HaiBunda

PARENTING

Psikolog Ungkap Satu Kalimat yang Harus Dihindari agar Anak Tak Trauma setelah Dengar Pertengkaran

Kinan   |   HaiBunda

Kamis, 03 Jul 2025 20:40 WIB
Ilustrasi/Foto: Getty Images/iStockphoto/kieferpix
Jakarta -

Perbedaan pendapat dan pertengkaran memang wajar dalam rumah tangga. Namun, bagaimana caranya agar anak tak trauma setelah tak sengaja mendengarkan?

Dalam jangka panjang, jika tidak diselesaikan dengan baik dan anak tidak diberi pengertian dengan tepat, mereka rentan mengalami gangguan psikis.

Studi dari jurnal Development and Psychopathology menunjukkan bahwa pertengkaran orang tua memengaruhi kesehatan mental anak-anak, termasuk meningkatkan risiko depresi dan kecemasan, menurunkan harga diri, serta merusak rasa aman mereka.


Termasuk jika dalam pertengkaran tersebut melibatkan pukulan, hinaan, atau bahkan saling mendiamkan pasangan (silent treatment). Interaksi seperti ini paling berpotensi menimbulkan kerusakan emosional jangka panjang pada anak. 

Mengapa pertengkaran orang tua berdampak bagi anak?

Anak-anak dari segala usia, mulai dari bayi hingga remaja, sangat dipengaruhi oleh bagaimana orang tua mereka menangani perbedaan pendapat.

Para peneliti meyakini bahwa kehidupan rumah tangga yang penuh konflik memberikan dampak negatif terhadap kesehatan mental dan harga diri anak. Dikutip dari Parents, berikut beberapa dampak yang dapat terjadi pada anak:

1. Membuat anak merasa tidak aman

Rumah dan orang tua merupakan 'tempat aman' bagi anak-anak. Adanya pertengkaran yang terus-menerus terjadi dapat melemahkan rasa aman anak terhadap keutuhan rumah.

Anak-anak yang sering menyaksikan orang tuanya bertengkar rentan merasa khawatir, termasuk tentang apakah akan terjadi perpecahan atau bertanya-tanya kapan semua akan kembali normal. 

2. Merasa kekurangan kasih sayang

Orang tua yang stres mungkin juga akan memilih untuk menyendiri dan tidak mau menghabiskan banyak waktu dengan anak.

Selain itu, kualitas hubungan bisa menurun karena sulit bagi orang tua untuk menunjukkan kasih sayang saat mereka sedang saling marah. 

3. Merasa takut sepanjang waktu

Mendengar pertengkaran yang terlalu sering atau intens bisa sangat menakutkan bagi anak. Baik bagi anak balita, maupun bagi anak praremaja dan remaja. 

Stres ini bisa berdampak buruk pada kesehatan fisik dan psikologis mereka, serta mengganggu perkembangan yang sehat.

Kalimat yang harus dihindari agar anak tak trauma

Menurut Alissa Taylor-Saunders, LMSW dari Collaborative ABA, ada satu kalimat yang sebaiknya tidak diucapkan: "Jangan khawatir. Ini bukan urusanmu."

Mengapa? Karena itu setara dengan menganggap kehadiran anak tidak penting. 

"Itu seakan memberi pesan bahwa perasaan dan pengamatan anak tidak penting, padahal mereka justru yang paling terpengaruh oleh adanya konflik tersebut," ungkap Taylor-Saunders, seperti dikutip dari Pure Wow.

Alih-alih merasa tenang, anak justru akan merasa cemas dan bingung. Mereka juga rentan memiliki pemikiran yang lebih menakutkan dari kenyataannya.

Lalu, apa yang sebaiknya diucapkan orang tua?

Daripada menutup pembicaraan atau berpura-pura tidak terjadi apa-apa, Taylor-Saunders menyarankan untuk membahas situasi tersebut dengan cara yang sesuai usia anak:

Balita (1-3 tahun)

Buatlah percakapan menjadi sesederhana mungkin dan fokus pada emosi anak. Katakan sesuatu seperti: "Kadang orang dewasa merasa marah, sama seperti kamu. Tapi kami tetap saling sayang dan akan menyelesaikan masalah ini bersama-sama".

Anak prasekolah (4-7 tahun)

Berikan sedikit konteks tanpa membebani anak. Bunda bisa menyampaikan kalimat seperti: "Kami tadi berbeda pendapat, tapi itu bukan berarti kami tidak saling peduli. Sangat boleh untuk merasa sedih kalau ada yang bertengkar, tapi kami tetap saling menyayangi".

Anak usia sekolah dan remaja (8-18 tahun)

Bersikaplah jujur, tapi jangan libatkan anak terlalu dalam di masalah ini. Hindari bercerita terlalu banyak, apalagi sampai menjelek-jelekkan pasangan di depan anak.

Sampaikan kalimat seperti: "Kadang orang punya pendapat dan perasaan yang berbeda, dan tidak apa-apa untuk tidak setuju. Hal yang penting adalah bagaimana kita menyelesaikannya dengan sebaik mungkin".

Tindak lanjut orang tua dalam jangka panjang

Bergantung pada seberapa parah pertengkarannya, jangan lupa untuk tetap mengambil tindakan pada anak. Cek kondisi anak secara santai, agar mereka bisa memproses apa yang mereka dengar. Termasuk seperti:

  • Tanyakan perasaan anak dan dengarkan sungguh-sungguh.
  • Validasi emosi anak.
  • Minta maaf jika pertengkaran ini benar-benar terlihat sangat berdampak pada psikis anak sesudahnya. 

Jadi, meskipun pertengkaran tak bisa dihindari dan tak menutup kemungkinan akan terjadi lagi, cara orang tua menangani situasi setelahnya adalah hal yang paling penting bagi mental anak. 

Bagaimana mencegah anak terpengaruh oleh konflik?

Menurut psikolog dan penulis buku Marital Conflict and Children: An Emotional Security Perspective, E. Mark Cummings, konflik memang merupakan bagian normal dari kehidupan sehari-hari. 

"Namun yang penting adalah bagaimana konflik itu diekspresikan dan diselesaikan, serta memikirkan dampak besarnya bagi anak," ujar Cummings, seperti dikutip dari Parenting First Cry.

Berikut beberapa hal yang perlu diperhatikan: 

  1. Usahakan untuk tidak membicarakan hal-hal sensitif, apalagi bertengkar, saat anak berada di rumah. Jika memang kondisinya tak bisa dihindari, masuklah ke ruangan lain dan rendahkan suara. 
  2. Waktu terbaik untuk membahasnya adalah saat anak sudah tertidur. Sambil menunggu waktu itu, sebisa mungkin jaga agar suasana tetap normal. 
  3. Jika anak sempat menyaksikan pertengkaran, pastikan mereka juga melihat proses orang tua saling meminta maaf.
  4. Jangan ragu melibatkan konseling profesional apabila memang dibutuhkan ya, Bunda.

Bagi Bunda yang mau sharing soal parenting dan bisa dapat banyak giveaway, yuk join komunitas HaiBunda Squad. Daftar klik di SINI. Gratis!

(fir/fir)

Simak video di bawah ini, Bun:

Mitos atau Fakta, Sunat Berpengaruh pada Tumbuh Kembang Anak? Ini Kata Dokter

TOPIK TERKAIT

ARTIKEL TERKAIT

TERPOPULER

Nola B3 Kenang Perjalanan Membesarkan Putri Sulung, Masih Sering Nangis Ingat Hal Ini

Mom's Life Nadhifa Fitrina

Cara Daftar Program Pensiun untuk Pekerja Freelance agar Masa Tua Aman

Mom's Life Arina Yulistara

Terpopuler: Potret Bunda Artis dengan Cucunya

Mom's Life Amira Salsabila

Kenali Gejala Post-Wedding Depression yang Rawan Dialami Pasutri Baru

Mom's Life Arina Yulistara

Alyssa Daguise Dapat Pesan Manis dari Maia Estianty Usai Jadi Menantu

Mom's Life Annisa Karnesyia

REKOMENDASI
PRODUK

TERBARU DARI HAIBUNDA

Nola B3 Kenang Perjalanan Membesarkan Putri Sulung, Masih Sering Nangis Ingat Hal Ini

Cara Daftar Program Pensiun untuk Pekerja Freelance agar Masa Tua Aman

Ketampanan Adik Cha Eun Woo Kembali Viral, Terbaru Muncul Video saat Magang

Terpopuler: Potret Bunda Artis dengan Cucunya

Cara Menyentuh Pangeran William Rayakan Ulang Tahun Mendiang Putri Diana

FOTO

VIDEO

DETIK NETWORK