Terpopuler
Aktifkan notifikasi untuk dapat info terkini, Bun!
Bunda dapat menonaktifkan kapanpun melalui pengaturan browser.
Nanti saja
Aktifkan

parenting

Kisah Sepiring Pancake, Pesan Seorang Ayah untuk Anak soal Kondisi Indonesia

Dzulfikri Putra Malawi   |   HaiBunda

Senin, 01 Sep 2025 17:20 WIB

Ilustrasi pancake pisang
Ilustrasi sepiring pancake/Foto: Getty Images/iStockphoto/Janna Danilova
Jakarta -

Nak, hari ini Ayah patah hati. Lagi. Untuk kesekian kalinya menyaksikan kekerasan dan tindakan represif para pengayom masyarakat. Mereka juga kerja hanya menjalankan tugasnya, perintah pimpinannya.

Lagi-lagi, rakyat dibenturkan sama rakyat. Ayahmu juga sedang dinas. Bunda sibuk seharian dari jam 7 pagi sudah jalan, mengurus keperluan kantor. Tengah malam ini baru bisa pulang.

Kalian kirim video ke kami, masak pancake. Katanya, "Ini untuk Ayah dan Bunda," sambil tersenyum dan tertawa girang. Sejenak, Ayah merasa Indonesia sedang baik-baik saja. Padahal seharian ini, pikiran dan perasaan Ayah ngambang banget.

Duka dan lara terjadi lagi. Memakan korban. Dilindas mobil rantis terang-terangan, dalam kerumunan yang berlarian. Dia adalah seorang pengemudi ojek yang ikut turun ke jalan, mewakili kita, rakyat yang terus-terusan dijogetin.

Sambil menunggu Bundamu selesai tugas dan kembali tengah malam ini, menunggu kabar dan memastikan sampai di rumah dengan selamat. Ayah punya pesan untukmu. Karena kelak kamu akan baca tulisan ini.


Kita akan beranjak dewasa masing-masing dengan segala urusan.

Kita akan beranjak pergi kemana pun dengan segala tujuan yang kita suka.

Kita akan beranjak meraih cita-cita yang sudah didambakan sejak kecil.

Kita akan beranjak menjadi individu yang tumbuh dewasa dengan segala kebijaksanaan memutuskan segala sesuatu.

Kita akan beranjak untuk kembali lagi ke rumah. Kembali lagi kepada orang-orang yang kita sayangi dan kasihi.

Semua hal yang beranjak tak akan ada gunanya jika kita tidak merawat rasa empati kita. Semua hal yang beranjak akan menyilaukan moral kita dan memadamkan rasa empati.

Tapi Ayah yakin kamu tidak lahir untuk menjadi seperti itu. Darahmu mengalir darah Ayah Bundamu, yang pada alirannya penuh cinta kasih dan empati.

Ayah yakin kamu paham dan bisa merawat empati dengan sebaik-baiknya.

Tidak untuk menjadikan dirimu hebat. Tapi menjadi manusia seutuhnya yang bisa memberikan manfaat orang di sekitar. Biarpun kamu dalam kondisi sulit. Empati nanti yang akan menolong kamu bangkit.

Perhatianmu dalam bentuk sepiring pancake adalah bukti empatimu yang sangat nyata.

Kami, sebagai orang tua hanya ingin kamu tumbuh dengan kondusif. Negara yang kamu tinggali baik-baik saja. Kamu tidak perlu tahu saat ini situasinya seperti apa. Bermainlah dengan rukun dan ceria bersama saudara-saudaramu di rumah.

Biar kami yang urus. Biar kami yang ikut berbenah. Sudah tugas orang tua semestinya untuk terus kritis terhadap pejabat-pejabat yang nirempati dengan rakyatnya.

Sepiring pancake yang kamu berikan adalah harapan. Bekal kamu di masa mendatang untuk siap menghadapi hal serupa seperti ini jika terjadi lagi. Ah, tapi Ayah yakin, generasi kamu nanti Indonesia jauh lebih berempati pejabatnya. Sama harapannya dengan kakek kamu dan buyutmu saat itu.

-----

Dzulfikri Putra Malawi; Communication Expert & Penulis buku "LOKANANTA"

Bagi Bunda yang mau sharing soal parenting dan bisa dapat banyak giveaway, yuk join komunitas HaiBunda Squad. Daftar klik di SINI. Gratis!

(fir)

TOPIK TERKAIT

HIGHLIGHT

Temukan lebih banyak tentang
Fase Bunda