Terpopuler
Aktifkan notifikasi untuk dapat info terkini, Bun!
Bunda dapat menonaktifkan kapanpun melalui pengaturan browser.
Nanti saja
Aktifkan

parenting

ADHD hingga Autisme Meningkat Tajam pada Anak, Ini Fakta Mengejutkannya

Kinan   |   HaiBunda

Kamis, 10 Jul 2025 22:30 WIB

ADHD pada bayi
Ilustrasi/Foto: Getty Images/eakgrunge
Daftar Isi

Baru-baru ini sebuah hasil survei jangka panjang menemukan bahwa jumlah kasus Attention-Deficit/Hyperactivity Disorder (ADHD) hingga autisme meningkat. 
 
Survei ini dilakukan terhadap lebih dari 230.000 anak dan dewasa muda di Amerika Serikat, di mana keluarga mereka melaporkan apakah anak-anak tersebut memiliki kondisi kronis seperti asma, atau keterbatasan fungsional seperti ADHD.

Menurut hasil survei tersebut, persentase anak dan dewasa muda yang menghadapi kondisi atau keterbatasan ini meningkat. Angkanya dari hampir 23 persen pada tahun 1999, menjadi lebih dari 30 persen pada tahun 2018.

Artinya, hampir satu dari tiga responden saat ini diperkirakan hidup dengan masalah kesehatan serius atau yang membatasi aktivitas mereka.

Hasil data survei terhadap usia responden

Pada anak-anak usia 5 hingga 17 tahun, data survei menunjukkan bahwa lonjakan kondisi kronis terutama disebabkan oleh ADHD/ADD, autisme, dan asma.

Sementara pada dewasa muda usia 18 hingga 25 tahun, peningkatan tersebut terutama disebabkan oleh asma, kejang atau epilepsi, dan pradiabetes.

Peningkatan keterbatasan fungsional pada anak-anak sebagian besar disebabkan oleh gangguan bicara, masalah muskuloskeletal, depresi, kecemasan, masalah emosional, atau kondisi kesehatan mental lainnya.

Mungkinkah karena gejala yang terabaikan?

Beberapa dari kondisi ini sebenarnya dapat dicegah, sehingga hasil temuan ini memperkirakan ada gejala-gejala yang sebelumnya terabaikan. 

"Kami memperkirakan bahwa saat ini ada sekitar 87,4 juta anak muda usia 5 hingga 25 tahun di AS, dan 25,7 juta di antaranya melaporkan memiliki kondisi kronis atau keterbatasan fungsional," tulis penulis studi ini, Lauren Wisk, peneliti dari University of California Los Angeles, dan Dr. Niraj Sharma, dokter anak dari Harvard University.

Dikutip dari Science Alert, peneliti pun memperkirakan ada sekitar 1,2 juta anak muda dengan kondisi kronis atau keterbatasan fungsional yang setiap tahunnya berusia 18 tahun. Angka ini menunjukkan bahwa banyak anak yang akan membutuhkan perawatan berkelanjutan seiring bertambahnya usia mereka. 

Kemungkinan terdapat banyak faktor yang terlibat, termasuk konteks komunitas dan lingkungan dan sistem layanan kesehatan yang tersedia.

Apa yang menjadi faktor penyebabnya?

Wisk dan Sharma dengan hati-hati memperhitungkan berbagai macam variabel sosial ekonomi yang mungkin memengaruhi hasil studi mereka, ditemukan hasil yang substansial.

Anak-anak dengan penyakit kronis lebih cenderung berasal dari keluarga dari ekonomi menengah ke bawah, atau yang memiliki asuransi publik (bukan swasta).

"Sebagian besar remaja dengan kondisi kronis perlu mengakses layanan kesehatan dan sosial seumur hidup, tetapi sistem kesehatan umumnya tidak dirancang untuk ini," imbuh Wisk.

Pelayanan kesehatan umumnya berfokus pada anak-anak, lalu pada orang dewasa. Dengan demikian, banyak dari remaja ini berisiko tidak mendapatkan perawatan dan terapi yang tepat. Demikian dikutip dari studi yang diterbitkan dalam jurnal Academic Pediatrics.

Apa itu autisme?

Menurut American Psychiatric Association, Autism Spectrum Disorder (ASD) atau gangguan spektrum autisme adalah kondisi perkembangan yang kompleks yang ditandai dengan tantangan dalam komunikasi sosial, minat terbatas, dan perilaku repetitif. 

Meskipun autisme dianggap sebagai kondisi seumur hidup, kebutuhan akan layanan dan dukungan akibat tantangan tersebut bervariasi pada setiap individu.

Menurut Centers for Disease Control and Prevention (CDC), diperkirakan 1 dari 36 anak telah diidentifikasi memiliki gangguan spektrum autisme.

Tanda-tanda awal kondisi ini bisa dikenali oleh orang tua/pengasuh atau dokter anak bahkan sebelum anak berusia 1 tahun. Namun, gejala biasanya mulai terlihat lebih konsisten ketika anak berusia 2 atau 3 tahun. 

Apa itu ADHD?

Sementara itu, Attention-deficit/hyperactivity disorder (ADHD) adalah gangguan pemusatan perhatian dan hiperaktivitas.

Gejala ADHD meliputi kurangnya perhatian (tidak mampu mempertahankan fokus), hiperaktivitas (gerakan berlebih yang tidak sesuai dengan situasi), dan impulsivitas (tindakan tergesa-gesa yang terjadi secara spontan tanpa berpikir panjang).

ADHD dianggap sebagai kondisi kronis yang memengaruhi berbagai aspek kehidupan seseorang, termasuk pencapaian akademik dan profesional, hubungan interpersonal, serta fungsi sehari-hari.

Jika tidak ditangani dengan tepat, ADHD dapat menyebabkan harga diri yang rendah dan kesulitan dalam fungsi sosial pada anak-anak.

Orang dewasa dengan ADHD rentan mengalami tidak percaya diri, sangat sensitif terhadap kritik, dan kecenderungan untuk mengkritik diri sendiri secara berlebihan.

Banyak anak mungkin mengalami kesulitan untuk duduk diam, menunggu giliran, memperhatikan, merasa gelisah, dan bertindak impulsif. Namun, anak-anak yang memenuhi kriteria diagnosis untuk ADHD memiliki gejala hiperaktivitas, impulsivitas, keteraturan, dan/atau kurangnya perhatian yang jauh lebih mencolok dibandingkan anak seusianya atau tingkat perkembangan mereka. 

Terdapat tiga tipe utama ADHD:

  • Tipe dominasi kurang perhatian (Predominantly inattentive presentation).
  • Tipe dominasi hiperaktif/impulsif (Predominantly hyperactive/impulsive presentation).
  • Tipe gabungan (Combined presentation).

Jangan lupa lakukan pemeriksaan ke dokter tumbuh kembang untuk menentukan diagnosis lebih tepat ya, Bunda.

Bagi Bunda yang mau sharing soal parenting dan bisa dapat banyak giveaway, yuk join komunitas HaiBunda Squad. Daftar klik di SINI. Gratis!

(fir/fir)

TOPIK TERKAIT

HIGHLIGHT

Temukan lebih banyak tentang
Fase Bunda