Terpopuler
Aktifkan notifikasi untuk dapat info terkini, Bun!
Bunda dapat menonaktifkan kapanpun melalui pengaturan browser.
Nanti saja
Aktifkan

parenting

Mengenal Medusa Trauma dan Dampaknya pada Anak

Nadhifa Fitrina   |   HaiBunda

Jumat, 05 Sep 2025 20:40 WIB

Mengenal Medusa Trauma dan Dampaknya pada Anak
Ilustrasi Medusa Trauma pada Anak/Foto: Getty Images/iStockphoto/globalmoments
Daftar Isi
Jakarta -

Setiap anak membawa cerita dan pengalaman yang bisa membentuk cara mereka berpikir serta merespons lingkungan di sekitarnya. Salah satu hal yang kini mulai disoroti para ahli adalah medusa trauma.

Bunda tentu ingin memahami bagaimana kondisi ini dapat berpengaruh pada tumbuh kembang Si Kecil. Tidak heran jika topik tentang medusa trauma ini mulai ramai dibicarakan di kalangan orang tua.

Rasa ingin tahu pun muncul, terutama soal dampaknya terhadap keseharian anak. Apakah trauma ini benar-benar bisa memengaruhi sikap dan perilaku mereka?

Nah, di sinilah pentingnya Bunda mengenal lebih dekat apa itu medusa trauma, supaya bisa lebih peka dalam mendampingi Si Kecil dalam menghadapi tantangan emosionalnya.

Mengenal apa itu medusa trauma

Medusa trauma yang juga dikenal sebagai freeze response, menjadi perhatian banyak orang tua karena memengaruhi anak setelah mengalami pengalaman traumatis. Respons ini membuat anak tampak diam dan tidak bergerak saat dihadapkan pada pemicu trauma tertentu, Bunda.

Menurut Peter Levine dalam bukunya Waking the Tiger-Healing Trauma, medusa trauma adalah respon trauma yang membuat seseorang 'membeku' ketika menghadapi trigger trauma. 

Anak yang mengalami medusa trauma sering menarik diri dari interaksi sosialnya. Mereka sulit mengekspresikan perasaan secara normal, meskipun dalam situasi yang aman.

Respons 'membeku' sebenarnya adalah mekanisme bertahan hidup alami manusia. Namun, jika respons ini menetap dan mengganggu keseharian anak setelah trauma berlalu, hal ini bisa menandakan adanya masalah lain yang perlu diperhatikan.

Medusa, dalam mitologi Yunani, dikenal sebagai makhluk yang bisa mengubah siapa saja yang menatap matanya menjadi batu. Kisah ini menjadi simbol bagaimana trauma bisa melumpuhkan seseorang jika dihadapi secara langsung.

Peter Levine menjelaskan bahwa pendekatan yang efektif adalah bekerja dengan pantulan trauma, bukan menghadapi secara langsung. Seperti Perseus yang menggunakan perisai untuk melihat bayangan Medusa, manusia juga bisa belajar mengelola trauma melalui refleksi dan respons tubuh, Bunda.

Gejala medusa trauma pada anak

Setelah mengetahui apa itu medusa trauma, Bunda perlu mengenali gejalanya pada anak. Gejala ini bisa terlihat dari perilaku, ekspresi wajah, dan respons tubuh Si Kecil terhadap lingkungan sekitar.

1. Diam dan tidak bergerak

Anak terlihat membeku dan tampak tidak melakukan apa pun. Respons ini sering kali muncul saat mereka merasa terancam atau cemas.

2. Wajah dengan ekspresi kosong

Ekspresi wajah tampak datar atau kosong. Hal ini menunjukkan kesulitan mereka dalam merespons lingkungannya.

3. Tidak mampu bereaksi dengan baik

Anak kesulitan menanggapi rangsangan dari luar. Mereka bisa tampak bingung atau tidak responsif meskipun situasinya terlihat aman.

4. Menarik diri dari interaksi sosial

Anak sering menghindari permainan atau interaksi dengan teman dan keluarganya. Sulit bagi mereka untuk mengekspresikan perasaan atau kebutuhan mereka, Bunda.

Dampak medusa trauma pada anak

Trauma yang tidak diolah bisa membuat anak terus-menerus fokus pada pengalaman traumatisnya. Hal ini mirip perangkap, di mana anak seolah selalu dikalahkan oleh situasi yang pernah menakutkan.

Sensasi tubuh menjadi panduan untuk memahami di mana trauma terjadi. Melalui kesadaran terhadap sensasi internal, anak dapat mulai mengakses sumber daya naluriah mereka untuk melindungi diri.

Menilik dari buku Waking the Tiger-Healing Trauma karya Peter A. Levine dan Ann Frederick, simbolisme medusa juga terlihat dalam munculnya Pegasus dan Chrysaor setelah kematiannya. Pegasus melambangkan naluri dan tubuh, sementara Chrysaor dengan pedang emas melambangkan pertahanan dan kekuatan.

Dalam proses penyembuhan, sensasi tubuh internal menjadi portal untuk menemukan gejala trauma. Dengan fokus pada sensasi ini, energi yang terperangkap akibat trauma bisa dilepaskan secara aman.

Medusa dan pendekatan mindfulness

Dikutip dari buku Trauma-Sensitive Mindfulness, David A. Treleaven menekankan pentingnya edukasi tentang medusa trauma. Dengan kerangka kerja ini, mereka bisa memahami pengalaman traumanya tanpa merasa takut berlebihan.

Dylan adalah seorang peserta terapi yang dicontohkan oleh David A. Treleaven dalam bukunya Trauma-Sensitive Mindfulness. Selama sesi terapinya, ia belajar menghargai bagian dari dirinya yang berusaha melindungi diri.

Ia menyadari bahwa reaksi tubuhnya saat bermeditasi adalah cara alami untuk tetap merasa aman. Namun, dalam sesi kedua, praktik meditasinya yang biasanya menenangkan justru membuatnya frustrasi.

Dalam percakapan itu, Dylan terkejut dengan penjelasan terapisnya. "Aku tidak pernah berpikir seperti itu. Kupikir aku harus melupakan masalah ini, bukan menikmatinya," kata Dylan.

Demikian pembahasan mengenai medusa trauma, dan ciri-ciri anak yang mengalaminya. Jika Bunda menemukan gejalanya dialami SI Kecil, segera minta bantuan ahli untuk memahami di mana trauma terjadi.

Bagi Bunda yang mau sharing soal parenting dan bisa dapat banyak giveaway, yuk join komunitas HaiBunda Squad. Daftar klik di SINI. Gratis!

(ndf/fir)

TOPIK TERKAIT

HIGHLIGHT

Temukan lebih banyak tentang
Fase Bunda