PARENTING
Kapan Ejekan yang Dibalut Bercanda untuk Anak dalam Keluarga Dikatakan Keterlaluan? Ini Kata Pakar
Kinan | HaiBunda
Jumat, 17 Jan 2025 17:05 WIBDalam sebuah keluarga, interaksi antara anggota keluarga sering kali dipenuhi dengan gurauan. Namun, perlu dibedakan antara ejekan dan bercanda, jangan sampai melewati batas, ya.
Orang tua perlu tegas memberikan contoh pada anak supaya bisa membedakan kapan gurauan tersebut hanya sekadar candaan yang menyenangkan dan kapan sudah melampaui batas.
Jangan sampai ada ejekan dibalut bercanda yang keterlaluan, Bunda. Selain bisa menimbulkan ketidaknyamanan, hal seperti ini bisa memicu munculnya suasana yang kurang mendukung dalam keluarga.
Lingkup ejekan yang sebaiknya dihindari
Dikutip dari laman Psyhology Today, bercanda dalam lingkup keluarga merupakan bagian dari dinamika interaksi orang-orang di dalamnya.
Meski sebenarnya wajar ada, tapi bagi sebagian orang, gurauan tertentu kadang bisa terasa menyakitkan. Misalnya, candaan mengenai penampilan, berat badan, atau prestasi anak.
Berdasarkan penelitian dalam jurnal Psyhological Bulletin, ejekan tentang berat badan menjadi topik yang paling sering terjadi. Hal ini tentu memiliki dampak jangka panjang, seperti perasaan kesepian, kecemasan, depresi, dan menurunnya rasa percaya diri.
Meskipun mungkin dilakukan dengan niat bercanda, jika tidak direspons dengan cara yang tepat, gurauan tentang topik-topik sensitif ini bisa berkembang menjadi perilaku yang merugikan.
Sebagai contoh, ketika seorang anak terbiasa dengan ejekan yang berlebihan, ia mungkin akan merasakannya sebagai bentuk pengabaian terhadap perasaan dan keadaannya. Pada akhirnya, hal ini dapat menciptakan perasaan kesedihan, frustrasi, dan bahkan rasa tidak berdaya pada anak tersebut.
Bagaimana menanggapi saat anak diejek?
Dikutip dari laman Supporting Emotional Needs of the Gifted, peneliti pendidikan anak Patricia Schuler menyebutkan ada beberapa strategi yang dapat diterapkan saat anak diejek:
- Jelaskan masalah tersebut kepada anak
- Tanyakan cara lain yang dapat dilakukan anak untuk merespons saat situasi tersebut muncul lagi. Misalnya dengan memberikan respons yang tepat: menjauh, bersikap tegas, atau cari bantuan orang dewasa.
- Evaluasi kembali tentang situasi yang terjadi
Apa yang tidak boleh dilakukan orang tua? Jangan mengecilkan situasi dan emosi anak dengan mengatakan bahwa ejekan bukanlah sesuatu yang perlu dipermasalahkan.
Memberi tahu anak-anak bahwa hal serupa sebaiknya diabaikan, tanpa memberikan solusi apa pun, justru membuat anak merasa semakin tidak mampu dan tidak berdaya.
"Tidak perlu juga sampai memarahi atau mengajak orang tua pelaku untuk bertemu, sebab ini justru dapat memperburuk situasi," pesan Schuler.
Apa yang perlu diperhatikan pada candaan dalam keluarga?
Penting untuk memperhatikan konteks dan nada dari ejekan yang dilontarkan. Meskipun ejekan dilakukan tanpa niat jahat, terkadang nada atau isi dari ejekan tersebut bisa disalahpahami sebagai agresif atau kurang berempati.
Oleh karena itu, penting untuk selalu memperhatikan reaksi verbal maupun non-verbal anggota keluarga yang menjadi sasaran ejekan. Beberapa pertanyaan yang dapat diajukan dalam menilai apakah ejekan sudah melampaui batas antara lain:
- Apa konteks atau isi dari ejekan tersebut?
- Apakah ketika anak menunjukkan reaksi negatif (seperti meminta berhenti atau menunjukkan emosi negatif), orang lain menghormati dan menghentikan ejekan tersebut?
- Apakah ada keterbukaan untuk mengungkapkan kekecewaan atau frustrasi mengenai ejekan?
- Apakah ejekan bersifat seimbang di antara semua anggota keluarga atau justru ada ketimpangan dalam hal ini?
- Apakah ejekan tersebut lebih kepada kritik daripada candaan?
- Apakah Bunda akan mentoleransi perilaku yang sama terhadap anak atau diri sendiri dari orang lain di luar keluarga?
- Anak-anak sangat rentan terhadap dampak negatif dari ejekan, karena mereka cenderung menyerapnya sebagai bagian dari cara berinteraksi.
Jika masalah seperti ini tidak diperbaiki dan dibicarakan lebih lanjut, candaan yang melewati batas ini dapat berkembang menjadi perilaku bullying yang lebih serius.
Tips mengurangi candaan negatif dalam keluarga
Lalu bagaimana cara mengurangi dan menghindari candaan negatif dalam lingkup keluarga, yang penting dipahami oleh anak? Berikut ulasannya:
1. Perhatikan reaksi anggota keluarga
Jika ada yang menunjukkan reaksi negatif seperti menangis atau marah, pertimbangkan untuk menghentikan ejekan tersebut karena dapat mengganggu momen dan kenyamanan situasi tersebut.
2. Hindari topik yang sensitif
Seperti disebutkan sebelumnya, salah satu topik yang perlu dihindari dalam bercanda adalah berat badan. Selain itu, hindari juga topik-topik sensitif lainnya seperti penampilan, prestasi akademik, kesehatan mental, atau masalah pribadi lain.
3. Perhatikan waktu dan tempat
Candaan yang keterlaluan tak seharusnya dilakukan pada saat yang tidak tepat, seperti ketika suasana di rumah sedang emosional atau semua sedang lelah.
4. Tegaskan aturan tentang candaan
Semua anggota keluarga harus menghormati perasaan orang lain dan tidak merendahkan, terutama jika ada yang keberatan tentang topik candaan tertentu.
5. Ajari anak untuk mengungkapkan perasaan tanpa menyerang
Jangan lupakan pentingnya mengajarkan anak untuk berbicara tentang perasaan mereka, tanpa menggunakan ejekan atau penghinaan terhadap orang lain.
Perlu dipahami bahwa candaan yang dilakukan dengan penuh kasih sayang dan perhatian dapat mempererat hubungan keluarga, namun jika dilakukan dengan melewati batas maka justru bisa merusak.
Kunci utama menghindari candaan yang keterlaluan dalam lingkup keluarga adalah empati dan saling menghormati. Biasakan untuk saling menjaga komunikasi yang sehat dan menghindari perilaku yang dapat melukai perasaan orang lain, khususnya anak-anak.
Simak video di bawah ini, Bun:
7 Tips Membuat Anak Tetap Tenang Meski Tanpa Gadget
TOPIK TERKAIT
ARTIKEL TERKAIT
14 Ciri Perilaku Anak Kurang Kasih Sayang Menurut Psikolog
7 Perilaku Orang Tua Bisa Timbulkan Trauma pada Anak
4 Cara Tepat Mengajarkan Anak Kendalikan Emosi Marah Menurut Psikolog Anak
4 Cara agar Anak Merasa Miliki Privasi, tapi Tetap Bisa Bunda Pantau
TERPOPULER
5 Potret Cinta Laura Adakan Upacara ala Adat Bali untuk Syukuran Kantor Baru
Muncul Gumpalan Darah saat Hamil 1 Minggu, Apakah Tanda Keguguran? Kenali Ciri, Penyebab & Cara Mengatasinya
8 Pekerjaan yang Rawan Perselingkuhan, Ada Pilot hingga Pengusaha
5 Potret Chelsea Olivia Lari Pertama Kali Bareng Sang Ayah, Sebut Banyak Kenangan Indah
Dokter Sebut 50 Persen Manusia di Dunia akan Sakit Varises, Ternyata Ini Penyebabnya
REKOMENDASI PRODUK
7 Merek Pelumas Vagina yang Aman untuk Berhubungan Intim & Cara Memilihya
Dwi Indah NurcahyaniREKOMENDASI PRODUK
9 Rekomendasi Susu UHT untuk Anak & Panduan Memilih yang Terbaik
KinanREKOMENDASI PRODUK
Review Professional Air Fryer Oxone vs Glasstop Smart Fryer, Mana Pilihan Bunda?
Tim HaiBundaREKOMENDASI PRODUK
10 Rekomendasi Lipstik Glossy Tahan Lama, Cocok Dipakai Seharian
Amira SalsabilaREKOMENDASI PRODUK
3 Pilihan Cooler Bag untuk ASI, Mana yang Paling Praktis & Tahan Lama?
Ratih Wulan PinanduTERBARU DARI HAIBUNDA
Bayi Ternyata Sudah Punya Pola Pikir Kreatif Sebelum Bisa Bicara
Muncul Gumpalan Darah saat Hamil 1 Minggu, Apakah Tanda Keguguran? Kenali Ciri, Penyebab & Cara Mengatasinya
5 Potret Cinta Laura Adakan Upacara ala Adat Bali untuk Syukuran Kantor Baru
Dokter Sebut 50 Persen Manusia di Dunia akan Sakit Varises, Ternyata Ini Penyebabnya
8 Pekerjaan yang Rawan Perselingkuhan, Ada Pilot hingga Pengusaha
FOTO
VIDEO
DETIK NETWORK
-
Insertlive
Ari Lasso Ungkap Isi Chat dengan WAMI soal Royalti, Singgung Audit Independen
-
Beautynesia
PATYKA Glow Collection, 3 Produk Terbaru untuk Kulit Sehat dan Makeup Flawless
-
Female Daily
5 Fakta Menarik Film Cho Jung Seok ‘My Daughter is a Zombie’ yang Bisa Kamu Tonton di Indonesia!
-
CXO
GOT7 Rilis Album Baru, Persiapan Harus Lewat Video Call Karena Hal Ini
-
Wolipop
Taylor Swift Eksis di Podcast Kekasih, Perhiasan Rp470 Juta Curi Atensi
-
Mommies Daily
Georgina Rodríguez Resmi Dilamar Cristiano Ronaldo, Ini 7 Pelajaran Relationship dari Hubungan Mereka