Terpopuler
Aktifkan notifikasi untuk dapat info terkini, Bun!
Bunda dapat menonaktifkan kapanpun melalui pengaturan browser.
Nanti saja
Aktifkan

parenting

Hindari Ucapkan 5 Kalimat Toxic Ini pada Anak agar Tak Melukai Hatinya

Nadhifa Fitrina   |   HaiBunda

Sabtu, 02 Aug 2025 13:10 WIB

Hindari 5 Kalimat Toxic Ini untuk Anak
Ilustrasi Orang Tua Berkata Toxic pada Anak/Foto: Getty Images/Kunlathida Petchuen
Daftar Isi
Jakarta -

Setiap kata yang keluar dari mulut orang tua bisa menjadi pelukan atau justru luka bagi hati anak. Tanpa disadari, satu kalimat saja dapat meninggalkan jejak yang tak mudah terhapus.

Bunda atau Ayah mungkin tak bermaksud menyakiti, tetapi beberapa ucapan bisa terasa tajam di telinga Si Kecil. Kata-kata yang sering dianggap sepele justru mampu mengguncang rasa percaya dirinya.

Anak butuh suara yang menenangkan, bukan yang membuatnya merasa tak berharga. Dengan kata-kata penuh kasih, Bunda dapat membantu mereka tumbuh dengan hati yang lebih kuat dan bahagia.

Ada beberapa kalimat yang sebaiknya dihindari agar tidak meninggalkan goresan dalam pada jiwa anak. Menggantinya dengan ucapan penuh cinta akan membuat mereka merasa aman dan dicintai sepenuhnya.

Mengapa anak sering tidak mau mendengarkan orang tua?

Mendidik anak bukan soal memberikan perintah, tapi juga menciptakan ruang yang aman bagi Si Kecil. Bahasa yang tepat bisa membuat komunikasi Bunda dengan anak menjadi lebih ringan dan efektif.

Bahasa yang terdengar mengancam bisa memicu respons "fight-or-flight", membuat anak merasa terpojok dan sulit menerima arahan dengan tenang. Situasi ini dapat meningkatkan stres, yang akhirnya mengganggu kemampuan mereka untuk mendengarkan dengan baik.

Dikutip dari laman Parents Together, stres dapat memicu respons otomatis tubuh berupa "lawan atau lari". Saat kondisi ini muncul, anak menjadi kurang terbuka dan sulit menerima pesan yang disampaikan orang tua.

Banyak orang tua menggunakan ancaman untuk membuat anak menurut. Cara ini sering kali dibarengi dengan hukuman keras agar perilaku anak bisa dikendalikan.

Sebaliknya, menggunakan bahasa yang menghargai kebebasan anak sambil tetap memberi batasan bisa membuat mereka lebih mau bekerja sama. Anak jadi merasa punya kendali atas tindakannya dan lebih bertanggung jawab terhadap pilihannya.

Kalimat yang positif membantu anak memahami hubungan sebab-akibat dengan lebih sehat. Alih-alih patuh karena takut, mereka belajar memilih perilaku yang tepat karena memahami alasannya.

Menghargai emosi anak adalah kunci agar mereka mau mendengar

Saat anak menangis atau kesal, banyak orang tua secara refleks mengatakan, "Berhenti menangis, kamu baik-baik saja". Padahal, ini membuat anak merasa perasaannya tidak penting atau berlebihan.

Anak yang tidak divalidasi emosinya cenderung merasa terputus dari orang tua dan kehilangan rasa aman dalam berkomunikasi. Akibatnya, mereka menjadi lebih sulit diajak bicara atau diarahkan untuk berperilaku dengan baik.

Mengganti kalimat tersebut dengan kata-kata empati seperti, "Aku lihat kamu sedih, coba ceritakan apa yang terjadi" bisa membuat anak lebih cepat tenang. Mereka merasa didengar dan lebih percaya pada orang tuanya.

Hindari kalimat toxic ini untuk anak

9 Kesalahan Orang Tua yang Rentan Membuat Anak Introvert, Termasuk Kasih Julukan PemaluIlustrasi/Foto: Getty Images/Nuttawan Jayawan

Dikutip dari laman CNBC Make It, banyak orang tua tidak menyadari bahwa cara mereka berbicara bisa memengaruhi reaksi anak. Kalimat yang terdengar keras atau mengancam sering kali membuat anak enggan mendengarkan dan justru menolak arahan.

1. "Karena aku bilang begitu"

Kalimat seperti "Karena aku bilang begitu" sering membuat anak merasa tidak dihargai dan hanya diajari patuh tanpa alasan yang jelas. Sebagai gantinya, Bunda bisa mengatakan, "Aku tahu kamu tidak suka keputusan ini. Aku akan jelaskan, lalu kita lanjut" agar anak merasa dipahami.

Sebaliknya, jika Bunda hanya memerintah tanpa alasan, komunikasi bisa tertutup dan anak jadi enggan mendengarkan di kesempatan berikutnya. Penjelasan yang hangat membuat anak lebih terbuka dan mau bekerja sama.

2. "Kalau kamu tidak dengar, kamu akan kehilangan hak istimewamu"

Kalimat seperti ancaman sering membuat anak merasa terpojok dan justru memicu sikap melawan. Mereka lebih fokus pada ketakutan kehilangan haknya daripada memahami perilaku yang diharapkan.

Bunda bisa mencontohkan kalimat ini, "Saat kamu siap melakukan ini, kita bisa lanjut ke hal yang menyenangkan". Dengan begitu, Bunda bisa tetap menjaga batasan tanpa menimbulkan pertentangan yang tidak perlu.

3. "Berhenti menangis. Kamu baik-baik saja"

Kalimat ini sering membuat anak merasa emosinya tidak penting atau bahkan dianggap berlebihan. Jika terus diulang, anak bisa kehilangan keberanian dan kepercayaan untuk bercerita tentang apa yang ia rasakan.

Dengan mengatakan, "Aku lihat kamu sedih. Coba ceritakan apa yang terjadi" Bunda memberikan ruang aman bagi anak untuk mengekspresikan perasaannya. Anak pun akan lebih cepat tenang karena merasa didengar, dipahami, dan tidak dihakimi.

4. "Berapa kali harus aku bilang ini?"

Kalimat ini sering terdengar seperti menyalahkan anak dan memberi kesan bahwa mereka sengaja tidak patuh. Padahal, sering kali anak sebenarnya bingung atau kesulitan memahami arahan yang diberikan.

Dengan mengatakan, "Aku sudah beberapa kali minta. Bisa jelaskan apa yang membuatmu kesulitan?" Bunda mengajak anak berdiskusi dan mencari solusi bersama. Anak pun merasa dihargai, lebih tenang, dan mau mendengarkan tanpa terbebani rasa bersalah berlebihan.

5. "Kamu kan tahu itu salah"

Kalimat ini sering membuat anak merasa malu dan meragukan dirinya sendiri. Mereka bisa merasa tidak dipercaya atau bahkan takut berbicara tentang kesalahannya di kemudian hari.

Dengan mengatakan, "Sepertinya ada hal yang menghalangimu bertindak terbaik saat ini. Ayo kita bicarakan," Bunda mengajak anak untuk merenung dan memahami perilakunya tanpa merasa dihakimi. Cara ini membantu anak belajar bertanggung jawab dengan cara yang sehat dan tanpa rasa takut berlebihan.

Bagi Bunda yang mau sharing soal parenting dan bisa dapat banyak giveaway, yuk join komunitas HaiBunda Squad. Daftar klik di SINI. Gratis!

(ndf/fir)

TOPIK TERKAIT

HIGHLIGHT

Temukan lebih banyak tentang
Fase Bunda