
parenting
5 Tes untuk Mendeteksi Disleksia atau Gangguan Belajar Berdasarkan Usia Anak
HaiBunda
Senin, 26 Aug 2024 09:06 WIB

Ketika anak mengalami kesulitan dalam membaca maupun menulis, pemeriksaan disleksia mungkin diperlukan. Disleksia atau gangguan belajar dapat muncul pada berbagai rentang usia, khususnya anak-anak.
Kemampuan belajar anak adalah hal yang harus diperhatikan karena merupakan aspek penting dalam pertumbuhannya. Namun, anak akan sulit untuk memahami wawasan baru apabila mereka tidak bisa membaca.
Maka dari itu, penting untuk mengetahui sedini mungkin apakah anak mengalami disleksia. Terdapat beberapa jenis tes untuk mendeteksi disleksia yang harus Bunda ketahui. Sebelum itu, mari pahami apa itu disleksia serta ciri-ciri dan gejalanya.
Apa itu disleksia?
Disleksia atau gangguan belajar adalah kondisi ketika seseorang mengalami kesulitan membaca, menulis, dan mengeja. Disleksia juga sering dikaitkan dengan kesulitan berhitung maupun mengucapkan kata. Kondisi ini biasanya sering dikenali ketika seorang anak berbicara dengan terbata-bata.
Menurut ulasan di Cleveland Clinic, disleksia adalah ketidakmampuan belajar yang mengganggu cara otak untuk memproses bahasa tertulis. Orang pengidap disleksia umumnya mengalami kesulitan membaca dan keterampilan terkait.
Baca Juga : 4 Jenis Disleksia, Ketahui Bedanya Yuk Bunda |
Lebih lanjut, penderita disleksia sulit mengucapkan kata bahkan yang paling simple. Anak dengan disleksia biasanya takut dan menolak membaca dengan lantang di kelas.
Pengidap disleksia pada umumnya juga sering salah melihat huruf seperti p dengan q, atau b dengan d. Dalam hal berbicara, penderitanya juga akan sering salah mengucapkan kata seperti ‘makanan’ menjadi ‘manakan’.
Penyebab disleksia
Melansir laman American Brain Foundation, disleksia adalah gangguan otak yang dapat bersifat genetik. Penelitian menunjukkan bahwa sejumlah gen warisan dapat menyebabkan seseorang rentan mengalami disleksia.
Penyebab disleksia lainnya dapat berupa berat badan lahir yang rendah, lahir prematur, dan paparan zat tertentu selama masa kehamilan yang memengaruhi perkembangan otak. Hingga saat ini, penyebab pasti disleksia masih belum memiliki jawaban yang jelas. Namun, berdasarkan pemeriksaan MRI, disleksia sangat berkaitan dengan struktur otak manusia.
Di bagian tertentu dalam otak, terdapat fungsi kognitif yang berperan penting agar seseorang dapat menghubungkan simbol alfabet dengan makna sesungguhnya. Bagi penderita disleksia, terdapat gangguan di bagian otak kiri sehingga sulit untuk memproses bahasa tertulis.
Meskipun disleksia umumnya merupakan kondisi bawaan sejak lahir, penyakit ini juga dapat dipengaruhi masalah kesehatan lainnya. Di antaranya seperti cedera otak traumatis, stroke, dan demensia.
Ciri-ciri gejala anak disleksia berdasarkan usia
Disleksia dapat menyerang manusia pada usia berapa saja. Melansir laman Medical News Today, berikut ciri-ciri dan gejala disleksia berdasarkan usia, mulai dari bayi hingga dewasa:
Ciri-ciri gejala disleksia pada bayi dan prasekolah
Balita pada umumnya memang belum bisa membaca. Meskipun begitu, gejala disleksia dapat muncul ketika anak berusia 3 tahun atau lebih awal. Keterlambatan anak mulai berbicara bisa menjadi tanda awal disleksia.
Adapun tanda-tanda disleksia pada anak lainnya seperti sulit mengenali huruf-huruf dalam nama sendiri, sering salah menyebutkan nama benda, sulit menceritakan sesuatu, hingga tidak bisa menyebutkan alfabet.
Ciri-ciri gejala disleksia pada anak sekolah dasar
Disleksia membuat penderitanya sulit mengenali kata dan menghubungkannya dengan bunyi dan maknanya. Karenanya, gejala disleksia biasanya lebih terlihat jelas ketika anak duduk di bangku sekolah dasar.
Tanda disleksia pada anak SD lainnya meliputi kesulitan memahami bentuk dan bunyi huruf, sering salah ucap saat membaca lantang, sulit mengeja, sulit berdiskusi atau menjelaskan materi, sulit mengucapkan kata atau istilah baru, dan sering menukar urutan kata di sebuah kalimat.
Ciri-ciri gejala disleksia pada anak Sekolah Menengah Pertama (SMP)
Semakin bertambah usia anak, semakin jelas pula gejala disleksia. Tanda disleksia dalam hal ini terjadi pada anak di sekitaran usia 11 tahun. Mereka biasanya susah menangkap ilmu baru dan pengetahuan kosa katanya sangat terbatas.
Selain itu, anak 11 tahun yang penyakit disleksia dapat menunjukkan gejala seperti salah menggunakan kata dengan makna tertentu, tulisan tangan yang jelek, merasa rendah diri akibat lingkungan akademik yang berubah, dan suka menyendiri.
Ciri-ciri gejala disleksia pada anak Sekolah Menengah Atas dan Perguruan Tinggi
Biasanya, anak SMA atau kuliah yang menderita disleksia memiliki kemampuan membaca yang lambat. Hal ini menyebabkan mereka sulit mengumpulkan tugas tepat waktu baik dalam bentuk essai maupun pilhan ganda.
Gejala lainnya dapat berupa kesulitan menemukan kata yang ingin digunakan, sulit belajar bahasa asing, mengerti kosa kata lisan tetapi tidak dengan kosa kata tertulis, hingga menyebut diri sendiri bodoh dan tidak yakin dengan kemajuan akademisnya padahal memiliki nilai yang baik.
Ciri-ciri gejala disleksia pada orang dewasa
Gejala disleksia pada orang dewasa dapat muncul pada usia yang berbeda-beda. Gejala umum disleksia pada orang dewasa berupa kesulitan memahami komunikasi lisan, ingatan kerja yang buruk, kurang mampu menangkap informasi visual, sulit mengingat list dan nomor, sering mengucap “hmm” saat berbicara, sering lupa nama orang, hingga sulit mengatur atau menyiapkan tugas tertulis.
Dampak penyakit disleksia
Merangkum dari laman Mayo Clinic, berikut beberapa dampak penyakit disleksia memengaruhi penderitanya:
1. Kesulitan belajar
Penderita disleksia akan sulit belajar apabila tidak bisa membaca. Anak penderita disleksia mungkin mengalami kesulitan mengimbangi teman-teman sebaya lainnya.
2. Masalah sosial
Apabila tidak diobati dengan tepat, penderita disleksia dapat merasa rendah diri, kesulitan berperilaku, merasa cemas, agresif, dan menjauhkan diri dari keluarga dan temannya.
3. Masalah ketika dewasa
Tidak mempunyai seseorang dalam belajar dan memahami sesuatu dapat berdampak kepada masa depannya dari segi pendidikan, sosial, dan ekonomi.
Cara mendiagnosis disleksia atau gangguan belajar
Ketika seseorang menunjukkan gejala disleksia, konsultasi dengan dokter spesialis sebaiknya segera dilakukan. Dilansir laman Additude Magazine, tidak ada alat diagnostik khusus untuk mendiagnosis disleksia.
Diagnosis disleksia umumnya dilakukan dengan konsultasi dengan dokter mengenai permasalahan yang dihadapi. Apabila anak menunjukkan tanda disleksia, pastikan sekolah mengetahui kondisinya agar anak mendapatkan layanan pendidikan yang layak.
Lebih lanjut, American Brain Foundation menyatakan bahwa psikolog pendidikan atau ahli saraf dapat mendiagnosis disleksia. Diagnosis ini dilakukan setelah mereka menilai beberapa faktor yang meliputi riwayat medis, kuesioner, tes membaca, serta pemeriksaan pendengaran, penglihatan, dan otak.
Cara mengatasi disleksia pada anak
Disleksia tidak dapat diatasi dengan pengobatan medis. Pengobatan disleksia pada anak dapat dilakukan melalui perawatan sehari-hari yang mendukung.
Di rumah, orang tua bisa menyediakan media untuk berlatih membaca yang menyenangkan. Anak juga harus bebas dari beban pikiran ketika mereka membaca. Selain itu, memberikan buku dengan tema atau pelajaran yang disukai dapat membantu anak membaca dengan lebih fokus dan berminat.
Sementara di lingkungan sekolah, anak-anak perlu diberikan beberapa bantuan seperti memberikan ringkasan atau catatan pelajaran, memberikan materi atau tugas yang disesuaikan, menyorot materi atau informasi yang penting, mengulangi arahan, dan menerapkan jam sekolah yang fleksibel.
5 Tes untuk mendeteksi disleksia atau gangguan belajar berdasarkan usia anak
Terdapat beberapa tes sebagai cara untuk mendeteksi disleksia pada anak. Berikut ini di antaranya:
1. Tes pemahaman fonologis
Tes untuk mendeteksi disleksia pada anak dapat dilakukan dengan mengecek pemahaman anak mengenai fonik. Kesadaran fonologis merupakan dasar untuk membaca yaitu kemampuan untuk mengenali dan memproses bunyi dalam bahasa lisan.
Hal ini meliputi anak dapat memilih kata yang berirama, menghitung jumlah suku kata dalam sebuah kalimat, memerhatikan pengulangan bunyi, dan membedakan bunyi-bunyi dalam sebuah kalimat. Contoh tes pemahaman fonologis di antaranya adalah Sound Blending Subtest Woodcock-Johnson III atau WJ III.
2. Tes kosakata gambar
Tes ini dilakukan untuk mengetahui pemahaman anak mengenai kosakata. Caranya dengan memberikan beberapa gambar pada anak lalu sebutkan salah satu nama gambar tersebut. Kemudian suruh anak untuk menunjukkan gambar yang baru disebut namanya.
3. Tes pemahaman membaca
Tes pemahaman membaca dilakukan untuk mengetahui seberapa akurat dan jelas anak mampu membaca suatu paragraf dengan lantang, dan apakah mereka memahami isinya. Tes untuk mendeteksi disleksia ini dapat berupa Gray Oral Reading Test atau GORT-5.
Tes ini dilakukan dengan cara anak membaca kalimat dengan lantang lalu menjawab pertanyaan terkait kalimat tersebut.
4. Tebak objek dengan cepat
Tes ini membutuhkan kecepatan anak untuk menyebutkan suatu objek yang mereka lihat. Caranya dapat dengan memberikan anak beberapa kartu dengan huruf, angka, maupun warna lalu menyuruh mereka untuk menyebutkannya secepat mungkin.
5. Tes decoding
Decoding adalah kemampuan seseorang untuk mengucapkan kata-kata yang belum familiar di telinga. Tes ini dilakukan untuk mengukur kemampuan anak dalam mengartikan kata dengan cepat dan akurat. Tes ini juga menguji kemampuan untuk mengenali kata-kata yang sudah dikenal.
Cara kerja tes disleksia pada anak ini dilakukan dengan membacakan kalimat dengan lantang. Sebut beberapa kata-kata palsu atau karangan kata tanpa makna yang kemudian harus diuraikan oleh anak untuk dilafalkan. Tes ini dapat berupa Test of Word Reading Efficiency-2 atau TOWRE-2.
Demikian informasi mengenai penyebab serta gejala disleksia berdasarkan usia dan cara mendeteksi disleksia pada anak. Semoga bermanfaat!
Bagi Bunda yang mau sharing soal parenting dan bisa dapat banyak giveaway, yuk join komunitas HaiBunda Squad. Daftar klik di SINI. Gratis!
(rap/rap)TOPIK TERKAIT
ARTIKEL TERKAIT

Parenting
Gejala Disleksia pada Anak

Parenting
Bunda Tak Perlu Khawatir, Ini 5 Cara Membantu Anak Disleksia

Parenting
4 Tes untuk Mendeteksi Disleksia pada Anak

Parenting
4 Jenis Disleksia, Ketahui Bedanya Yuk Bunda

Parenting
Tanda dan Gejala Anak Disleksia, Jika Dibiarkan Bisa Jadi Masalah Serius


5 Foto
Parenting
5 Potret Artis Rayakan Hari Guru Nasional 2023, Quinn Salman Beri Hadiah Spesial
HIGHLIGHT
HAIBUNDA STORIES
REKOMENDASI PRODUK
INFOGRAFIS
KOMIK BUNDA
FOTO
Fase Bunda