Terpopuler
Aktifkan notifikasi untuk dapat info terkini, Bun!
Bunda dapat menonaktifkan kapanpun melalui pengaturan browser.
Nanti saja
Aktifkan

parenting

Ini Hal yang Terjadi pada Otak Anak jika Berpisah dengan Orang Tua

Kinan   |   HaiBunda

Minggu, 15 Sep 2024 20:30 WIB

Otak anak saat ditinggal orang tua
Otak anak saat ditinggal orang tua/ Foto: Getty Images/golfcphoto

Hal yang terjadi pada otak anak jika berpisah dengan orang tua tak bisa disepelekan. Terkadang hal ini juga bisa memicu luka batin, bahkan terus membekas dan jika tidak ditangani dengan tepat berisiko memicu masalah perilaku di kemudian hari.

Beberapa studi psikologi menemukan adanya kaitan antara perpisahan dengan orang tua dan dampak traumatis pada anak. Jika tak segera diatasi, luka ini akan terbawa hingga anak tumbuh dewasa.

Dikutip dari laman Association for Psychological Science, ikatan batin antara orang tua dan anak lebih dari sekadar perasaan. Menurut penelitian dalam Current Directions in Psychological Science, itu adalah istilah umum yang penting untuk perkembangan sepanjang rentang hidup seseorang.

Pembentukan bonding orang tua dan anak

Ikatan batin antara ibu dan anaknya pertama kali terbentuk di dalam rahim. Pada periode waktu tersebut, janin diketahui sudah mengembangkan respons istimewa terhadap bau dan suara ibu, yang bahkan semakin membaik setelah dilahirkan.

"Proses pembelajaran dini yang cepat ini berlanjut selama tahap perkembangan bayi baru lahir, saat anak-anak mulai mengenali wajah dan suara ibu mereka," ungkap Myron Hofer, dari Sackler Institute for Developmental Psychology di Columbia University.

Sejak saat itu, perpisahan dini dengan ibu dapat mengakibatkan serangkaian reaksi emosional traumatis pada anak. Terutama saat muncul perilaku kecemasan dan pencarian aktif, yang diikuti oleh periode penurunan respons perilaku.

Dalam sebuah penelitian terhadap bayi tikus, Hofer menemukan bahwa perilaku ini sebagian besar merupakan respons terhadap hilangnya kehangatan yang diterima anak melalui kontak tubuh, nutrisi, dan interaksi fisiologis lainnya dengan ibunya.

Hofer dan rekan-rekannya juga mempelajari efek pemisahan pada tikus di masa remaja dan dewasa. Ketika menjalani periode imobilisasi selama 24 jam, 80 persen tikus remaja yang dipisahkan dari induknya sebelum disapih ditemukan mengalami tukak lambung sebagai respons terhadap stres. 

Meskipun hubungan manusia lebih kompleks daripada hubungan hewan pengerat, penelitian menunjukkan bahwa perpisahan dengan ibu di awal kehidupan anak dapat memiliki sejumlah konsekuensi fisiologis dan perilaku yang dapat berkontribusi pada pola kerentanan yang kompleks dan berubah selama rentang hidup.

Studi lainnya tentang otak anak jika berpisah dengan orang tua

Dikutip dari Seattle Anxiety, seperti halnya stres di awal kehidupan, perpisahan dengan orang tua juga berdampak buruk secara fisik dan psikologis. 

Mengalami stres ekstrem di usia muda membuat anak berisiko mengalami kecemasan, depresi, gangguan stres pascatrauma atau post-traumatic stress disorder (PTSD), IQ rendah, obesitas, penurunan fungsi sistem kekebalan tubuh, kanker, penyakit jantung dan paru-paru, dan bahkan stroke.

Anak-anak yang berpisah dengan orang tua saat masih sangat muda terbukti lebih mungkin mengalami maladaptasi segera setelah perpisahan.

Namun dampak perpisahan orang tua dapat berlanjut hingga anak dewasa, termasuk peningkatan risiko masalah kesehatan mental, fungsi sosial yang buruk, keterikatan yang tidak aman, dan reaksi stres yang terganggu.

Selain itu, stres selama masa remaja dapat berdampak jangka panjang yang tidak terlihat hingga dewasa.

Menurut studi dalam International Journal of Environmental Research and Public Health, tahapan perkembangan anak juga berperan dalam dampak perpisahan sementara karena anak-anak yang ditinggalkan pada usia 5-8 tahun dapat mengalami keterlambatan perkembangan kognitif. 

Dampak dari berbagai jenis perpisahan dengan orang tua

Berbeda jenis perpisahan, dilaporkan berbeda juga risiko dampak kompleks yang rentan terjadi pada perkembangan anak-anak. Di antaranya seperti:

1. Penahanan

Anak-anak dari orang tua yang dipenjara memiliki kemungkinan lebih besar untuk berperilaku antisosial di masa muda mereka, yang mungkin terkait dengan stigma yang melekat pada penahanan yang membuat remaja lebih sulit untuk mencari dan menemukan dukungan sosial.

2. Migrasi

Laporan dari The Society for Research in Child Development menemukan bahwa ada peningkatan risiko kesehatan mental bagi orang tua dan anak-anak ketika mereka dipisahkan dalam proses imigrasi. Termasuk di antaranya seperti gangguan kecemasan, depresi, masalah perilaku, gejala PTSD.

3. Penempatan militer

Studi meta-analisis telah menunjukkan adanya peningkatan kecil yang signifikan secara statistik dari waktu ke waktu dalam masalah kesehatan mental anak-anak, masalah perilaku, dan masalah sekolah yang terkait dengan penempatan militer orang tua.

Berbagai jenis penempatan juga dapat memiliki tingkat efek yang berbeda. Peneliti menambahkan bahwa penempatan di masa perang dan di wilayah yang terlibat langsung dalam perang, dikaitkan dengan peningkatan tekanan dan masalah kesehatan mental di antara anggota keluarga.

Bagaimana cara menanganinya?

Terlepas dari hal-hal negatif yang disebutkan di atas, perpisahan sementara antara orang tua dan anak dapat menjadi kesempatan untuk menumbuhkan komunikasi yang berkualitas antara orang tua dan anak, serta menciptakan ketahanan pada anak.

Tingkat komunikasi antara orang tua dan anak dapat memiliki efek besar pada kesehatan mental anak dan aklimatisasi keseluruhan terhadap perubahan dalam fungsi keluarga.

Frekuensi komunikasi yang rendah antara orang tua dan anak membuat anak-anak berusia 7-17 tahun berisiko lebih tinggi mengalami gejala depresi. Sebaliknya, frekuensi komunikasi yang tinggi dikaitkan dengan peningkatan kualitas hidup anak-anak yang harus berpisah dengan orang tua.

Komunikasi yang berkualitas antara orang tua dan anak membantu menumbuhkan ketahanan, kemampuan untuk pulih dari pengalaman yang membuat stres dengan cepat dan efisien. 

Beberapa cara yang dapat dilakukan untuk menumbuhkan ketahanan pada anak saat harus berpisah dengan orang tua misalnya:

  • Menjelaskan di mana dan mengapa orang tua akan pergi sebelum keberangkatan
  • Membiarkan anak untuk mengambil bagian dalam ritual perpisahan (misalnya, membiarkan anak untuk mengucapkan selamat tinggal kepada orang tua meskipun anak tersebut masih sangat kecil)
  • Berusaha untuk menciptakan rutinitas dan mematuhinya (bahkan ketika orang tua sudah kembali)
  • Menciptakan lingkungan yang aman bagi anak untuk berbicara dan mengungkapkan pendapat dengan bebas
  • Mengakui dan memvalidasi kekhawatiran anak
  • Meyakinkan anak bahwa mereka tidak sendirian
  • Mendorong permainan aktif dan pengembangan keterampilan untuk mengajarkan keterampilan memecahkan masalah kepada anak-anak dalam suasana yang menyenangkan
  • Berbagi informasi yang jujur ​​dan sesuai dengan usia anak

Setelah perpisahan, kesedihan adalah hal yang wajar, tetapi jika penyesuaian tidak terlihat setelah beberapa minggu, mungkin anak perlu penyesuaian atau mungkin bantuan dari lingkungan sekitar. 

Diharapkan akan sangat membantu untuk meningkatkan cinta, perhatian, dan kasih sayang kepada anak dan mendorong mereka untuk mengungkapkan perasaan mereka. Jika pengasuh merasa kewalahan dengan tanggung jawab lain, ada baiknya untuk meminta bantuan orang dewasa terpercaya lainnya guna memperbaiki situasi adaptasi bagi anak.

Jika anak terlihat mengalami dampak emosional atau perilaku negatif akibat perpisahan, pertimbangkan untuk mencari bantuan profesional untuk membantu mengatasi situasi tersebut.

Bagi Bunda yang mau sharing soal parenting dan bisa dapat banyak giveaway, yuk join komunitas HaiBunda Squad. Daftar klik di SINI. Gratis!

(rap/rap)

TOPIK TERKAIT

HIGHLIGHT

Temukan lebih banyak tentang
Fase Bunda