malam, turunlah hujan badai menyiram seluruh sudut kerajaan. Semua orang masuk ke rumah. Badai malam itu sungguh menakutkan. 

Tiba-tiba ada seseorang mengetuk pintu istana. Siapakah yang bertamu di malam yang berhujan deras seperti ini? Raja beranjak membuka pintu untuk tamu tersebut. 

Di depannya berdiri seorang gadis yang sangat cantik dengan pakaian yang basah kuyup. Wajahnya terlihat pucat pasi dengan tubuhnya yang menggigil kedinginan. Air mengalir dari rambut dan pakaiannya yang basah hingga ke kaki dan sepatunya. 

Kemudian, dengan suaranya terbata-bata, gadis itu mengaku kalau dirinya adalah Putri sempurna. Mendengar itu, Sang Raja menyuruh Sang Ratu untuk mempersilakan gadis misterius itu masuk.

"Kami akan segera tahu apakah yang dikatakan oleh gadis itu benar atau tidak," pikir sang Ratu. Ia lalu mengajak gadis tersebut masuk ke dalam kamar tidur tamu.

Diam-diam, Sang Ratu meletakkan sebutir kacang polong di bawah kasur. Lalu mengambil dua puluh kasur dan meletakkannya di atas sebutir kacang tersebut. Malam itu sang Putri akan tidur di atas ranjang tersebut. 

Di pagi hari, mereka menanyakan apakah sang Putri tidur nyenyak di malam itu. 

"Oh, aku sangat susah tidur!" tukas sang Putri, "Aku sangat sulit memejamkan mataku sepanjang malam! Aku tidak tahu apa yang ada di bawah kasur yang aku tiduri. Aku seperti berbaring di atas sesuatu benda yang kasar, dan seluruh tubuhku sakit. Rasanya sangat tidak nyaman!" 

Sang Raja dan Ratu terkejut mendengar jawaban tersebut. Bagaimana mungkin ia bisa merasakan ada sebutir kacang polong di bawah dua puluh kasur. Hanya putri sejati yang benar-benar halus hatinya yang bisa merasakan kacang polong itu. 

Pangeran kemudian menjadikannya sebagai istrinya. Akhirnya, dia menemukan putri sejati yang selama ini dicarinya. Akhirnya sang Pangeran dan Putri Sejati hidup bahagia selamanya. 

Cerita dongeng anak untuk Anak SD sampai SMP Batu di Tepi Danau Laut Tawar

Dahulu kala, hiduplah sepasang suami istri bersama anak perempuannya yang cantik jelita di Negeri Aceh. Tak hanya cantik, putri dari pasutri tersebut juga dikenal rajin dan menyayangi keluarganya.

Hal ini membuat seorang pemuda tampan ingin meminang gadis itu. Pemuda itu berasal dari keluarga terpandang yang kaya raya di negeri seberang. 

Tanpa adanya paksaan, si gadis menerima lamaran si pemuda setelah keluarganya memberi restu. Pesta pernikahan pun diselenggarakan dengan amat meriah.

Setelah beberapa hari, pemuda itu mengajak istrinya untuk pulang ke kampung halaman suami. Hati sang istri amat berat meninggalkan keluarga dan desanya. Namun, ia wajib mengikuti ajakan suami sebagai tanda bakti dan kesetiaannya

"Anakku, tinggallah di negeri suamimu," ucap sang ayah. "Ingatlah, selama di perjalanan, jangan coba-coba untuk menoleh ke belakang. Kalau kau melakukannya, kau akan menjadi batu!"

Si gadis dan suaminya pun pergi meninggalkan desa. Mereka memulai perjalanan jauh menuju negeri di seberang lautan. 

Dan tibalah mereka di Danau Laut Tawar. Di sana, mereka menaiki sebuah perahu kecil dan menyeberangi danau tersebut.

Ketika perahu menyeberangi danau, si gadis mendengar pelan suara ibunya. Suara itu berulang kali menyerukan namanya. Kejadian itu berlangsung lama. 

Akhirnya,karena merasa tidak tahan, si gadis pun memilih menoleh. Sayangnya, petaka seketika terjadi. Sesaat setelah si gadis memalingkan wajahnya ke belakang, tubuhnya berubah menjadi batu. 

Menyaksikan hal tersebut, sang suami merasa sangat bersedih hati. Bahkan, karena perasaan cinta yang mendalam, sang suami berjanji untuk selalu bersama istrinya. 

Ia lantas memohon kepada Tuhan untuk ikut mengubah dirinya menjadi batu. Setelah memohon, tubuh si pemuda tersebut ikut berubah menjadi batu. Sepasang batu itu berada di tepi Danau Laut Tawar.

Dongeng pendek Petani Serakah

Pak Petani selalu ingin mendapatkan banyak uang dari hasil taninya. Setiap musim semi, ia akan berseru kepada Tuhan, "Jika hari ini cerah, aku akan menuai gandumku."

Selanjutnya, di hari berikutnya, matahari mulai bersinar cerah. Pak Petani pun bergembira dan mulai menuai sebagian gandumnya. 

Setelah itu, ia kembali berseru kepada Tuhan lagi, "Seandainya hari ini hujan, pasti baik untuk gandumku yang lain."

Seakan mendengar ucapan Pak Petani, langit di esok harinya pun turun hujan. Hal ini membuat Pak Petani kembali berkata, "Jika hujannya lebih lebat, gandumku pasti lebih cepat tumbuh". Ajaibnya, pada hari berikutnya hujan kembali turun.

Memasuki waktu musim panas, Pak Petani mulai kembali memanen gandum dan menumpuknya menjadi satu di ladang. Selesai bekerja, Pak Petani mulai berkata, "Tuhan, seandainya Kau memberi lebih banyak hujan pasti hasil panenku jauh lebih besar dari ini."

Sayangnya, musim panas masih berlangsung di hari-hari selanjutnya. Tanah di perkebunan menjadi sangat kering tanpa adanya air yang mengalir. Padahal Pak Petani ingin segera menanam gandum. 

Ia berseru dengan kesal, "Mengapa Engkau tidak memberiku lebih banyak hujan, Tuhan? Berilah hujan sehingga aku bisa menanam gandum dan memanennya!"

Mendengar gerutu kesal Pak Petani, Tuhan kemudian menurunkan hujan yang sangat lebat hingga berhari-hari. Hujan tersebut mengakibatkan banjir yang melanda ladang Pak Petani. Seluruh gandum Pak Petani pun hanyut terbawa air.

Dongeng pendek anak Chonguita Sang Putri Monyet

Pada zaman dahulu, hiduplah seorang raja dengan tiga putra kerajaan yang tampan. Ketiga pangeran tersebut bernama Pedro, Diego, dan Juan. 

Ketiga pangeran belum menemukan jodohnya dan membuat Raja gelisah. Akhirnya, sang Raja meminta untuk meninggalkan ketiga pangeran istana dan mencari pendamping hidupnya. Mereka menerima perintah Raja untuk segera menemukan pasangan hidup. 

Berpetualanglah Pangeran Pedro, Diego, dan Juan. Mereka bertiga berkelana ke luar istana untuk segera bertemu sang putri pujaan hati. 

Sungguh petualangan yang melelahkan. Walaupun begitu, ketiga pangeran tersebut tetap bersemangat untuk mengabulkan permintaan ayahanda. 

Suatu hari, di tengah perjalanan mencari pendamping tersebut, Pangeran Juan berpapasan dengan seorang kakek tua di pinggir hutan. Kakek tua itu memberikan sepotong roti pada Pangeran Juan .

Seolah bisa membaca isi pikiran Pangeran Juan, si Kakek tua juga menyarankan Pangeran Juan bergegas pergi ke sebuah istana yang terletak di dalam hutan. Si Kakek tua berpesan untuk memberikan roti-roti yang tersebut kepada para monyet yang menjaga istana. 

Dengan langkah yang mantap, Pangeran Juan mulai pergi menuju istana yang dimaksudkan Kakek tua. 

Sesampainya di istana tersebut, Pangeran Juan segera memberikan roti yang dibawanya pada monyet penjaga gerbang istana. Ia pun dengan mudahnya masuk ke dalam istana. Meskipun begitu, rasa senang tersebut berubah menjadi ketakutan saat ia menyaksikan seekor monyet raksasa di hadapannya.

Saat ingin segera kabur menjauh, monyet raksasa tersebut memanggil nama Juan. Monyet raksasa tersebut mengetahui maksud Pangeran Juan. Monyet raksasa tersebut mengatakan bahwa ia bermaksud menikahkan anaknya, Putri Chonguita dengan Pangeran Juan. 

Mendengar hal itu, Pangeran Juan pun segera mengiyakan tawaran tersebut. Sebab, apa yang dicarinya kini sudah ditemukan.

Beberapa hari setelah pernikahannya, Pangeran Juan mengajak Putri Chonguita untuk pulang ke kerajaan dan bertemu sang Raja. Sang Raja menyambut kedatangan Pangeran Juan dan istrinya dengan bahagia. 

Namun, kebahagiaan tersebut langsung hilang setelah sang Raja mengetahui bahwa Putri Chonguita adalah seekor monyet. Sang Raja mulai berpikir untuk mengusir Putri Chenguita dari kerajaannya. 

Suatu hari, sang Raja meminta seluruh menantunya untuk menyulam sebuah mantel dalam waktu tiga hari. Siapapun yang tidak berhasil menyelesaikannya, maka akan dihukum mati. 

Di luar bayangan, ternyata Putri Chenguita berhasil menyelesaikan mantel sulam tersebut dalam waktu tiga hari dengan jahitannya yang sempurna.

Begitupun selanjutnya, Raja meminta para menantunya menyulamkan sebuah topi dalam waktu dua hari. Putri Chonguita kembali dapat mengerjakannya dengan baik. Namun, sang Raja tetap tidak kehabisan ide dalam menyingkirkan Putri Chonguita.

Ia meminta ketiga menantunya untuk melukis indah dalam waktu tiga hari. Dan, siapapun yang berhasil menyelesaikannya, maka suaminya dapat memimpin kerajaan.

Setelah tiga hari berlalu, betapa kagetnya sang Raja melihat hasil lukisan Putri Chonguita yang paling indah. Sang Raja pantang mengingkari janjinya, maka ia menyerahkan tonggak kepemimpinan kerajaan kepada Pangeran Juan, suami Putri Chonguita. 

Pesta penyerahan kepemimpinan untuk menyambut Pangeran Juan sebagai raja baru pun digelar dengan meriah.

Di pesta yang meriah itu, tanpa sengaja Pangeran Juan menyenggol Putri Chonguita hingga terjatuh. Seketika ruangan gelap dan beberapa menit kemudian cahaya terang benderang datang. Cahaya tersebut menyorot Putri Chonguita yang menjelma menjadi putri cantik jelita. Seisi ruangan pun dipenuhi decak kagum tamu undangan.

Cerita singkat yang kaya pesan moral Gadis Kecil Penjual Korek Api

Pada suatu waktu, hiduplah seorang gadis kecil. Gadis kecil ini bernama Meri. Meri sangat sedih ketika neneknya meninggal. Akhirnya, ia hanya hidup dengan ayahnya.

Namun, ayah Meri sangat malas dan tidak mau bekerja. Akibatnya, mereka pun tidak punya cukup uang untuk membeli bahan makanan. 

Alhasil, di saat musim dingin tiba, Meri keluar rumah dan menjual korek api. Hal ini dilakukannya untuk menyambung kehidupan.

Meri tidak pantang menyerah, meskipun kedinginan sebab bajunya yang tidak tebal. Ia juga terus semangat walau sudah beberapa hari korek apinya belum ada yang terjual. 

Suatu hari, di waktu yang semakin malam, Meri terduduk di depan toko sambil menahan dingin dan lapar.

Akhirnya, ia menyalakan korek api untuk menghangatkan tangan sampai korek api itu habis. Naasnya, Meri pingsan karena kedinginan. Keesokan harinya, warga menemukan Meri pingsan. Mereka pun menyesal tidak membeli korek api Meri.

Cerita dongeng sebelum anak tidur Kisah Putri Mata Air

Alkisah, di zaman dahulu, terdapat seorang wanita berparas cantik yang memimpin bumi. Wanita itu bernama Blue La. Kecantikan dari Blue La dipercaya bisa memikat penguasa bulan, yaitu Moonaro. Hingga akhirnya Moonaro pun datang ke bumi dan menikahi Blue La.

Setelah pernikahan, Moonaro akan tinggal selama setahun di bumi dan setahun di bulan. Begitu seterusnya, hingga mereka dikaruniai oleh seorang anak perempuan. Anak perempuan itu dinamai Putri Mata Air.

Hari demi hari. Tahun demi tahun. Kini, Putri Mata Air tumbuh dewasa. Sama seperti ibunya, Putri Mata Air juga memiliki paras yang memesona. Oleh sebab itu banyak pria dari bumi yang ingin mendekati dan melamarnya. Sayangnya, semua pria tersebut ditolak oleh Putri Mata Air.

Pada suatu hari, datanglah Raja dari kerajaan matahari bernama Solaris ke bumi. Raja Solaris memiliki paras yang luar biasa rupawan dengan tubuhnya gagah dan otak yang cerdas.

Ketika Raja Solaris datang melamar Putri Mata Angin, saat itu juga Putri Mata Angin jatuh cinta kepada Raja Solaris. Namun, Putri Mata Air menolak lamaran tersebut.

“Aku juga mencintaimu Raja Solaris. Namun aku tak bisa meninggalkan ibuku,” ucap Putri Mata Air menjelaskan alasan penolakannya itu dengan wajah sendu.

Mendengar hal itu, Raja Solaris tak pantang menyerah. Ia tetap gigih untuk menikahi Putri Mata Air. Solaris masih berusaha mencari cara agar bisa menikahi Putri Mata Air. Akhirnya suatu hari, Raja Solaris sebuah ide cemerlang.

“Aku menawarkan sebuah ide kepadamu. Aku akan tetap menikahimu. Setelah menikah aku akan mengajakmu tinggal di kerajaanku selama sembilan bulan. Sedangkan untuk tiga bulan sisanya kau bisa kembali ke istanamu dan menemani ibumu,” ujar Raja Solaris.

Mendengar ide itu Putri Mata Air setuju dan menerima lamaran Solaris hingga akhirnya mereka menikah. Keduanya pun pergi menuju ke Kerajaan Matahari.

Blue La yang telah ditinggal putrinya menikah, kini merasa kesepian. Hal ini juga disebabkan Moonaro, yang masih berada di bulan. Ia pun menghibur diri dengan berjalan-jalan di taman.

Namun, saat sedang asyik di taman, tiba-tiba muncul Ratu Es. Ia pun membuat Blue La membeku dan mulai mengambil alih kekuasaan bumi.

Tak hanya merebut kekuasaan, Ratu Es ia juga membuat seluruh bumi menjadi tertutup es. Berita ini pun tersebar dan terdengar ke telinga Moonaro.

Mengetahui hal itu, ia meminta bantuan menantunya, Raja Solaris untuk mengalahkan Ratu Es. Tanpa menunggu waktu lebih lama, Raja Solaris segera menyerang Ratu Es dengan kekuatan matahari dan membuat es di bumi mencair.

Ratu Es yang mengetahui itu merasa sangat marah dan mengancam akan membuat bumi hancur dengan semua esnya yang mencair. Mendengar itu, Raja Solaris segera menghentikan serangannya.

Ratu Es yang masih ingin menguasai bumi, mengajukan penawaran. Ia ingin menguasai bumi selama 9 bulan lamanya.

Putri Mata Air yang mendengar itu merasa tidak terima dan terjadilah perdebatan antara keduanya. Hingga akhirnya mereka sepakat untuk memberikan Ratu Es jatah berkuasa di bumi selama tiga bulan.

Setelah puas dengan kesepakatan tersebut, Ratu Es menghilang. Putri Mata Air juga segera menuju bumi. Setelah Putri Mata Air menginjakkan kaki di bumi, semua es mulai mencair termasuk Blue La yang membeku. Tanaman kembali bertunas dan bunga bermekaran indah.

Putri Mata Air juga sudah dikaruniai anak bersama Raja Solaris. Keduanya menamai sang putra dengan Hujan.

Lalu, kehidupan di bumi pun kembali menjadi makmur. Saat Ratu Es datang maka selama tiga bulan akan terjadi musim dingin. Apabila Putri Mata Air yang datang maka akan terjadi musim semi. Selanjutnya, saat Pangeran Hujan datang terjadilah musim hujan. Terakhir, ketika Raja Solaris datang terjadilah musim panas.

Nah, itulah deretan cerita dongeng pendek yang sangat menarik untuk dibacakan pada anak. Jangan lupa bacakan kisahnya yang penuh dengan moral dan makna kepada buah hati sebelum tidur, ya, Bunda.

Bagi Bunda yang mau sharing soal parenting dan bisa dapat banyak giveaway, yuk join komunitas HaiBunda Squad. Daftar klik di SINI. Gratis!

(rap/rap)

Simak video di bawah ini, Bun:

Cerita Fabel Animasi: Kisah Putri Ular

TOPIK TERKAIT

ARTIKEL TERKAIT

TERPOPULER

5 Potret Joanna Alexandra Ajak Kekasih Ketemu Orang Tua & Quality Time Bareng Anak

Mom's Life Nadhifa Fitrina

Ternyata Pola Tidur Anak Bisa Ungkap Kepribadiannya Sejak Dini

Parenting Nadhifa Fitrina

Turun 227 Kg, Artis Reality Show Ini Ungkap Perjalanan Dietnya

Mom's Life Annisa Karnesyia

Kenangan Bubun Nitip ASI malah Jadi Basi

Komik Bunda Tim HaiBunda

Saatnya Jadi Robeli, Manfaatkan Promo Spesial Transmart Full Day Sale hingga 25%

Mom's Life Tim HaiBunda

REKOMENDASI
PRODUK

TERBARU DARI HAIBUNDA

Bukan Putri Diana, Ternyata Ini Gaun Pengantin Termahal di Keluarga Kerajaan Inggris

Saatnya Jadi Robeli, Manfaatkan Promo Spesial Transmart Full Day Sale hingga 25%

Ternyata Pola Tidur Anak Bisa Ungkap Kepribadiannya Sejak Dini

Turun 227 Kg, Artis Reality Show Ini Ungkap Perjalanan Dietnya

Pemerintah Jadikan 18 Agustus 2025 Libur Nasional, Ajak Warga Lomba 17-an!

FOTO

VIDEO

DETIK NETWORK