PARENTING
Cara Mengajarkan Anak Utarakan Pendapat dengan Baik Menurut Psikolog
Nadhifa Fitrina | HaiBunda
Selasa, 02 Sep 2025 09:10 WIBAnak-anak sering kali penasaran ketika melihat orang dewasa berdebat atau mengemukakan pendapat dengan suara keras. Mereka ingin tahu bagaimana cara menyampaikan pendapat yang benar dan diterima oleh orang lain.
Rasa ingin tahu ini muncul karena anak sedang belajar memahami komunikasi yang efektif. Setiap percakapan di sekitarnya menjadi contoh bagi mereka bagaimana mengekspresikan ide dengan tepat.
Pada kesempatan kali ini, Haibunda berbincang dengan Anastasia Satriyo M.Psi., Psikolog yang berpraktik di Klinik Perhati dan secara online, yakni membahas cara mengajarkan anak untuk menyampaikan pendapat dengan baik, jelas, dan tetap menghormati orang lain.
Dengan pendekatan yang tepat, anak bisa belajar mengungkapkan pikirannya tanpa menyinggung atau memaksakan kehendak. Hal ini penting agar mereka tumbuh menjadi komunikator yang percaya diri.
Cara berdiskusi dengan anak soal menyampaikan pendapat
Anastasia mengungkapkan bahwa cara berdiskusi dengan anak soal bagaimana menyampaikan pendapat dengan baik bisa mulai dari hal sederhana di rumah.
"Kalau kamu ingin sesuatu dari Mama atau Papa, bagaimana biasanya kamu mengatakannya? Apakah dengan marah, menangis, atau dengan kata-kata yang jelas?"
Dari situ, ajak anak menyadari bahwa cara kita menyampaikan keinginan akan memengaruhi bagaimana orang lain merespons. Bisa dilanjutkan dengan latihan kecil, seperti mencoba mengungkapkan keinginan dengan tenang, sopan, dan jelas.
Lebih lanjut Anastasia memberikan pesan penting kepada orang tua bahwa setiap pertanyaan anak adalah pintu untuk mengajarkan nilai.
"Bukan hanya soal "apa yang terjadi di luar," tapi juga bagaimana anak belajar tentang cara menjaga diri, menghormati orang lain, dan menyalurkan perasaan dengan baik," ungkapnya.
Anastasia juga memberikan beberapa tips bagaimana cara Bunda menjelaskan kepada anak tentang oknum dan provokator demo.
Cara menjelaskan kepada anak tentang oknum dan provokator demo
Untuk anak usia SD (7-12 tahun):
"Nak, waktu ada demo itu sebenarnya banyak orang biasa yang datang untuk menyampaikan pendapat dengan cara damai. Tapi kadang ada juga orang-orang tertentu yang sengaja bikin suasana jadi kacau, misalnya dengan merusak atau membakar. Orang-orang ini disebut provokator. Mereka biasanya punya tujuan lain, bukan sekadar menyampaikan pendapat. Karena kalau orang biasa, rakyat seperti kita, mana sanggup beli bensin banyak untuk dibakar-bakar. Jadi bukan semua yang datang demo itu mau bikin rusuh."
Untuk remaja:
"Demo itu hak masyarakat, tapi yang sering bikin suasana jadi anarkis biasanya bukan warga biasa. Ada oknum atau provokator yang sengaja memanfaatkan momen, mereka bisa punya kepentingan politik atau alasan lain. Coba pikir: rakyat kecil lebih butuh uang untuk makan, bukan untuk beli bensin banyak buat dibakar. Jadi kita perlu belajar membedakan mana aspirasi yang murni, dan mana tindakan yang sengaja dibuat untuk merusak."
Catatan penting untuk orang tua berdiskusi dengan anak:
- Bedakan aksi damai & aksi rusuh: Hal ini supaya anak tidak mengeneralisasi bahwa semua demo itu berbahaya.
- Bangun sense of critical thinking: Ajari anak untuk melihat siapa yang diuntungkan dari kerusuhan.
- Kembalikan ke nilai keluarga: Tekankan bahwa di rumah kita tetap menjunjung cara damai untuk menyampaikan pendapat.
Contoh percakapan dengan anak tentang oknum dan provokator dalam demo sesuai usia
Psikolog Anastasia Satriyo M.Psi., menekankan, komunikasi yang tepat membantu anak memahami konteks sosial dengan logis. Orang tua bisa menggunakan contoh percakapan yang sesuai usia untuk memudahkan pemahaman. Berikut contohnya:
Untuk anak usia SD (7-12 tahun):
Anak: "Bunda, kenapa ada orang demo sampai bakar-bakar?"
Bunda: "Sebenarnya banyak orang demo itu tujuannya baik, mereka ingin didengar oleh pemerintah. Tapi ada juga orang tertentu yang sengaja bikin rusuh. Itu namanya provokator."
Anak: "Kenapa mereka bikin rusuh, Bun?"
Bunda: "Kadang mereka punya tujuan lain, misalnya ingin membuat keadaan jadi kacau. Kalau orang biasa, mana sanggup beli bensin banyak untuk dibakar-bakar, kan lebih baik dipakai untuk kebutuhan rumah. Jadi tidak semua orang yang demo mau merusak, hanya ada sebagian kecil oknum saja."
Anak: "Oh jadi nggak semua orang demo itu jahat ya?"
Bunda: "Betul. Demo itu boleh, asal damai. Yang merusak itu cuma sebagian kecil orang yang sengaja bikin ribut."
Untuk remaja:
Anak: "Kenapa demo bisa jadi rusuh, sampai ada yang bakar-bakaran, Bun?"
Bunda: "Nah, di situlah pentingnya kita bedakan, Nak. Demo itu sebenarnya hak rakyat untuk menyampaikan pendapat. Tapi sering ada provokator-orang atau kelompok yang sengaja bikin suasana kacau."
Anak: "Kenapa mereka sengaja bikin rusuh?"
Bunda: "Biasanya ada kepentingan lain. Bisa politik, bisa ekonomi. Coba pikir, rakyat biasa yang hidup pas-pasan nggak mungkin rela keluar uang banyak untuk beli bensin hanya supaya bisa dibakar. Jadi yang anarkis biasanya bukan masyarakat biasa, tapi oknum yang memang punya tujuan tertentu."
Anak: "Jadi kita nggak bisa asal percaya kalau semua demo itu bikin rusuh ya?"
Bunda: "Betul. Kamu perlu belajar lihat dari banyak sisi: siapa yang demo, siapa yang bikin rusuh, dan siapa yang sebenarnya diuntungkan. Itu cara berpikir kritis yang penting banget buat kamu nanti."
Dengan skrip ini, anak bisa:
- Merasa aman karena tidak semua demo berbahaya.
- Mengembangkan logika dan menyadari rakyat biasa tidak mungkin memiliki sumber daya untuk bertindak anarkis.
- Belajar berpikir kritis dan memahami kepentingan di balik peristiwa.
Bagi Bunda yang mau sharing soal parenting dan bisa dapat banyak giveaway, yuk join komunitas HaiBunda Squad. Daftar klik di SINI. Gratis!
(ndf/som)Simak video di bawah ini, Bun:
Mengenal Glider Parenting, Pola Asuh Seimbang yang Viral di Media Sosial
TOPIK TERKAIT
ARTIKEL TERKAIT
Alasan Anak Suka Menanyakan Hal-hal yang Sulit Dijawab Menurut Pakar
Anak Terpapar Konten dan Berita Negatif di Media Sosial, Harus Bagaimana?
Hindari Ucapkan 5 Kalimat Toxic Ini pada Anak agar Tak Melukai Hatinya
Tips Agar Anak Tak Jadi Pelampiasan Emosi Bunda
TERPOPULER
Ternyata Ini Alasan Rambut Putri Diana Tak Pernah Panjang
Deretan Eks Member JKT 48 Momong Anak Bareng, Shanju hingga Desy Genoveva
Mengenal Teknik Edging dalam Berhubungan Intim
10 Tanaman Hias Outdoor Tahan Panas yang Cantik dan Mudah Dirawat
Jennifer Aniston Ungkap Perjuangan IVF 20 Tahun, Jawab Tuduhan Egois Tak Mau Punya Anak
REKOMENDASI PRODUK
11 Rekomendasi Balsem Bayi yang Aman dan Nyaman untuk Kulit Si Kecil
KinanREKOMENDASI PRODUK
10 Rekomendasi Primer Make Up Tahan Lama
Amira SalsabilaREKOMENDASI PRODUK
Review Es Krim Baskin Robbins Musk Melon & Popping Shower, Rasa Favorit Nomor #1 di Jepang
Firli NabilaREKOMENDASI PRODUK
10 Rekomendasi Lotion Anti Nyamuk untuk Bayi yang Aman untuk Kulit
Asri EdiyatiREKOMENDASI PRODUK
7 Rekomendasi Pensil Alis Warna Coklat Muda yang Bisa Jadi Pilihan Bunda
Amira SalsabilaTERBARU DARI HAIBUNDA
Denny Sumargo Habiskan Waktu Bareng Istri dan Anak di Bali, Intip 5 Momen Keseruannya
10 Tanaman Hias Outdoor Tahan Panas yang Cantik dan Mudah Dirawat
Deretan Eks Member JKT 48 Momong Anak Bareng, Shanju hingga Desy Genoveva
Mengenal Teknik Edging dalam Berhubungan Intim
Ternyata Ini Alasan Rambut Putri Diana Tak Pernah Panjang
FOTO
VIDEO
DETIK NETWORK
-
Insertlive
Kim Nam Gil, Park Bo Gum, dan Lee Hyun Wook Bintangi Film 'Canvas of Blood'
-
Beautynesia
Sifatnya Serius dan Tegas, Ini Zodiak yang Cocok Jadi Dosen "Killer" di Kampus
-
Female Daily
Intip Deretan Parfum Andalan FD Babe & FD Dude! Kamu Team Bold atau Airy?
-
CXO
GOT7 Rilis Album Baru, Persiapan Harus Lewat Video Call Karena Hal Ini
-
Wolipop
7 Gaya Tzuyu TWICE Pakai Lingerie Ungu di Victoria's Secret Show, Bikin Heboh
-
Mommies Daily
8 Jenis Celana Dalam Laki-laki Terbaik, Anti Gerah dan Nyaman Seharian